Pagi itu, Bu Santi tampak gelisah. Wajahnya menunjukkan ketegangan yang tak biasa. Saat menengok jam di dinding, detik-detik terasa lebih cepat berlari, mengingatkan bahwa waktu semakin mendekat pada hari penting yang seharusnya sudah matang persiapannya. Namun, kenyataan justru sebaliknya. Ketika dicek ulang, persiapan baru mencapai 50%, sebuah angka yang jauh dari kata aman untuk sebuah kegiatan besar.
Seksi perlengkapan yang diandalkan sejak awal ternyata belum melakukan tugasnya. Peralatan yang seharusnya sudah tersusun rapi masih belum disentuh, dan lebih parah lagi, saat dihubungi, mereka tak merespons. Telepon berdering berkali-kali tanpa ada balasan, membuat kesabaran Bu Santi kian menipis.
Di sisi lain, seksi konsumsi juga tak jelas laporannya. Tidak ada kabar tentang persiapan makanan untuk acara besok, apakah sudah dipesan atau belum, bahkan sekadar komunikasi juga tidak ada satu kalimatpun. Diajak bicara baik-baik malah ngegas dengan suara tinggi.
Keadaan semakin rumit ketika seksi kesekretariatan yang bertugas mengurus undangan juga belum melaporkan siapa saja yang telah dikonfirmasi hadir. Keterbatasan informasi membuat segalanya tampak kacau.Â
Semua masalah datang bersamaan, dan seolah memojokkan Bu Santi yang sejak awal sudah dibebani tanggung jawab besar oleh pimpinan tempatnya bekerja.
Melihat kekacauan ini, amarahnya tak bisa lagi dibendung. Suaranya meninggi, tak ada yang luput dari semprotannya. Semua orang yang berada di sekitarnya menjadi sasaran, meski tak semuanya bersalah. Ada yang tertunduk diam, ada yang mencoba menjelaskan, namun tak ada yang bisa menenangkan Bu Santi saat itu.Â
Rasa kecewa dan frustasi menguasainya, membuat suasana semakin tegang, seakan-akan segala sesuatu yang diharapkan sukses untuk kegiatan besuk sudah terancam gagal.
*****
Barangkali kita pernah mengalami peristiwa seperti yang dialami oleh Bu Santi saat tanggung jawab sebagai ketua panitia sebuah kegiatan tiba-tiba diberikan kepada kita. Tentu, tanggung jawab ini seringkali datang bersamaan dengan pekerjaan utama yang sudah menumpuk, dan beban menjadi ganda.Â
Tak jarang, situasi seperti ini menimbulkan frustrasi, apalagi ketika tim yang kita harapkan untuk bekerja sama tidak menjalankan tugasnya dengan baik.
Menjadi pengelola kegiatan, apalagi di luar pekerjaan utama, memang bukan hal yang mudah. Tugas ini membutuhkan perencanaan yang tepat, sementara kita masih harus menjalankan pekerjaan rutin yang sudah menjadi tanggung jawab kita sehari-hari. Seringkali, kita harus membagi waktu dan energi secara bijak, dan inilah yang membuat tekanan semakin besar.
Pengelolaan kegiatan seringkali tampak sederhana di atas kertas, namun realitasnya penuh dengan tantangan. Seperti yang dialami oleh Bu Santi, kita sering menghadapi masalah komunikasi yang lambat atau bahkan tidak ada, anggota tim yang tidak merespons saat dibutuhkan, dan ketidakpastian dalam setiap seksi yang terlibat.Â
Hal ini bisa membuat kita kehilangan kendali, pada akhirnya merasa kecewa atau bahkan marah dan tidak sedikit yang berujung naiknya tekanan darah tinggi atau serangan jantung. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Amin.
Masalah terbesar dalam situasi seperti ini merupakan sikap bagaimana kita bisa tetap tenang dan fokus, meskipun keadaan di lapangan jauh dari yang diharapkan. Keterampilan menjadi manajer sangat diperlukan di sini ketika segala sesuatunya tampak tidak berjalan sesuai rencana, kemampuan kita untuk merespons dengan tenang dan efektif bisa menjadi penentu keberhasilan acara.
Melaksanakan suatu kegiatan, baik itu acara kantor, seminar, ataupun event sosial, bisa menjadi tugas yang menantang. Kerap kali, hasil yang memuaskan adalah cerminan dari perencanaan dan eksekusi yang matang. Namun, bagaimana caranya agar kita bisa memastikan bahwa kegiatan yang kita kelola sukses dan diakhiri dengan kebahagiaan bagi semua pihak yang terlibat?Â
Berikut adalah strategi yang bisa diterapkan untuk membantu kegiatan kita  berjalan lancar dan memberikan hasil yang memuaskan.
1. Tentukan Tujuan Kegiatan
Langkah pertama dan paling mendasar adalah menentukan tujuan kegiatan. Misalnya, mengapa acara ini diselenggarakan? Apa hasil yang ingin dicapai? Siapa saja sasaran dari kegiatan ini? Dengan memahami tujuan yang jelas, semua pihak yang terlibat akan memiliki arah yang sama. Tujuan ini juga akan menjadi acuan dalam mengambil keputusan selama persiapan dan pelaksanaan acara.
2. Bentuk Tim Berdasarkan Keahlian
Sebuah acara yang sukses membutuhkan kerja tim yang solid. Membentuk tim berdasarkan keahlian masing-masing anggota adalah kunci penting. Setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda, dan ketika ditempatkan pada peran yang tepat, mereka akan bekerja lebih senang dan pasti bisa berinovasi.Â
Misalnya, tunjuk seseorang yang keahlian menulis, edit foto atau video pasti akan lebih pas bila sebagai seksi dokumentasi. Seorang yang terampil membuat hiasan pasti akan senang bila ditempatkan pada bagian dekorasi. Dengan membagi tugas sesuai dengan keahlian, acara akan lebih mudah dikelola dan potensi kesalahan dapat diminimalkan.
 3. Buat Rencana dengan Detail
Tanpa rencana yang jelas, sebuah acara bisa berakhir kacau. Buat daftar perencanaan pekerjaan yang akan dikerjakan secara detail, mulai dari anggaran, jadwal, hingga teknis pelaksanaan harus disusun secara rinci, bisa dibuat dalam bentuk tabel.
Sebuah rencana yang matang mencakup daftar tugas yang harus diselesaikan, timeline kapan tugas tersebut harus dikerjakan, dan siapa yang bertanggung jawab. Dengan demikian, tidak ada bagian penting yang terlewat, dan semua orang tahu apa yang harus dilakukan. Sebuah rencana yang baik juga membantu mengantisipasi masalah dan membuat penyesuaian yang cepat jika diperlukan.
 4. Koordinasikan dan Komunikasikan Secara Terbuka
Koordinasi yang baik menjadi fondasi keberhasilan acara. Komunikasi yang terbuka antara semua anggota tim adalah kunci utama dalam menjaga kelancaran persiapan dan pelaksanaan kegiatan. Informasikan perkembangan terbaru secara berkala kepada seluruh tim. Jika ada perubahan, pastikan semua orang mengetahuinya segera, sehingga tidak ada kebingungan di lapangan.
Koordinasi tidak perlu harus bertemu, karena pasti akan menyita banyak waktu dan tenaga. Saat ini sudah banyak sarana daring yang bisa digunakan untuk komunikasi dan koordinasi. Dengan koordinasi secara terbuka bisa lebih mudah mengatisipasi setiap masalah yang akan muncul.
5. Berikan Tanggung Jawab yang Jelas
Setiap anggota tim harus memiliki tanggung jawab yang jelas sejak awal. Pembagian peran dan tugas yang konkret akan menghindarkan tim dari tumpang tindih pekerjaan atau bahkan kebingungan siapa yang bertanggung jawab atas apa. Ketika tanggung jawab jelas, masing-masing anggota bisa fokus pada tugasnya tanpa merasa terbebani dengan pekerjaan lain.
Hindari peran ganda dalam suatu kegiatan, karena hal ini sering kali memicu kebingungan dalam pengambilan keputusan. Ketika satu tanggung jawab dipegang oleh dua orang, ada risiko besar munculnya perbedaan interpretasi, prioritas, atau cara penyelesaian tugas. Akibatnya, keputusan yang diambil bisa menjadi tumpang tindih atau bahkan saling bertentangan, yang justru akan memperlambat proses kerja dan menimbulkan gesekan antar individu.Â
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki job deskripsi yang jelas dan spesifik agar tanggung jawab bisa dijalankan secara efektif dan efisien.
 6. Fleksibel dan Terbuka
Dalam melaksanakan suatu kegiatan, fleksibilitas dan keterbukaan adalah kunci keberhasilan. Pengelola tidak boleh bersikap kaku, melainkan harus mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang dinamis. Menerima saran dan kritik dari anggota merupakan langkah penting untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas kegiatan.
Kritik yang bersifat menbangun dapat menjadi masukan berharga untuk mengatasi kekurangan, sementara saran dapat memunculkan ide-ide segar yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya. Dengan bersikap terbuka, pengelola akan menciptakan lingkungan yang kompak, harmonis dan mendukung kesuksesan bersama
7. Bangun Rasa Percaya dan Saling Mendukung
Kunci keberhasilan dalam tim adalah membangun rasa percaya dan saling mendukung. Ketika tim bekerja dengan kompak, pekerjaan terasa lebih ringan dan suasana lebih positif. Percayalah pada kemampuan setiap anggota tim untuk menyelesaikan tugas mereka, dan berikan dukungan ketika mereka menghadapi kesulitan. Rasa percaya ini juga akan meningkatkan semangat kerja, membuat setiap anggota merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
8. Berikan Apresiasi dan Penghargaan
Setelah acara selesai, jangan lupa untuk memberikan apresiasi kepada seluruh tim yang telah bekerja keras. Apresiasi tidak harus berupa hadiah besar, namun bisa berupa ucapan terima kasih yang tulus atau penghargaan kecil sebagai tanda penghargaan.Â
Menghargai usaha dan perjuangan setiap anggota tim akan memperkuat hubungan kerja sama dan membuat mereka merasa dihargai. Ini juga penting untuk membangun suasana bahagia dan positif setelah kegiatan berakhir.
Akhirnya, mengelola suatu kegiatan memang memerlukan usaha yang tidak sedikit, namun dengan strategi yang tepat, tujuan kegiatan bisa tercapai. Dengan langkah-langkah ini, tidak hanya acara akan sukses, tetapi semua pihak yang terlibat juga akan merasa bangga dan puas dengan hasilnya. Mari kita terus berkomitmen untuk memberikan yang terbaik, sehingga setiap kegiatan yang kita kelola dapat memberikan dampak positif dan menginspirasi banyak orang.
Blitar, 21 September 2024
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H