Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan Keliling, Merayakan Cinta Buku di MTsN 2 Blitar

12 September 2024   17:59 Diperbarui: 12 September 2024   18:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta didik berebut memilih buku. Sunber: dokumen pribadi


"Rasanya begitu bahagia melihat anak-anak didik berebut buku untuk dibaca, seperti melihat benih-benih cinta pengetahuan tumbuh subur di hati mereka".

Inilah yang saya rasakan selama dua hari terakhir. Perpustakaan At-Tarkiz MTsN 2 Blitar, dalam rangka merayakan milad ke-54, mengundang perpustakaan keliling dari UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Blitar untuk hadir dan menggelar taman baca di halaman madrasah.

Kunjungan ini membawa suasana baru dan semangat membaca yang luar biasa. Tim perpustakaan keliling (Mbak Ida, Pak Hartoyo, dan Pak Goro) menyapa dengan ramah dan penuh kesabaran. Mereka tidak hanya datang dengan koleksi buku yang menarik, tetapi juga dengan energi yang membuat para siswa ingin berlama-lama menyelami lembar demi lembar bacaan.

Aneka buku yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari komik, novel, sejarah, cerpen, puisi, hingga buku teknologi dan ensiklopedia. Para siswa terlihat antusias memilih buku yang mereka sukai. Setiap sudut taman baca ramai dengan wajah-wajah penasaran yang tenggelam dalam dunia cerita dan informasi baru.

Tidak hanya itu, perpustakaan keliling juga memberikan bonus menarik. Siapa pun yang bisa membaca satu buku dan menceritakan isinya dengan baik akan mendapatkan souvenir. Daiva, siswa kelas 9, dengan antusias menceritakan isi buku Konflik dan Taktik Perang Jawa 1825-1830. Dia berhasil mendapatkan souvenir sebagai bentuk penghargaan. Senyumnya merekah, bukan hanya karena hadiah, tetapi juga karena pengalaman baru yang ia dapatkan dari buku yang ia baca.

Kunjungan ini tidak hanya diminati oleh siswa MTsN 2 Blitar, tetapi juga menarik perhatian guru-guru SD dan MI yang sedang mengantarkan siswa-siswi mereka mengikuti lomba di madrasah kami. Mereka ikut meramaikan taman baca dan berbagi semangat membaca kepada anak-anak didik mereka.

Pengalaman ini sungguh mengesankan. Melihat anak-anak berebut buku, saling berbagi cerita, dan merayakan literasi membuat hati saya penuh dengan rasa syukur. Ini adalah bukti nyata bahwa cinta pada buku dapat ditumbuhkan dengan cara yang menyenangkan.

Antusiasme peserta didik terhadap buku merupakan pemandangan yang menggembirakan dan menjadi bukti bahwa minat baca di kalangan anak-anak dan remaja bisa dibangkitkan.

Sungguh saya melihat sendiri bagaimana siswa-siswa berebut buku dan terlibat aktif dalam kegiatan membaca. Ini menunjukkan bahwa anak-anak sebenarnya punya ketertarikan terhadap buku, asalkan diberikan kesempatan dan pendekatan yang tepat.

Dalam dunia yang semakin didominasi oleh gawai, kehadiran buku menjadi penyeimbang penting. Penggunaan gawai yang tidak terkontrol di kalangan remaja bisa membawa dampak negatif, seperti kecanduan media sosial, penurunan konsentrasi belajar, dan paparan konten yang tidak sesuai.

Namun, jika kita berhasil menumbuhkan kecintaan terhadap buku, anak-anak akan lebih mudah mengalihkan waktu mereka ke kegiatan yang lebih bermanfaat dan mendidik.

Di sinilah peran sekolah menjadi sangat penting. Sekolah harus kreatif dalam meningkatkan layanan literasi siswa, sehingga mereka tidak hanya terpapar pada buku-buku pelajaran, tetapi juga pada berbagai bacaan yang menginspirasi dan menghibur.

Menghadirkan perpustakaan yang menarik, mengadakan kegiatan membaca yang menyenangkan, atau menghadirkan perpustakaan keliling seperti yang kami lakukan di MTsN 2 Blitar, adalah beberapa cara yang bisa diambil untuk memikat minat baca siswa.

Selain itu, sekolah juga dapat mengadakan lomba menceritakan kembali isi buku, klub membaca, atau mengundang penulis untuk berbagi cerita. Semua ini dapat menciptakan lingkungan literasi yang positif di sekolah, sehingga buku menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari siswa.

Dengan cara-cara ini, kita bisa menjadikan buku sebagai sahabat para siswa, yang tidak hanya mendidik, tetapi juga menyenangkan. Ini adalah langkah penting untuk membantu mereka menyeimbangkan penggunaan gawai dan tetap berada di jalur yang positif dalam perkembangan mereka. Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca, tetapi juga tentang membentuk karakter, memperluas wawasan, dan membuka pintu ke dunia yang lebih luas.


Perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku, tapi menjadi ruang bagi siswa untuk berpetualang, menggali pengetahuan, dan membuka wawasan baru. Semoga semangat ini terus berlanjut dan menjadi budaya di sekolah lain.

Blitar, 12 September 2024
Enik Rusmiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun