Dengan membuat teks sendiri, guru bisa menyesuaikan antara naskah dan karakter suara atau watak anak.
Sebelum menyusun naskah pidato, pahami dulu karakter anak. Bila anak tersebut ceria, suaranya lantang, buatkan naskah pidato yang penuh semangat, cari kalimat yang bisa membakar semangat audiensi.Â
Namun, bila karakater anak pendiam, pemalu, jenis suara sedang atau cenderung rendah, buatkan naskah yang lembut, menyentuh hati pendengar.
Kenapa perlu memahami karakter anak? Karena pidato itu menyampaikan pesan kepada pendengarnya. Bila pesan yang disampaikan asal-asalan, yang penting bicara, maka pesan tersebut tentu tidak bisa mengena pada pendengarnya.
3. Latihan vokal
Pada tahap ini, saya sering mendapat pertanyaan, kenapa perlu latihan vokal, ini bukan lomba menyanyi lo. Betul, ini bukan menyanyi, tapi berpidato kan juga mengeluarkan suara untuk di dengar kan.Â
Bila suaranya cempreng, asal bunyi, pasti juga tidak enak didengar. Kalau anak tersebut sudah mempunyai suara yang bagus dari sononya, ya syukur, tapi kalau belum, tentu ini menjadi tugas guru untuk melatihnya.
Karakter vokal atau suara ini adalah cara seseorang memproduksi suara dengan benar, sehingga menghasillkan suara yang jelas dan nyaring. Ada beberapa teknik untuk menghasilkan suara yang jelas dan nyaring untuk bisa berpidato.
Teknik tersebut antara lain, seperti latihan pernapasan dengan menghisap udara melalui hidung atau mulut, lalu dikeluarkan kembali melalui hidung atau mulut juga dengan bersuara.Â
Berikutnya latihan kejelasan artikulasi, yaitu latihan mengucapkan kata demi kata dengan baik dan jelas, seperti mengucaplan A, I, U, E, O dengan jelas.
Tidak kalah penting adalah latihan mengatur volume suara. Pastikan suara peserta bisa terdengar cukup baik kepada audiensi yang duduk paling belakang. Latihan mengatur volume ini bisa bersama-sama ketika latihan pernapasan.