Sekarang di perpus ya Bu, wah enak ya, banyak nganggurnya.
Kekurangan jam di kelas ya Bu, sehingga harus mendapat tugas tambahan di perpustakaan.
Ada masalah apa Bu, sehingga harus pindah di perpus?
Begitulah komentar yang sering saya terima ketika mendapat jabatan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan bagi seorang guru.Â
Gemes banget rasanya, mendengar komentar seperti ini. Bukan karena merasa merendahkan jabatan kepala perpustakaan sekolah, melainkan masih saja menganggap perpustakaan sebagai tempat gudang buku, dan kepala perpustakaan sebagai kepala atau penjaga gudang buku.
Hilang sudah slogan bahwa perpustakaan merupakan jantung sebuah lembaga pendidikan. Perpustakaan sebagai jendela ilmu pengetahuan bagi siswa.Â
Perpustakaan sebaga pusat sumber belajar bagi guru dan siswa dan perpustakaan sebagai seumber informasi bagi warga sekolah.
Mari kita tengok, berapa sekolah yang ada di sekitar kita yang sudah benar-benar memanfaatkan fungsi perpustakaan sebagai sumber dan sarana pembelajaran yang utama.Â
Seberapa besar pimpinan sebuah lembaga pendidikan telah mengoptimalkan guru dan siswa belajar di perpustakaan sekolah?Â
Sudah berapa sekolah yang sudah mendapat pengakuan akreditasi A oleh lembaga pengarsipan daerah masing-masing?
Barangkali ini jawaban mengapa literasi pelajar di Indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara lain. Mengapa pemerintah melalui program-program Kementerian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan begitu getol menggerakan literasi di sekolah. Maka inilah saatnya, kita yang bertugas sebagai kepala perpustakaan mewujudkan harapan pemerintah tersebut.
Sebenarnya sangat tepat bila guru yang menjadi kepala perpustakaan sekolah, sedangkan petugas perpustakaan dipilih pustakawan ahli. Karena guru lah yang mengetahui kebutuhan pendidikan peserta didik.Â
Selain bisa mengoptimalkan bahan dan media pembelajaran, guru juga bisa meningkatkan minat baca serta menumbuh kembangkan potensi peserta didik menjadi lebih baik.
Tidak perlu merasa gegana (gelisah galau dan merana) bila saat ini Anda seorang guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan.Â
Aih, ini tepatnya menasihati diri sendiri ya, hehe. Di mana pun kita berada, selama bisa memberi manfaat kepada orang lain, pasti akan senantiasa bahagia. Berikut saya bagikan pengalaman saya selama menjadi "penjaga gudang buku".
Lakukan perubahan perpustakaan sebagai tempat membaca yang nyaman
Bila perpustakaan kita selama ini masih befungsi sebagai gudang buku, maka lakukan lah perubahan menjadi sebuah perpustakaan yang nyaman sehingga membuat pemustaka betah berlama-lama berada di perpustkaan.
Pengalaman saya mengubah 'gudang buku' menjadi perpustakaan yang keren pernah saya tulis di sini.
Jangan bosan mengajak peserta didik mencintai buku
Tidak kenal maka tidak sayang, begitu kata pepatah. Saat ini anak-anak kita itu lebih kenal dan akrab dengan gawai.Â
Coba saja kita tawarkan kepada mereka antara membeli buku dan kuota, sebagian besar pasti memilih membeli kuota. Bila ada waktu senggang, kita sodori buku untuk membaca, maka akan mencari seribu alasan untuk menghindar.
Jelas ini tugas utama bagi seorang guru untuk bagaimana menjadikan anak ini mencintai buku. Bagaimana mau menyediakan waktu untuk membaca buku bila tidak ada rasa ingin tahu sama sekali terhadap informasi yang terdapat dalam isi buku.
Pengalaman saya menumbuhkan kecintaaan terhadap buku tersebut, saya libatkan anak-anak ini untuk mengelola dan melestarikan buku. Melakukan penyiangan, pencacahan dan pelayanan kepada anggota perpustakaan.
Saya amati, pada saat melakukan kegiatan tersebut, mereka sering sambil membuka dan membaca isi buku.Â
Bila ia temui buku yang menarik menurutnya, ia pinjam untuk dibaca. Bila kegiatan ini sering kita lakukan bersama anak, maka cinta terhadap buku lambat laun akan tumbuh menjadi budaya membaca.
Mengembangkan potensi peserta didik
Setiap anak akan bangga bila dipilih dari teman-temanya untuk menjadi yang terbaik. Akan merasa dihargai bila diberi kepercayaan untuk menyampaikan pesan dari gurunya. Dan tentu akan merasa menjadi percaya diri bila bisa bertanggung jawab atas tugas yang diembannya.
Selama saya mendapat tugas tambahan di perpustakaan, saya senantiasa melibatkan anak-anak untuk membantu program-program perpustakaan. Mereka saya beri nama "Sobat Pustaka".Â
Para sahabat perpustakaan ini selain saya ajak melakukan pengolahan koleksi perpustakaan dan pelayanan kepada pemustaka mereka juga saya ajak untuk melakukan kegiatan promosi program dan meningkatkan minat baca kepada teman-temannya.
Kegiatan tersebut seperti menjadi pustakawan keliling, membawa buku dikelas-kelas. Juga bila ada kegiatan sekolah yang melibatkan tamu dari luar, para "Sobat Pustaka" ini menjajakan buku kepada para tamu serta mengajak para tamu tersebut berkunjung diperpustakaan. Melalui kegiatan ini, ternyata mereka lebih dihargai dan bangga bisa tampil di khalayak ramai.
Menjadi terkenal karena hal baik pasti membahagiakan bagi anak. Ini komentar para "Sobat Pustaka" ketika pertama kali melakukan kegiatan promosi keliling koleksi perpustakaan ke kelas-kelas. Awalnya memang ada keraguan dan rasa malu.Â
Nah, inilah tugas kita sebagai guru untuk terus memotivasi dan memutus urat malu untuk hal-hal yang baik.
Selain promosi buku, para "Sobat Pustaka" ini juga saya ajak untuk menyampaikan sosialisasi perpustakaan kepada pemustaka di kelas-kelas secara bergiliran. Seperti sosialisasi tata tertib perpustakaan, cara masuk website, membaca buku-buku digital dan berbagai layanan perpustakaan.
Menumbuhkan keterampilan menulis bagi peserta didik
Setelah anak-anak ini, mencintai buku dan mulai gemar membaca, mereka saya ajak untuk menulis, seperti menulis pengalaman sehari-hari, membuat sinopsis, menulis cerpen, puisi atau merangkum buku dan lain sebagainya.
Agar mereka tidak jera menulis, apa pun tulisanya saya muat di website sekolah, majalah sekolah atau majalah dinding. Dengan modal membaca setiap hari di perpustakaan, anak-anak ini sudah punya tabungan kosa kata yang melimpah. Tentu tidak terlalu sulit menuangkan gagasannya.
Nah, bagaimana para guru yang menjadi kepala perpustakaan? Masih galau dengan komentar guru buangan karena ditugaskan sebagai petugas perpustakaan?
Stop merasa rendah diri, banyak yang bisa kita lakukan untuk anak didik kita selain hanya memikirkan penilaian buruk orang lain. Karena sebagian besar orang itu melihat kita dari sisi buruknya saja.Â
Selama kita bisa mengekspresikan gagasan kita dalam bentuk kegiatan yang positif, so pasti akan membuat sekitar kita bahagia, dan itulah sejatinya kebahagiaan kita.
Yuk kita jawab syak wasangka buruk orang lain dengan tindakan yang positif. Mari salurkan energi kita untuk meningkatkan budaya membaca peserta didik daripada hanya sekadar memelihara kemarahan dan kebencian. Episode selanjutnya tunggulah, penilaian itu akan berubah seiring alur waktu yang mengiringi aktivitas kita.
Salam litersi!
Blitar, 6 Desember 2021
Enik Rusmiati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI