Bersama satu pengajar lainnya beliau berjuang ikut mengajar Al Quran bagi anak-anak dikampungnya. Salah satu bentuk perjuangan memperbaiki karakter, akhlak anak bangsa. Harapanya, Â rumah peninggalan suami tetap bisa menjadi rumah santri, sehingga pahalanya akan terus mengalir untuk suami tercintanya.
Selain mengajar diniyah, sebagai jembatan bisa menemui suaminya ketika berpulang ke rahamatullah nanti, perempuan energik ini juga giat menulis diberbagai media dan blog. Kerap juga diminta untuk mengisi workshop menulis diberbagai lembaga pendidikan, membimbing guru dan siswa menulis buku.
Saat ini ternyata masyarakat masih melihat sesorang itu dari luarnya. Buktinya, sosok inpiratif yang juga kompasianer ini sering menerima 'kasak-kusuk' dari peserta workshop yang mengomentari penampilannya, bahwa kesederhanaanya itu tidak cocok sebagai narasumber.
Bagi wanita yang saat ini giat sebagai relawan UMKM ini, komentar miring itu tidak membuatnya gusar dan minder, namun akan selalu dijadikan cambuk untuk terus melaju pesat sebagi penggerak literasi. Bahwa tugas mencerdaskan anak bangsa itu kewajiban setiap warga negara, bukan mereka yang menyandang 'wah' saja. Bahwa beramal dengan ilmu itu kewajiban hamba Allah sebagai kholifah di muka bumi ini.
Harapan wanita tangguh ini, melalui kegiatan literasi dan karya tulisannya inilah, ia ingin memberi manfaat kepada orang banyak, Â sebagai amal jariyah yang tidak putus meski nyawa terpisah dari raga, memudahkan menggapai kampung surga. Kelak, ketika mata dunia tertutup selamanya. Amin.
Blitar, 21 Februari 2021
Enik Rusmiati
Catatan: Sebagian tulisan pernah dimuat di Instagram saya (Enik Rusmiati)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H