Bagaimana bila benar-benar aplikasi ini tidak bisa digunkan. Bagaimana dengan  ratusan data peserta yang sudah masuk. Haruskah memulainya dari awal lagi.Â
Harus sosialisasi lagi ke sekolah-sekolah yang jumlahnya tidak sedikit. Bila ini gagal, tentu nama baik lembaga yang akan dipertaruhkan ditengah masyarakat. Deretan asumsi bermunculan dibenak kami.
Atas kejadian ini tentu yang paling panik adalah tim operator. Karena di pundaknyalah semua program ini harus dicarikan solusinya. Ditangan cerdasnyalah tumpuhan harapan aplikasi ini bisa digunakan lagi.
Cukup lama kami berada dalam belantara kepanikan. Alhamdulillah, setelah sekitar sepuluh jam, atas kejelian, ketelian dan kesabaran tim operator, akhirnya permasalahan aplikasi ini bisa digunakan lagi.Â
Nah, dari peristiwa ini, saya menemukan lima kesimpulan bagaimana cara mengatasi kepanikan.
Tenang dan selalu berpikir positifÂ
Ketika kita diserang panik, kalimat yang sering kita dengar adalah tenang. Namun dalam penerapannya kata ini tidak semudah yang disampaikan. Apalagi buat orang-orang seperti saya yang mempunyai iman yang tipis.
Sering kita dengar bila sebuah masalah muncul di sebuah organisasi atau lembaga, kita saling menyalahkan. Masing-masing berusaha mencuci tangan dari penyebab masalah itu terjadi. Masing-masing berusaha lari dari kejaran 'kambing hitam'.
Bila suasana ini yang terjadi, sudah bisa dipastikan bahwa permasalahan tidak akan pernah selesai dan kepanikan akan terus memanas. Selain itu hubungan antar tim jelas semakin tidak harmonis.
Nah ini akan berdampak pada cara berpikir sesorang. Alih-alih slogan pegadaian atasi masalah tanpa masalah menjadi terbalik, yaitu atasi masalah dengan menambah masalah. Hehehe...
Maka, jalan terbaik ketika masalah yang menimbulkan kepanaikan ini adalah tetap tenang. Bukan hanya tenang lidahnya, tetapi juga tenang hati dan pikirannya.Â