"Aku kagum kepadamu Fir, kamu ini gadis yang cerdas, tangguh, sabar dan penuh pengertian."
"Ah, biasa saja Kal, kamu juga kan."
"Pasti banyak siswa putra yang menyukai kamu ya Fir?" pertanyaan Fikal meluncur begitu saja.
Deg, Firda kaget, kanapa tiba-tiba Fikal seperti ini, atau jangan-jangan ia juga menyukai dirinya.
"Aku tidak menperhatikan hal itu Kal, bagiku saat ini adalah belajar untuk mengejar cita-citaku. Aku tidak ingin mengecwakan ibuku. Karena tentu sangat berat bagi orang tua tunggal membersarkan dan menbiayai pendidikanku. Aku tidak ingin mengccewakan beliau."
Seolah Fikal mendapat jawaban atas perasaannya untuk Firda. Meski berat bagi Firda membohongi perasaannya. "Aku yakin Kal, siapa pun itu, kalau jodoh, suatu saat nanti Tuhan akan mempertemukan aku dengannya." Firda seolah tahu kegusaran Fikal.
"Betul sekali Fir, sebagai laki-laki, aku juga ingin menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dengan diriku sendiri dan tugas-tugasku. Aku juga ingin sepertimu Fir, mengutamakan cita-cita. Aku yakin cinta sejati itu akan dipertemukan Tuhan, pada suasana yang indah." Fikal seolah menyampaikan janji yang tersirat kepada Firda.
"Amin." Batin Firda. Dalam lubuk hati yang paling dalam, Firda mengharap bahwa waktu yang indah itu adalah untuk dirinya dan Fikal.
                                                                                                                                 (tamat)
Blitar, 31 Januari 2021
Enik Rusmiati