Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lima Model Pembelajaran Permainan Edukatif Siap Kembali Belajar Saat PJJ

3 Januari 2021   14:58 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:11 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran di luar kelas. Sumber: kajianpustaka.com

Liburan semester ganjil sudah berakhir. Besuk, Senin 4 Januari 2021 pembelajaran semester genap sudah dimulai. Bagaimana bentuk kegiatan belajar mengajar, bergantung pada rekomendasi daerah masing-masing. Apakah akan tatap muka atau tetap Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Apa pun bentuknya yang jelas siswa harus siap Kembali Belajar.

Kesiapan belajar ini tidak hanya untuk siswa saja. Namun orang tua dan guru juga berperan penting dalam keberhasilan tujuan pendidikan di masa pandemi ini. Melihat kondisi pandemi covid-19 yang belum juga reda, ada kemungkinan pembelajaran akan tetap dilaksanakan secara daring.

Bercermin dari semester ganjil kemarin, pembelajaran jarak jauh telah banyak menuai masalah, meski banyak juga manfaat yang bisa dipetik. Keluhan orang tua yang sulit mengendalikan anak; Curhatan anak yang sudah mengalami titik puncak kejenuhan; Anak lebih senang bermain tik tok, game, serta anak lebih asyik berselancar di dunia media sosial daripada belajar. Serta keluhan guru yang kesulitan mencapai kriteria ketuntasan minimal siswa susuai tuntutan kurikulum.

Nah, menyikapi persoaalan pembelajaran ini, jelas kunci utamanya ada pada guru. Bila saat PJJ guru tidak melakukan inovasi sesuai dengan tuntutan keadaan, hanya memberi tugas yang ada di buku paket atau LKS, cukup memberi perintah menjawab pertanyaan, merangkum buku, cari materi di gogle, dengarkan youtube, atau mencatat video pembelajaran, ya jelas lah siswa akan bosan. Hello guru, anak itu juga manusia, bukan mesin foto kopi atau printer yang bisa menyalin materi sekian banyak mata pelajaran.

Untuk itu duhai guru, mari perbanyak membaca, gali inovasi yang ada di sekitar kita. Ilmu teknologi telah menyediakan berbagai macam gaya mengajar yang menyenangkan dan mendidik. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak tahu atau tidak paham, yang ada tidak mau belajar.  

Berikut saya informasikan lima model pembelajaran permainan yang edukatif. Berdasarkan pengalaman sendiri dan beberapa teman.

Media pembelajaran cerpen teenlit

Cerpen teenlit merupakan sastra populer dengan tema kehidupan remaja beserta segala kisah romantika yang dialami remaja. Penggunaan bahasanya pun disesuaikan dengan bahasa yang sering digunakan remaja sehari-hari.

Kenapa ceerpen? Selama saya mendapat tugas tambahan di perpustakaan, buku-buku yang laris dipinjam siswa adalah fiksi. Bahkan ketika kegiatan literasi, wajib baca 15 menit, saya amati siswa banyak yang membaca karya fiksi dibanding karya lain.

Penyampaian materi dengan media cerpen teenlit ini cukup mudah. Guru cukup membuat cerpen dengan memasukkan poin-poin inti pelajaran dalam dialog tokoh. Guru juga bisa memasukkan pesan pendidikan karakter yang inspiratif. Bahkan intruksi juga bisa dilibatkan dalam pertikaian tokoh.

Saya pernah menyampaikan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan media cerpen teenlit ini,  tokoh-tokoh sengaja saya ambil dari nama siswa. Konfliknya tentang cinta yang sedang dialami beberapa siswa yang lagi rame dibicarakan. Setelah cerpen itu saya bagikan di grup kelas, suasana grup yang tadinya ayem mlempem, begitu membaca cerpen ini sontak hidup, komentar bertaburan, saling menggoda dan menjahili temannya.

Tidak hanya suasana di grup kelas yang hidup, ketika menjawab pertanyaan pun, siswa bisa mengembangkan imajinasinya dengan baik versi pengalamannya.

Media permainan tik tok

Zaman sekarang siapa yang tidak kenal dengan tik tok. Permaianan ini sangat digandrungi oleh semua kalangan, baik anak muda maupun orang tua. Tik tok adalah sebuah jaringan media sosial dalam bentuk platform video. Aplikasi ini sangat populer di kalangan remaja.

Suatu hari, saya pernah mengunjungi siswa yang telah beberapa pertemuan tidak mengikuti pembelajaran. Ketika saya tanya apa alasannya, jawabnya lagi demen bermain tik tok katanya. Parahnya lagi orang tuanya tidak mengetahui kebiasaan anaknya tersebut.

Nah, menyikapi keadaan seprti ini, guru bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk menyampaikan materi atau digunakan sebagai media mengirim hasil tugas siswa. Caranya tinggal unduh aplikasi, isi dengan materi pelajaran yang diinginkan, buat videonya. Agar menarik, guru harus pandai-pandai memodifikasi video.

Kendalanya, guru tidak percaya diri bermain tik tok ini. Sebentar, jangan tergesa menyerah. Guru bisa mencari model siswa yang sudah terbiasa bermain permainan ini. Keuntungan yang diterima siswa, selain bisa menguasai materi lebih dulu, permainan ini akan melatih rasa percaya diri siswa.

Media video bermain peran

Selama ini media pembelajaran yang paling tren adalah video pembelajaran. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan aplikasi power poin. Faktanya siswa masih saja jenuh bila semua mapel hanya mendengarkan dan mencatat materi dari media yang sama. Alih-alih mereka lebih senang melihat video film pendek atau youtube.

Untuk menghilangkan rasa bosan atau jenuh yang dihadapi siswa. Guru bisa membuat video pembelajaran bermain peran. Guru bisa mengenalkan materi dari dunia nyata. Misalnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, materi menyampaikan kritik dan pujian yang baik. Guru atau model yang dipilih memerankan skenario tentang rapat keluarga. Salah satu anggota keluarga menyampaikan kritik dan pujian yang kurag baik sedangkankan model lain menyampaikan dengan santun.

Seperti kita ketahui bahwa anak-anak Indonesia saat ini lebih suka melihat video atau gambar daripada membaca buku. Maka melalui cerita yang dibuat oleh guru, akan menjadikan siswa lebih mudah memahami pelajaran.

Media permainan game edukasi

Saat ini game sudah menjadi candu bagi anak-anak, mulai usia prasekolah sampai mahasiswa. Sudah banyak kasus penyakit yang diakibatkan dari aplikasi ini, baik itu sakit fisik maupun kejiwaan. Berbagai metode dan cara diungkap oleh pakar pendidikan maupun psikologi tentang bagaimana cara menghentikan anak yang sudah kecanduan game ini.

Melihat keadaan ini, mengapa guru tidak mengambil peluang menarik ini untuk dijadikan sarana penyampaian materi pelajaran. Hasil diskusi dengan anak sulung saya, yang kebetulan sedikit menguasai permainan game dan animasi, banyak aplikasi game yang bisa dimanfaatkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran.

Caranya memang sulit bagi yang tidak menguasai ilmunya. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Guru bisa bekerja sama dengan ahlinya untuk menciptakan game edukasi ini.

Kolaborasi dengan mapel lain

Model pembelajaran berikutnya adalah kolaborasi dengan guru mata pelajaran lain untuk menciptakan lahan entrepreneur bagi siswa. Seperti yang disampaikan mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa saat ini sudah saatnya guru dan siswa merdeka belajar.

Kemerdekaan belajar dimaknai dengan kebebasan belajar mandiri, berinovasi, berkreasi serta kemerdekaan berpikir, menentukan stretegi pembelajaran dan kemerdekaan memberikan penilaian dalam mengukur kompetensi peserta didik. Kemerdekaan belajar  tersebut harus dimulai dari guru. Tanpa diawali oleh guru, mustahil merdeka belajar itu akan terjadi pada siswa. Guru yang kreatif adalah guru yang bisa melahirkan kreatifitas dan kemandirian siswa bila hidup di tengah-tengah masyarakat.

Kolaborasi ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Misalnya saja, guru bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS dan TIK berkolabrasi mendirikan usaha membuat minuman dari daun kelor untuk menjaga imunitas tubuh.

Materi IPA memberi tugas menanam tumbuhan kelor. Bahasa Indonesia dan Inggris tugasnya mengamati dan menulis prosedur dan hasil pembuatan minuman dari daun kelor. Pelajaran IPS observasi sasaran konsumen, dan materi TIK bagaimana membuat brosur atau iklan yang menarik. Melalui kerja sama yang kompeten ini, akan mendidik anak-anak yang berjiwa interpreneur. Guru telah memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk berjiwa mandiri.

Demikian, bapak dan ibu guru mari bersama-sama terus belajar. Karena kalau kita puas dengan ilmu pengetahuan yang kita peroleh di masa lalu, maka anak-anak bangsa ini akan hidup serasa di zaman tradisional. Padahal mereka saat ini sedang dibentuk menjadi generasi milenial dan menapaki era industri 4.0.

Blitar, 3 Januari 2021

Enik Rusmiati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun