Saat ini game sudah menjadi candu bagi anak-anak, mulai usia prasekolah sampai mahasiswa. Sudah banyak kasus penyakit yang diakibatkan dari aplikasi ini, baik itu sakit fisik maupun kejiwaan. Berbagai metode dan cara diungkap oleh pakar pendidikan maupun psikologi tentang bagaimana cara menghentikan anak yang sudah kecanduan game ini.
Melihat keadaan ini, mengapa guru tidak mengambil peluang menarik ini untuk dijadikan sarana penyampaian materi pelajaran. Hasil diskusi dengan anak sulung saya, yang kebetulan sedikit menguasai permainan game dan animasi, banyak aplikasi game yang bisa dimanfaatkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran.
Caranya memang sulit bagi yang tidak menguasai ilmunya. Namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Guru bisa bekerja sama dengan ahlinya untuk menciptakan game edukasi ini.
Kolaborasi dengan mapel lain
Model pembelajaran berikutnya adalah kolaborasi dengan guru mata pelajaran lain untuk menciptakan lahan entrepreneur bagi siswa. Seperti yang disampaikan mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa saat ini sudah saatnya guru dan siswa merdeka belajar.
Kemerdekaan belajar dimaknai dengan kebebasan belajar mandiri, berinovasi, berkreasi serta kemerdekaan berpikir, menentukan stretegi pembelajaran dan kemerdekaan memberikan penilaian dalam mengukur kompetensi peserta didik. Kemerdekaan belajar  tersebut harus dimulai dari guru. Tanpa diawali oleh guru, mustahil merdeka belajar itu akan terjadi pada siswa. Guru yang kreatif adalah guru yang bisa melahirkan kreatifitas dan kemandirian siswa bila hidup di tengah-tengah masyarakat.
Kolaborasi ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Misalnya saja, guru bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS dan TIK berkolabrasi mendirikan usaha membuat minuman dari daun kelor untuk menjaga imunitas tubuh.
Materi IPA memberi tugas menanam tumbuhan kelor. Bahasa Indonesia dan Inggris tugasnya mengamati dan menulis prosedur dan hasil pembuatan minuman dari daun kelor. Pelajaran IPS observasi sasaran konsumen, dan materi TIK bagaimana membuat brosur atau iklan yang menarik. Melalui kerja sama yang kompeten ini, akan mendidik anak-anak yang berjiwa interpreneur. Guru telah memberikan pengalaman baru kepada siswa untuk berjiwa mandiri.
Demikian, bapak dan ibu guru mari bersama-sama terus belajar. Karena kalau kita puas dengan ilmu pengetahuan yang kita peroleh di masa lalu, maka anak-anak bangsa ini akan hidup serasa di zaman tradisional. Padahal mereka saat ini sedang dibentuk menjadi generasi milenial dan menapaki era industri 4.0.
Blitar, 3 Januari 2021
Enik Rusmiati