Sudah diintruksikan di grup, dikirimi pesan secara pribadi, ditelepon, tetapi tetap saja tidak direspon, ya sudah.Â
Semoga keluhan seperti ini tidak benar-benar disampaikan dari lubuk hati yang paling dalam dari seorang guru. Semoga curahan hati itu hanya sebuah kejengkelan sesaat. Karena guru juga manusia yang hatinya bukan baja. Kapanpun bisa lelah dan sensitif.
Memang, hal terberat bagi seorang guru ketika pembelajaran jarak jauh adalah sulitnya memberi pemahaman materi yang harus dituntaskan siswa. Sementara tuntutan kurikulum, siswa harus bisa mencapai nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Interaksi guru dengan siswa yang terhalang ruang dan waktu menjadi kendala utama sulitnya penyampaian materi pelajaran.
Pembelajaran dipaksa menggunakan media internet, sementara keadaan orangtua siswa yang belum semua mampu menyediakan alat pintar ini. Meskipun ada, belum tentu sepenuhnya bisa dipakai oleh anak. Belum lagi keterbatasaan kuota yang harus disediakan orangtua juga menjadi hambatan ketika harus melakukan pembelajaran daring.
Apalagi bila ternyata keadaan orang tua, semua harus bekerja di luar rumah. Anak di rumah hanya ditemani gawai. Alih-alih, bila ada laporan mengenai keterlambatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, anak yang jadi sasaran gengsi dan kemarahan orang tua. Akhirnya, anaklah yang menjadi korban.
Keaadan seperti ini harus dibijaki sebagai tanggung jawab bersama, orangtua, guru dan sekolah. Namun, dalam artikel ini saya akan menyampaikan pengalaman saya sebagai seorang guru. Semoga bisa membantu mengurai benang kusut keaadaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi.
Media pembelajaran secanggih apa pun tidak akan pernah menandingi model sosok guru yang sesungguhnya. Maka dari itu, meskipun daring, guru harus bisa menghadirkan rohnya dalam kehidupan siswa sehari-hari. Barangkali cara-cara berikut bisa digunakan guru agar lebih dekat dengan siswa.
Buatlah Video Pembelajaran Sendiri
Saat ini sudah banyak video pembelajaran yang beredar di internet. Guru tinggal pilih yang sesuai dengan mata pelajaran dan  kompetensi dasar, unduh, lalu bagikan ke siswa. Selain mudah, tidak perlu berpikir, gartis lagi.
Namun, bila materi tersebut disimak siswa, jelas akan berbeda yang dirasakan siswa bila yang ditonton dan yang didengarkan itu adalah suara gurunya sendiri.Â
Apalagi video pembelajaran tersebut disertai gambar sosok gurunya yang sedang menjelaskan materi. Selain anak bisa merasakan nuansa kehadiran guru, anak juga akan meraskan kedekatan batin antara guru dan siswa.
Ungkapan siswa, bu kangen, ibu sehat kan, setelah menyimak video pembelajaran yang saya kirim menunjukkan adanyan kehadiran guru di hati siswa. Terkadang saya juga terbawa perasaan dengan kerinduan anak-anak itu.
Layaknya bila kita rindu dengan keluarga, belum cukup puas kangenya bila hanya membaca pesan di whatsapp, maka kita akan melakukan telepon video. Begitu juga dengan siswa, pasti akan merasakan hal yang sama antara membaca intruksi di gawai dengan melihat sosok guru yang begerak.
Melalui video pembejaran yang dibuat sendiri ini, guru bisa leluasa menyampaikan pesan kepada siswa. Tentu tidak hanya materi pelajaran, guru bisa memberikan pendidikan karakter yang sesuai dengan keadaan siswa.Â
Melalui media ini juga, guru bisa menyisipkan motivasi untuk pengembangan diri anak. Karena sejatinya tugas seorang guru adalah mengajar dan mendidik anak bangsa ini menjadi generasi yang bermartabat.
Telaten Hubungi Siswa
Bila siswa glendor (istilah Jawa) atau telat dalam merespon intruksi yang diberikan guru itu wajar. Namanya juga anak, orang dewasa saja tidak sedikit kan yang tidak tepat waktu  ketika diberikan tugas oleh pimpinan.Â
Hem, jangankan tugas dari pimpinan, terkadang perintah  Tuhan saja, kita orang dewasa suka sekali menunda-nunda kan. Makanya tetap harus dimaklumi dengan kesabaran tinggi bila siswa telat mengirim tugas-tugas dari guru.
Marah, jengkel, capek, geregetan tidak dilarang, sangat manusiawi, namun jangan berlanjut menjadi keputusasaan. Apa jadinya kalau guru putus asa hadapi siswa yang lola alias loding lama? Pasti akan banyak siswa yang putus sekolah. Akan bermunculan anak yang tidak betah belajar di sekolah. Mending belajar di internet saja kan.
Apalagi pada masa pembelajaran jarak jauh ini, dibutuhkan kesabaran yang ekstra tinggi. Guru harus lebih banyak meluangkan waktu buat siswa. Bila siswa belum merespon intruksi di grup kelas, guru jangan segera menyerah, terus hubungi sampai benar-benar tersambung dengan siswa.
Hasil wawancara saya dengan beberapa siswa, ternyata alasan telat merespon itu tidak hanya karena karakter anak yang malas. Ada yang karena android harus dipakai secara bergantian dengan saudaranya, bahkan dengan orangtuanya. Adalagi karena menunggu wifi tetangganya dihidupkan, karena tidak punya kuota. Bahkan ada yang harus menyewa android juga.
Bila guru tetap telaten menghubungi siswa, sabar menunggu pesannya direspon siswa, maka guru tersebut akan bisa menempati ruang di hati siswa. Ini benar-ujian ujian kesabaran bagi seorang guru.
Gunakan Kalimat Motivasi
Setiap orang pasti akan mengalami semangat pasang surut. Untuk itu perlu motivasi atau pendorong agar kembali menemukan semangat baru dalam melakukan segala aktivitasnya.
Begitu juga dengan siswa, apalagi dalam kondisi seperti ini. Anak harus tetap di rumah, segala aktivitas dibatasi. Selanjutnya masih dituntut menyelesaikan pekerjaan rutin di rumah dan dari sekolah. Tentu ini bisa membuat batinnya tertekan.
Maka, sembari memberikan materi bisa menyisipkan kalimat-kalimat motivasi kepada siswa. Motivasi tersebut bisa dalam bentuk video atau teks. Kalimat-kalimat motivasi yang dikemas indah akan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa.
Percayalah, kalimat-kalimat inspirasi guru ini akan senantiasa membekas di hati siswa sampai kelak dewasa. Akan tetap menjadi ilmu yang bermanfaat sampai kapan pun.
Kunjungan Rumah
Meskipun pandemi covid belum juga reda, namun pemerintah tidak melarang untuk berkunjung atau bertemu dengan seseorang, asal tetap memperhatikan dan melaksanakan protokol covid-19.Â
Tentu ini peluang guru bisa bertemu dengan siswa secara langsung. Prioritas siswa yang akan ditemui ini tentu siswa yang punya catatan istimewa di jurnal guru.
Empati guru dengan meluangkan waktu untuk menemui siswa ini tentu berdampak psikologis bagi anak. Ketika  guru berkunjung di rumah, tentu ada perasaan sungkan dan malu. Rasa bersalah anak ini akan bisa menumbuhkan tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang harus segera diselesaikan.
Selain itu guru juga bisa berkomunikasi dengan orangtua siswa, mengatasi dan merusmuskan bersama kesulitan yang dihadapi oleh anak. Hal ini tentu akan menyita banyak waktu guru, namun semua perbuatan baik pasti akan dicatat sebagai amal yang baik juga kan. Amin.
Demikian uraian singkat dari pengalaman saya, semoga bermanfaat. Tidak ada anak yang nakal, bandel, lola, atau apalah namanya, bila guru bisa mendidik dengan hati dan kesabaran. Untuk itu, duhai bapak dan ibu guru, jangan selalu salahkan siswa.
Blitar, 4 Oktober 2020
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H