"Aduuhhh, ampun, badan ini rasanya capek sekali, tadi malam tidur pukul duabelas, pukul dua harus bangun, bersiap-siap berangkat ke pasar."
"Ada acara apa di rumah."
"Tidak ada, setiap hari harus bantu anak-anak mengerjakan tugasnya. Siang hari mereka tidak mau mengerjakan sendiri, nunggu ibunya pulang. Kau tahu sendirikan, kita sebagai pekerja pasar, berangkat pagi pulang petang, masih dibebani tugas sekolah anak-anak, rasanya "budrek" otak ini."
"Sabar Yu, ini masih satu minggu lo, jaga kesehatan. Jangan sampai nanti penyakit darah tinggimu kambuh."
Tadi pagi ketika belanja di pasar, saya benar-benar mendengar sendiri ibu-ibu penjual di pasar tradisional mengeluhkan tentang anak-anaknya yang selama dua pekan belajar di rumah. Ternyata keluahan emak-emak ini benar adanya, karena akhir-akhir ini saya hanya membaca plesetan dan candaan di status media sosial.
Memang, menjadi ibu itu tidak mudah, makanya dalam agama Islam menempatkan wanita (ibu) pada derajat paling tinggi. Sehingga Tuhan meletakkan surga di telapak kaki seorang ibu. Karena sosok ibu merupakan sosok wanita yang mulia di mata Allah, yang dalam ridhanya ada surga bagi anak-anaknya.
Ibu harus Tetap Lembut
Tuhan menciptakan wanita dengan sifat dasar lemah lembut. Bahkan ketika masih gadis pun, wanita pasti mempunyai sifat lembut, sensitif, peka terhadap peristiwa di ligkungan. Meski kadang kelembutan ini menipis karena telah dikuasai oleh nafsu duniawi.
Menghadapi masalah anak-anak yang dikarantina di rumah selama dua pekan, jelas mau tidak mau ini adalah masalah ibu juga. Keadaan ini menjadikan sosok ibu berubah menjadi pengasuh sekaligus harus menjadi guru profesional dalam rumah tangga. Pekerjaan yang bertambah pasti akan meningkatkan rasa capek, lelah dan stress. Namun jangan jadikan alasan untuk diperbolehkan berkata kasar kepada anak, bahkan sampai memukul. Tetaplah lemah lembut dalam berkata-kata  dan bersikap agar anak menjadi betah tinggal di rumah.
Seorang ibu yang telah diberikan naluri keibuan ini, pasti akan memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Semua yang dilakukan ibu di rumah, niatkan bahwa ini perintah Allah, dan semua hal yang baik pasti akan berbuah baik pula, kita tinggal menunggu kapan amal yang ditanam itu berbuah.
Ibu harus Tetap Kuat
Pekerjaan seorang ibu merupakan aktivitas yang menakjubkan. Bayangkan, ibu harus bangun sebelum penghuni semua terbangun dan tidur lagi setelah semua terlelap. Bisa kita rasakan bila sosok ibu "roboh", maka yang terjadi mobilitas rumah tangga menjadi tidak stabil dan masing-masing anggota keluarga akan mencari pemenuhan kehidupan sendiri-sendiri.
Seorang  ibu harus kuat terhadap kerepotan keluarga, rasa sakit, kesulitan ekonomi, kesedihan dan hal-hal baik maupun buruk yang menimpa anak-anaknya. Seorang ibu harus selalu siaga di garda depan dalam menghadapi kesulitan anak. Ibu yang kuat lahir dan batinnya, maka akan terbentuk keluarga yang harmanonis. Keluarga harmonis inilah merupakan pondasi kuat menuju negara yang kuat pula.
Ibu harus Tetap Prioritaskan Keluarga
Krisis finansial kadang mengharuskan seorang ibu harus bekerja di luar rumah. Kebutuhan ekonomi yang melambung serta meningkatnya kebutuhan keluarga menyebabkan ibu harus membantu mencari penghasilan tambahan. Tentu hal ini akan mengurangi hak anak akan waktu yang seharusnya untuk mereka.
Bila ini memang harus terjadi, tetap prioritaskan anak dan keluarga. Pekerjaan  memang penting, namun kebutuhan anak jauh lebih penting. Bila waktu ibu sudah banyak di luar rumah, hal-hal yang tidak penting di rumah, dan tidak berhubungan dengan anak sebaiknya tidak dilakukan. Seperti menonton televisi, bermedia sosial, ngrumpi dengan tetangga, atau belanja di mall dalam waktu yang cukup lama. Gunakan siswa waktu yang ada untuk keluarga.
Sedangkan untuk pekerjaan rumah tangga, bila itu mengganggu kesehatan tubuh, sebaiknya berbagi dengan asisten rumah tangga, agar tubuh sehat ibu bisa untuk bersandar buah hati. karena bagaimanapun rasa lelah itu akan mempengaruhi kondisi hati ibu. Berikan sisa waktu dari pekerjaan ibu di luar, untuk anak-anak.
Yang terakhir, Â ibu tetap harus menjadi sosok yang sabar dan tabah menghadapi keluhan anak-anak. Karena di tangan dan petuah sosok ibu lah yang paling utama, guru-guru di sekolah hanyalah membimbing dan mengarahkan mereka menjadi anak-anak sholih dan sholiha. Doa tulus dari seorang ibu akan mampu menjadi jalur cepat dalam mengantarkan anak-anak ini menuju kebahagiaan dunia dan akhiratnya.
Makanya ibu, berhentilah mengeluh ya, karena keluhan itu tidak akan memberikan solusi bagi mereka, justru memberikan beban berat pada setiap langkah-langkahnya menuju kebaikan. Semoga kita adalah sosok ibu-ibu pilihan dalam menjalankan kekholifahan sehari-hari sebagai hamba Allah. Amin.
Blitar, 22 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H