Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Buntut Singkong

12 Juli 2019   17:33 Diperbarui: 12 Juli 2019   17:45 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mendengar pertanyaan dari sopirnya Reza hanya tersenyum, "Nanti Bapak akan tahu kenapa saya ngotot ingin menemuinya", jawa Reza kalem.

Kali ini Reza merasa Jakarta seperti penuh sesak. Jalan-jalan penuh dengan jejalan mobil-mobil. Ia merasakan perjalanan hari ini ditempuh sangat lama. Rasanya ia ingin keluar dari mobil menerjang arus lalu lintas, untuk segera bertemu dengan pak Juned.

"Masih jauh Pak", Reza semakin  tidak sabar untuk segera bertemu dengan penjual gorengan.

"Perempatan depan itu masih lurus, terus satu perempatan lagi Pak",  sopir Reza menjelaskan. "Sudah tidak sabar ya pak?" Tanyannya heran kepada bos nya ini.

Masih seperti tadi, ketika ditanya Reza hanya memberikan senyuman yang sulit diartikan. Sopir Reza semakin penasaran, lalu dikebutkan mobilnya ketika jalanan agak sepi.

"Nah, itu pak gerobaknya pak Juned, itu dia orangnya yang memakai kaos oblong kuning dengan kopyah hitam" jelasnya kepada Reza.

Reza segera membuka mobil mewahnya, hatinya berdebar-debar, dia memandang di ujung seberang jalan, hatinya semakin gelisah. Langkah-langkahnya mengikuti irama detak jantungnya. Sorot matanya penuh dengan kerinduan yang berbaur haru. Begitu tiba di depan gerobak Reza berhenti, tidak ada kata-kata yang terucap. Matanya memandangi tangan-tangan perkasa pak Juned mengaduk-aduk gorengan di atas wajan.

"Maaf Pak, Bapak ingin membeli gorengan apa?"  pak Juned heran melihat orang kaya berada di dekat gerobak gorengannya.

"Pak Juned, Bapak masih ingat kira-kira 24 tahun yang lalu ada seorang bocah laki-laki yang selama empat hari berdiri di ujung seberang jalan sana, memandangi gerobak Bapak?" tanya Reza. Pak Juned berhenti sejenak, tatapanya beradu dengan mata Reza. Ia memandangi Reza dari rambut sampai ujung sepatunya. Tetapi pikirannya melayang-layang  pada peristiwa 24 tahun yang lalu.

"Reza, ya ya, anak itu yang beridiri di seberang jalan sana, karena ingin makan jajan gorengan saya",  pak Juned mengingat-ingat perstiwa 24 tahun yang lalu.

"Sayalah Reza pak, yang dulu setiap hari Bapak beri  buntut singkong". Jawab Reza

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun