Mohon tunggu...
Eni Farida
Eni Farida Mohon Tunggu... Guru - Pencinta Kata

Kata adalah rasa, kata adalah nuansa, tapi tak ada kata putus asa, selalu belajar dan mencoba, semua pasti bisa.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Harapan di Bulan Sejuta Asa

6 Mei 2019   22:25 Diperbarui: 6 Mei 2019   23:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa merupakan bentuk pengendalian diri, khususnya pengendalian diri terhadap segala nafsu dan keinginan duniawi. Maka tidak salah jika aku berharap kebiasaanku yang sering marah, uring-uringan, memendam sakit hati dan sebagainya, bisa aku kendalikan, melalui semangat Ramadhan.

Aku Ingin meraih keberkahan "seribu bulan"

Tak bisa dipungkiri Ramadhan menyimpan sebuah misteri "seribu bulan", yang sampai saat ini tidak ada satu orangpun yang tahu pasti, kapan berkah seribu bulan itu terjadi. Walaupun mungkin sudah banyak ulama yang mengisyaratkan bahwa waktunya pada tanggal-tanggal ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan. Tapi tetap tak ada yang bisa memastikan kapan dan dalam situasi yang seperti apa. Hanya orang-orang yang beruntunglah yang akan mendapatkan keistimewaan seribu bulan tersebut.

Aku berharap bisa mendapatkan keistimewaan tersebut, walau aku sebenarnya sadar, belum cukup "bersih" dan pantas untuk bisa mendapatkan mahkota seribu bulan.  Tapi keinginan ini dari tahun ke tahun semakin menggodaku untuk bisa meraihnya. 

Semoga Ramadhan tahun ini, keinginan ini bisa terwujud.

Aku ingin bahagiakan Syurga-Ku

Sejak menikah aku ikut suamiku, secara otomatis aku jarang sekali bisa bersama dan bertemu orang tuaku. Karena memang kami tinggal berbeda kota dengan orang tua. Aku dan suami tinggal di Kota Malang, sedang orang tuaku (tinggal ibuku, karena ayah sudah tiga tahun lalu meninggal dunia) tinggal di Situbondo. Aku jarang pulang karena kesibukan pekerjaanku, jadwal liburku kadang tak selaras dengan jadwal libur anak-anakku dan berbagai alasan menyebabkan aku tak bisa seenaknya pulang ke kampung halamanku, bertemu dan membersamai mereka berdua. Sedih sebenarnya, bahkan aku tidak bisa membersamai ayahku di detik-detik terakhir beliau menghembuskan nafas.

Sebuah keinginan dan doa yang selalu ku panjatkan : "Ya Allah berikan aku waktu, untuk membahagiakan mereka orang tuaku, merawat mereka, membersamai mereka di masa tua mereka".

Alhamdulillah walau saat ayah menghembuskan nafas terakhirnya, aku tidak berada di sampingnya. Aku sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk merawatnya beberapa bulan selama beliau berobat di Malang. Dan saat ini, saat orang tuaku tinggal ibu saja, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk membersamainya selama Ramadhan ini. Ibu minta kepada adikku untuk berpuasa bersamaku di Kota Malang.  Sebuah kesempatan luar biasa, yang tak ingin aku lewatkan begitu saja. Kesempatan untuk membahagiakan ibuku, membersamainya, mendekatkan syurgaku di setiap langkah kakiku,  mendapatkan langsung doa di setiap aku akan beraktivitas.

Ibu adalah jalan menuju syurgaku. Karena di kakinya letak syurga bagi anak-anaknya. Aku yang selama ini tak pernah ada kesempatan untuk membersamainya, tiba-tiba seakan mendapat anugerah tak terkira. 

Semoga aku bisa bahagiakan beliau di usia senjanya.  Tidak hanya di Ramadhan ini, tapi selamanya.

Ini harapanku, semoga ini bukan Ramadhan terakhirku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun