"Allahumma Baariklana Fi Rajaba, wa Sya'bana wa ballighna Ramadhana"
Doa ini sering didengungkan dua bulan menjelang Ramadhan. Mulai bulan Rajab, bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan. Sebuah ungkapan rasa dan harapan kepada Allah, agar kita senantiasa mendapat keberkahan di bulan Rajab dan Sya'ban, dan disampaikan umur kita sampai pada bulan Ramadhan.
Kebahagiaan tak terhingga kurasakan, karena masih bisa menemui Ramadhan dalam kondisi sehat wal afiat, walau dua bulan sebelum Ramadhan, sebuah musibah menimpaku, kecelakaan itu terjadi. Hingga aku berfikir andai saja Allah tidak mengulurkan tanganNYa membantuku, mungkin aku tidak akan bisa selamat dari musibah tersebut. Alhamdulillah...puji syukur tak henti kupanjatkan kehadiratMu ya Rabb.
***
Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, harapan dan sejuta kenikmatan. Tak heran jika banyak dari kita berharap untuk bisa menemui Ramadhan dengan berbagai ekspresi. Bahkan segala persiapan dilakukan untuk menyambut Ramadhan. Seperti tradisi bersih-bersih rumah, tempat-tempat ibadah, seperti masjid, mushalla dan surau-surau kecil di sudut desa. Saling berkirim makanan, kue apem sebagai wujud rasa syukur yang tak terhingga karena sudah dipertemukan dengan bulan yang mulya ini.
Namun apalah artinya berbagai persiapan, jika Ramadhan hanya dilewatkan sebagai sebuah bulan yang seolah-olah tak memiliki keistimewaan apapun dibanding sebelas bulan sebelumnya. Oleh karena itu banyak harapan yang ingin ku raih di bulan ini, setidaknya aku ingin bulan ini jadi momentum, agar aku bisa jadi pribadi yang lebih baik.
Harapanku di Ramadhan ini :
Aku Ingin menjadi pribadi yang lebih banyak bersyukur
Peristiwa demi peristiwa terjadi dalam kehidupanku, bahkan seperti yang kutulis di awal tulisan ini, beberapa bulan terakhir menjelang Ramadhan, aku mengalami berbagai peristiwa, yang menurutku semua adalah ujian dari Allah SWT. Aku harus dihadapkan pada sebuah kecelakaan yang membuatku cedera, ujian dalam keluarga kecilku, putra bungsuku "menguji" emosi dan kesabaranku sebagai ibu, perbedaan-perbedaan pandangan dengan suami menyebabkan riak-riak semakin sering ku rasakan.
Namun dibalik semua ujian itu, Allah masih memberiku "hadiah", SK kenaikan jabatanku akhirnya keluar juga, setelah melalui revisi berkali-kali. Â Suamiku naik jabatan, anak sulungku lulus ujian tahap I untuk melanjutkan studinya. Ini baru sebagian kecil hadiah yang kuterima. Karena masih banyak nikmat yang Allah berikan padaku sepanjang tahun yang telah kulewati. Aku dan keluargaku selalu sehat, kami bisa selalu bersama, berbagi, tersenyum dan beribadah tanpa halangan, bagiku benar-benar anugerah yang tak bisa kunilai dengan materi apapun.
Momen Ramadhan ini, aku ingin jadi pribadi yang lebih banyak bersyukur. Tidak hanya sekedar berucap Alhamdulillah, tetapi wujud syukurku ingin kuwujudkan dalam bentuk lebih mendekatkan diri pada Allah swt, banyak berbagi dengan orang-orang sekitarku. Karena aku yakin apa yang ku dapatkan tak lepas dari doa mereka semua.
Aku ingin jadi pribadi yang lebih sabar
Puasa merupakan bentuk pengendalian diri, khususnya pengendalian diri terhadap segala nafsu dan keinginan duniawi. Maka tidak salah jika aku berharap kebiasaanku yang sering marah, uring-uringan, memendam sakit hati dan sebagainya, bisa aku kendalikan, melalui semangat Ramadhan.
Aku Ingin meraih keberkahan "seribu bulan"
Tak bisa dipungkiri Ramadhan menyimpan sebuah misteri "seribu bulan", yang sampai saat ini tidak ada satu orangpun yang tahu pasti, kapan berkah seribu bulan itu terjadi. Walaupun mungkin sudah banyak ulama yang mengisyaratkan bahwa waktunya pada tanggal-tanggal ganjil setelah tanggal 20 Ramadhan. Tapi tetap tak ada yang bisa memastikan kapan dan dalam situasi yang seperti apa. Hanya orang-orang yang beruntunglah yang akan mendapatkan keistimewaan seribu bulan tersebut.
Aku berharap bisa mendapatkan keistimewaan tersebut, walau aku sebenarnya sadar, belum cukup "bersih" dan pantas untuk bisa mendapatkan mahkota seribu bulan. Â Tapi keinginan ini dari tahun ke tahun semakin menggodaku untuk bisa meraihnya.Â
Semoga Ramadhan tahun ini, keinginan ini bisa terwujud.
Aku ingin bahagiakan Syurga-Ku
Sejak menikah aku ikut suamiku, secara otomatis aku jarang sekali bisa bersama dan bertemu orang tuaku. Karena memang kami tinggal berbeda kota dengan orang tua. Aku dan suami tinggal di Kota Malang, sedang orang tuaku (tinggal ibuku, karena ayah sudah tiga tahun lalu meninggal dunia) tinggal di Situbondo. Aku jarang pulang karena kesibukan pekerjaanku, jadwal liburku kadang tak selaras dengan jadwal libur anak-anakku dan berbagai alasan menyebabkan aku tak bisa seenaknya pulang ke kampung halamanku, bertemu dan membersamai mereka berdua. Sedih sebenarnya, bahkan aku tidak bisa membersamai ayahku di detik-detik terakhir beliau menghembuskan nafas.
Sebuah keinginan dan doa yang selalu ku panjatkan : "Ya Allah berikan aku waktu, untuk membahagiakan mereka orang tuaku, merawat mereka, membersamai mereka di masa tua mereka".
Alhamdulillah walau saat ayah menghembuskan nafas terakhirnya, aku tidak berada di sampingnya. Aku sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk merawatnya beberapa bulan selama beliau berobat di Malang. Dan saat ini, saat orang tuaku tinggal ibu saja, Allah memberikan kesempatan kepadaku untuk membersamainya selama Ramadhan ini. Ibu minta kepada adikku untuk berpuasa bersamaku di Kota Malang. Â Sebuah kesempatan luar biasa, yang tak ingin aku lewatkan begitu saja. Kesempatan untuk membahagiakan ibuku, membersamainya, mendekatkan syurgaku di setiap langkah kakiku, Â mendapatkan langsung doa di setiap aku akan beraktivitas.
Ibu adalah jalan menuju syurgaku. Karena di kakinya letak syurga bagi anak-anaknya. Aku yang selama ini tak pernah ada kesempatan untuk membersamainya, tiba-tiba seakan mendapat anugerah tak terkira.Â
Semoga aku bisa bahagiakan beliau di usia senjanya. Â Tidak hanya di Ramadhan ini, tapi selamanya.
Ini harapanku, semoga ini bukan Ramadhan terakhirku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H