Mohon tunggu...
Engla Disa Ramadani
Engla Disa Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1

Halo, Nama saya Engla Disa Ramadani, panggil saja Engla. Terima Kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Mendidik Orang Dewasa di Era Digital

31 Mei 2022   22:37 Diperbarui: 31 Mei 2022   22:42 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama    : Engla Disa Ramadani

NIM      : 21005043

Prodi     : Pendidikan Luar Sekolah


Strategi Mendidik Orang Dewasa di Era Digital

 

Pendahuluan

Pada tahun 1833 istilah andragogi di perkenalkan pertama kali oleh Alexander Kapp yakni istilah pendidikan untuk orang dewasa dalam menjelaskan teori pendidikan yang melahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian, ada Gernan Enchevort dari Belanda yang merupakan ahli pendidikan orang dewasa, ia membuat studi mengenai asal mula penggunaan istilah andragogi. Selanjutnya, Adam Smith memberikan pernyataannya bahwa pendidikan orang dewasa harus dilakukan dengan guru khusus, metode dan filsafat khusus.

Knowles menjelaskan bahwa, pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (pedagogi). Pedagogi mengajarkan kepada anak-anak, kemudian anak-anak meniru yang dicontohkan oleh gurunya, sementara itu andragogi merupakan pengembangan diri sendiri dengan memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu, andragogi mulai dijadikan teori baru sejak tahun 1870-an oleh Malcolm Knowles yang memperkenalkan istilah tersebut untuk pembelajaran pada orang dewasa.

 

Pembahasan

              Menurut Mezirow ada empat cara mendasar oarang dewasa dalam belajar, yaitu sebagai berikut:

  • Perluasan makna yang ada;
  • Penciptaan makna baru yang melengkapi kerangka yang ada;
  • Transformasi sudut pandang yang terjadi melalui refleksi atau asumsi yang dimiliki saat ini;
  • Transformasi bingkai referensi atau "kebiasaan pikiran".

 

Sementara itu, Knowles (1970) mengungkapkan konsep atas empat asumsi pokok yaitu:

  • Seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya beranjak dari ketergantungan total menuju pengarahan diri sendiri. Atau bisa dibilang bahwa anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedangkan orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri, sebab konsep dirinya tersebut orang dewasa memerlukan penghargaan orang lain sebagai manusia yang bisa mengontrol diri sendiri, saat dia mengahadapi situasi dimana dia tidak memungkinkn dirinya sendiri self directing, maka akan timbul rekasi tidak senang atau menolak.
  • Disebabkan sudah matang dalam mengumpulkan sejumlah besar pengalaman, maka dirinya menjadi sumber belajar yang kaya dan pada waktu yang sama memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, dalam mendidik orang dewasa tidak dianjurkan menggunakan metode ceramah atau lebih baik dikurangi, belajar dengan banyak berbuat, tidak cukup dengan mendengar dan menyerap. Hal ini sejalan dengan prinsip belajar umum yang mempercayai bahwa belajar berbuat lebih efektif bila dibandingkan dengan belajar hanya dengan melihat atau mendengarkan.
  • Kesiapan belajar orang dewasa bukan karena paksaan akademik, namun sebab kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya, maka orang dewasa belajar disebabkan karena mereka butuh untuk meningkatkan perkembangannya sesuai peranannya sebagai pekerja, orang tua, pemimpin suatu organisasi dan lain-lain.
  • Terakhir, orang dewasa mempunyai kecenderungan orientasi belajar pada pemecahan masalah kehidupan (problem centeredorientation). Misalnya, orang dewasa yang butuh belajar untuk mengembangkan skill menggunakan komputer karena berhubungan dengan pekerjaannya yang sering menggunakan komputer.

Strategi atau langkah-langkah yang digunakan untuk mendidik orang dewasa apalagi di era digital dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Pembinaan Keakraban

 Tahap ini bertujuan supaya orang dewasa saling mengenal antara satu dengan yang lainnya maka akan tumbuh suasana akrab dengan pendidik.

3. Tahap Identifikasi Kebutuhan Belajar, Sumber-sumber, dan Kemungkinan Hambatan

Identifikasi kebutuhan belajar ini bertujuan untuk mengetahui apa yang di butuhkan oleh orang dewasa. Orang dewasa selaku warga belajar juga menyampaikan sumber-sumber yang ada dilingkungannya sehingga hal tersebut mungkin bisa dijadikan sumber informasi untuk dijadikan bahan ajar. Warga belajar yang menyampaikan apa saja hambatan-hambatan ataupun kendala yang ia alami baik dalam kegiatan belajar maupun tidak.

3. Tahap Perumusan Tujuan Pembelajaran

Tahap ini bertujuan membantu warga belajar dalam menyusun hingga menetapkan tujuan pembelajaran. Setelah mengidentifikasi kebutuhan belajar orang dewasa tersebut, maka diperolehlah tujuan pembelajaran.

4. Tahap Penyusunan Program Pembelajaran

Tahap ini haruslah melibatkan orang dewasa tersebut dalam menyatakan, memilih, menyusun, dan menetapkan program pembelajaran yang akan mereka lakukan.

5. Tahap Pelaksanaan Program Pembelajaran

Tahap ini mengikutsertakan warga belajar dalam proses pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang sudah disepakati.

6. Tahap Penilaian Program Pembelajaran

Pada tahap ini melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh pembelajaran dari orang dewasa tersebut.

 

Penutup

Kesimpulannya adalah bahwa cara mendidik orang dewasa atau yang disebut dengan andragogi tidaklah sama dengan pedagogi yang mengajarkan anak-anak. Karena, orang dewasa tidak akan mau diajarkan seperti anak-anak yang mana harus terus-terusan mendengar pembelajaran, diperintah membuat ini dan itu. Orang dewasa menganggap dirinya jauh lebih berpengalaman, maka dia tidak akan mau mendengar ceramah terus, tapi harus dibarengi dengan perbuatan. Jadi, diperlukanlah strategi untuk mendidik orang dewasa terutama di era digital saat ini.

Referensi Bacaan:

Sudjana, Djudju. "Andragogi Praktis" dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007, h. 8.

Sihombing, E. Konsep dan Strategi Pendidikan Orang Dewasa. Jurnal Edukasi Kultura: Jurnal Bahasa, Sastra dan Budaya, 6(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun