Acara berbelanja pun selesai, namun ketika hendak pulang, melewati tempat penitipan barang ia tertarik dengan informasi lowongan pekerjaan yang terpampang di sana. Beberapa posisi pekerjaan ditawarkan perusahaan tersebut, pupil matanya kemudian membesar tatkala melihat sebuah tulisan "Operator Forklift" dengan syarat umur maksimal 35 tahun. Ia pun kemudian bertanya kepada petugas: "maaf mbak, ini benar sedang membutuhkan operator forklift?"
"Benar mas, untuk penempatan di gudang induk Cikarang, coba aja melamar, titip di sini juga bisa", jawabnya.
"O gitu ya, bisa titip di sini, besok deh saya coba ke sini lagi", air mukanya bersinar, harapan besar pun muncul di sana.
"Terima kasih mbak atas informasinya", sambil berkemas lalu ia pun meninggalkan supermarket tersebut.
Sesampainya di rumah, ia segera membuat surat lamaran pekerjaan, lengkap dengan lampiran sertifikat operator forklift yang ia dapatkan dari perusahaan sebelumnya.
Esoknya ia pun kembali ke supermarket itu untuk menitipkan surat lamaran pekerjaannya, ia yakin dengan pengalamannya bekerja selama ini ia bisa diterima bekerja kembali.
Dua minggu berselang surat lamarannya tembus dan ia dipanggil untuk sesi psikotes serta wawancara.
Lama menunggu hasilnya, kurang dari 2 bulan ia pun dinyatakan lolos dan bisa bekerja kembali bahkan hingga saat ini.
Momen tersebut selalu ia ingat untuk menambah rasa syukur dan sebagai pemicu semangat dikala rasa bosan dan jenuh melanda saat bekerja.
Tuhan memang maha pemurah dan maha pemberi rizki, tidak semua yang manusia usahakan sesuai dengan rencananya, sebab Tuhan punya rencana sendiri untuk setiap hamba-Nya.
Itulah cerita 15 tahun yang lalu, dimana diskriminasi usia menjadi hal yang membuat para pencari kerja kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal mereka telah sekolah 12 tahun serta masih sangat layak dan mampu untuk bekerja.