Mohon tunggu...
Engkos Kosasih
Engkos Kosasih Mohon Tunggu... Operator - 100 komentar, bisa yuk

Menulis tidak hanya bekerja untuk keabadian, menulis juga bekerja untuk perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyaksikan Kemukjizatan Al Qur'an, Mungkinkah?

28 Juni 2024   15:26 Diperbarui: 28 Juni 2024   16:08 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pexels

Pernahkah anda bertanya-tanya tentang Al Qur'an, mengapa ia dianggap sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam?

Nabi-nabi yang lain mukjizatnya berupa hal-hal ajaib yang bisa dilihat oleh umatnya, fenomena yang diluar nalar dan logika manusia.

Misalnya Nabi Musa alaihissalam bisa merubah tongkat menjadi ular, bahkan tongkatnya bisa membelah lautan. Nabi Isa alaihissalam bisa menyembuhkan penyakit buta bahkan bisa menghidupkan orang mati. Nabi Nuh alaihissalam bisa membuat bahtera yang sangat besar hingga menampung berbagai macam jenis hewan.

Selama ini kita tidak pernah diceritakan mukjizat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kecuali Al Qur'an.

Mengapa Al Qur'an disebut mukjizat?

Mukjizat (معجزة) asalnya mu'jiz (معجز), berarti sesuatu yang bisa melumpuhkan atau melemahkan pihak lain. Kata "mu'jiz" (معجز) akar katanya 'a jaza (أعجز) yang artinya melemahkan, melumpuhkan atau menjadikan tidak mampu.

Sedangkan dalam KBBI mukjizat diartikan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.

Padahal kita tahu bahwa tidak semua kejadian ajaib dianggap sebagai mukjizat, contohnya kemampuan tukang sihir, pesulap atau peramal tidak bisa dikatakan mukjizat, sehingga definisi KBBI tentang mukjizat tidak sesuai dengan apa yang Islam maksudkan.

Adanya ketidaksesuaian definisi diatas otomatis membuat kita salah dalam mengartikan mukjizat, imbasnya kita bingung dan bertanya-tanya mengapa Al-qur'an disebut sebagai mukjizat.

Syeikh Manna Al Qathan mengartikan mukjizat sebagai: Suatu kejadian yang luar biasa, disertai tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.

Pembagian Mukjizat

Imam As Suyuthi membagi mukjizat kedalam dua kelompok besar:

  1. Mukjizat hissiyah/fisik, bentuk mukjizat yang bisa dilihat oleh panca indera. 

  2. Mukjizat aqliyah/rasional, jenis mukjizat yang hanya bisa ditangkap oleh nalar manusia.

Berbeda dengan para nabi dan rasul terdahulu, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Karena itu mukjizat beliau adalah Al Qur'an yang bersifat 'aqliyyah/rasional, mukjizat yang universal; berlaku untuk segala zaman.

Mukjizat nabi-nabi terdahulu hanya bisa disaksikan oleh kaumnya yang semasa dengan nabi tersebut, kemukjizatan Al Qur'an tidak hanya disaksikan oleh bangsa Arab ketika Al Qur'an diturunkan, melainkan bisa disaksikan oleh siapapun, kapanpun, dari bangsa manapun, kekal hingga akhir zaman.

Kunci untuk bisa menyaksikan kemukjizatan Al Qur'an yaitu dengan memahami bahasanya, termasuk menyelami makna yang terkandung di dalamnya. 

Al Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas, siapapun bisa memahaminya. Namun bahasa Arab yang digunakan Al Qur'an jauh lebih tinggi tingkatan sastranya dibandingkan dengan syair-syair Arab yang pernah dibuat.  

Selain memiliki nilai sastra yang tinggi, Al Qur'an juga jelas dari segi lafadz serta indah pada struktur kalimatnya dan sempurna maknanya.

Namun diluar itu, ada beberapa perbedaan antara bahasa Arab Al Qur'an dengan bahasa Arab pada umumnya. Diantaranya:

  1. Bahasa Arab terbagi menjadi: bahasa Arab klasik dan bahasa Arab modern. Al Qur'an menggunakan jenis yang pertama, bahasa Arab klasik (fusha)

  2. Al Qur'an juga menggunakan jenis bahasa Arab formal, bukan bahasa yang digunakan sehari-hari (non formal).

  3. Perbedaan juga terlihat pada pemilihan kata serta struktur kalimatnya. Al Qur'an adalah kalamullah sehingga pemilihan kata-nya sangat tepat dengan makna yang dalam.

  4. Al Qur'an memiliki aturan-aturan khusus dalam pengucapannya, bahkan bisa dibaca dengan berbagai irama yang berbeda.

Apa yang harus dilakukan agar bisa menyaksikan mukjizat Al Qur'an?

Kemukjizatan Al Qur'an bisa dilihat dari dua sisi, segi kebahasaan dan kandungannya.

Banyak dari kalangan ilmuwan yang takjub dengan Al Qur'an, melalui ilmu yang ditekuninya mereka bisa menyaksikan langsung mukjizat Al Qur'an. Apa yang ada di dalam Al Qur'an ternyata selaras dengan penemuan-penemuannya. Ini yang membuat mereka takjub dan akhirnya memilih Islam sebagai agamanya.

Sebagai contoh adalah apa yang ilmuwan jepang temukan tentang methalonids. Zat ini bisa dihasilkan jika seseorang memakan kombinasi antara buah tin dan zaitun, mengkonsumsinya harus tepat yaitu 1 buah tin ditambah 6 buah zaitun. Kombinasi ini akan menghasilkan zat methalonids yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.

Secara alami zat methalonids ini dihasilkan tubuh pada rentang usia 15-35 tahun. Khasiat buah tin dan zaitun telah mencengangkan para ilmuwan, dan mereka lebih takjub lagi ketika mendapati bahwa Al Qur'an menyebut buah tin sebanyak satu kali dan buah zaitun sebanyak 6 kali. Ini adalah salah satu bukti tentang mukjizat Al Qur'an yang sesuai dengan ilmu pengetahuan masa kini.

Bagi kita yang bukan ilmuwan dan tidak menekuni bidang ilmu apapun maka segi kebahasaan lah yang memungkinkan untuk kita bisa menyaksikan mukjizat Al Qur'an. 

Sebagaimana yang pernah dialami oleh bangsa Arab dahulu, mereka takjub, terkagum-kagum dengan Al Qur'an. Mereka berbahasa Arab tapi mendengar Al Qur'an dibacakan, mereka langsung terdiam. Baru kali itu mereka mendengar syair yang begitu indah, jelas dan mengandung makna yang dalam. 

Jadi untuk bisa menyaksikan mukjizat Al Qur'an dari segi bahasa maka belajar bahasa Arab menjadi hal yang harus dilakukan. Dan untuk memahami kandungan Al Qur'an, maka tidak cukup dengan belajar bahasa Arab, ilmu balaghah serta asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat) adalah tambahannya.

Dengan menyaksikan langsung kemukjizatan Al Qur'an bukan berarti ada jaminan iman seseorang akan bertambah, karena hidayah sepenuhnya milik Allah. 

وَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ اٰيَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ اَنَابَ

Dan orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah (Muhammad): "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya." (QS Ar-Ra'd: 27)

Dengan perasaan rendah hati, mengharap ridho serta hidayah Allah, mempelajari bahasa Arab dan mendalami makna-makna yang terkandung di dalam Al Qur'an, maka seseorang akan mungkin dapat merasakan dan menyaksikan langsung mukjizat Al Qur'an sehingga akan menambah keimanannya kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. 

Contoh praktek sederhana yang bisa dilakukan, coba perhatikan dua ayat di bawah ini:

Ayat pertama:

 قَالَتْ اَنّٰى يَكُونُ لِى غُلٰمٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِى بَشَرٌ وَّلَمْ اَكُ بَغِيًّا

(Maryam berkata: "bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki sedangkan tidak pernah seorang pun menyentuhku dan aku juga bukan seorang pezina") QS Maryam (19) : 20

Ayat kedua:

 قَالَتْ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِى وَلَدٌ وَّلَمْ يَمْسَسْنِى بَشَرٌ قَالَ كَذٰلِكِ اللّٰهُ يَخْلُقُ مَايَشَاءُ اِذَا قَضٰى اَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُوْلُ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ

(Maryam berkata: "ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak sedangkan aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun." Allah berfirman (melalui Jibril): "demikianlah Allah menciptakan apa-apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata: "jadilah", lalu jadilah ia".) QS Ali Imran (3) : 47

Kedua ayat diatas memiliki kesamaan redaksi, namun ada sedikit perbedaan. Jika kita bisa menemukan perbedaannya lalu bisa menjawab mengapa keduanya berbeda, maka hal ini bisa menjadi langkah awal untuk bisa merasakan dan menyaksikan mukjizat Al Qur'an.

Mengapa Allah memilih kata غُلٰمٌ pada ayat pertama, dan mengambil kata وَلَدٌ di ayat kedua, padahal keduanya memiliki arti yang sama yaitu anak laki-laki.

Mengapa Allah menambahkan kata بَغِيًّا di ayat pertama, sedangkan di ayat ke dua tidak terdapat kata tersebut.

Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang bisa dielaborasi jika kita ingin menelusuri makna-makna dari kandungan ayat-ayat Al Qur'an.

Contoh di atas bisa diaplikasikan juga ke ayat-ayat lain. Jika berniat untuk menyelami mukjizat Al Qur'an maka Insya Allah dengan pertolongan dan hidayah-Nya siapapun bisa menyaksikan mukjizat Al Qur'an, dan mendapatkan kenikmatan luar biasa karena ilmu yang Allah tanamkan pada hati masing-masing hambanya.

Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun