Postpartum blues atau baby blues syndrom sebuah fenomena yang selalu ada dan akan tetap ada selama manusia ada dan melahirkan. Beberapa wanita mampu menyesuaikan diri dengan baik setelah melahirkan, tetapi sebagian lainnya tidak mampu beradaptasi sehingga mengalami gangguan psikologis seperti disebut postpartum blues.
Postpartum blues atau baby blues sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak 460 tahun sebelum Masehi, oleh Hippocrates.
Baby blues atau postpartum blues syndrome merupakan gangguan suasana hati yang biasa terjadi pada ibu muda, terutama pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Gejala yang umum yaitu: perasaan sedih, cemas, mudah marah, merasa kelelahan, selalu menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak mampu mengurus bayinya. Gejala parah yang mungkin terjadi keinginan ibu untuk bunuh diri atau bahkan ingin membunuh atau menyakiti bayinya.
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian baby blues syndrome di dunia yang dialami ibu setelah melahirkan sekitar 70-80%, dan sekitar 13% ibu yang mengalami baby blues berlanjut menjadi depresi postpartum. Dan Indonesia menduduki peringkat keempat tertinggi di ASEAN yaitu 50%-70% untuk kejadian baby blues.Â
Penyebab terjadinya baby blues syndrome.
Pertama psikososial, misalnya kehamilan yang tidak diinginkan, status pernikahan, riwayat gangguan jiwa, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan ibu.
Kedua, kurangnya perhatian dan dukungan dari suami dan keluarga beresiko terjadinya baby blues syndrome. Kurangnya dukungan dan perhatian membuat ibu merasa sendiri dalam menghadapi masalah mentalnya.
Baby blues syndrome mempunyai dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yang ditimbulkan yaitu, ibu menjadi pasif dan mengabaikan bayinya sehingga bayi kurang mendapatkan perhatian dan sentuhan dari ibu. Sedangkan dampak jangka panjang, menimbulkan gangguan pada perkembangan kognitif, psikologi, neurologi dan motorik.Â
Meskipun baby blues umumnya tidak berlangsung lama, namun kondisi ini bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional ibu muda, serta hubungannya dengan bayi dan pasangan. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan upaya pencegahan.
Cara-cara pencegahan yang bisa dilakukan melalui pendidikan kesehatan pencegahan terjadinya depresi. Salah satu yang mungkin dilakukan adalah memaksimalkan pendidikan pra nikah, dengan memasukkan materi khusus tentang postpartum atau baby blues syndrome serta pengetahuan tentang kesehatan mental pada ibu muda.
Pendidikan atau kelas pra nikah bisa dilakukan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga non pemerintah, seperti yayasan dan organisasi keagamaan.
Manfaat pendidikan pra nikah dalam upaya mencegah baby blues syndrome:
Meningkatkan pengetahuan tentang perubahan fisik dan emosional yang terjadi selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Mempersiapkan ibu muda untuk bisa beradaptasi menghadapi berbagai tantangan dalam mengasuh bayi.
Meningkatkan keterampilan komunikasi dan kerjasama antara pasangan.
Membangun dukungan sosial yang kuat untuk ibu muda.