"Drogba dokter. Terima kasih." Ia menyambut uluran tangan itu. Lalu duduk di kursi di hadapan dokter simpatik itu.
"Kenapa bisa terjadi seperti ini pak? Seharusnya Bapak bisa menjaga Ibu lebih baik lagi ...... apalagi dia....,"
"Dia kenapa dok?" balas Drogba secepat ia bisa.
"Ibu Netta tengah hamil sekitar 4 minggu. Apa bapak belum tahu?" tanyanya penuh selidik.
"Benarkah? Tapi .......,"
"Yaah. Sayangnya bapak terlambat mengetahuinya. Kami mohon maaf, kami sudah berusaha semampu kami menolong Ibu Netta. Tetapi Allah berkehendak lain. Ibu Netta sudah meninggal."
Drogba jatuh pingsan sebelum dokter itu menyelesaikan kalimatnya.
=====@@@@@=====
Kelopak mawar berwarna pink dan putih itu ditaburkannya ke pusara Netta. Tak henti-hentinya Drogba menyesali kesalahan yang telah diperbuatnya. Kehadiran Jasmine dan Calva, anak lelaki buah cinta mereka tak bisa menghapus penyesalan dari hari-harinya.
Seandainya dulu aku mau bersabar. Seandainya dulu aku mau menunggu sedikit lebih lama. Seandainya dulu aku tak mengedepankan ego. Seandainya .......Hatinya terasa perih dan pedih, seolah beribu sembilu dihujamkan tepat di tengahnya.
Tetapi penyesalan selalu datang terlambat, bukan?