Setelah Elhida berlalu, kupungut beberapa poster yang tadi diselipkan di bawah pintu depan. Sudah mulai masa kampanye rupanya. Ada poster mas Ibay, mas Erwin.....jeng Asih, juga jeng Sekar.
"ini tho calon Kadesnya?.......Wah, semuanya qualified, bikin bingung harus memilih siapa......"
Kutimang dan kupandangi poster mereka satu persatu. Semuanya punya kontribusi yang besar terhadap desa. Mas Ibay sukses memimpin warga saat menjabat jadi Ketua RT, jeng Asih sigap saat menjadi Sekdes, mas Erwin menunjukkan kehandalannya saat memimpin duta desa ke acara outdoor baru baru ini....sementara jeng Sekar, siapa yang tak kenal dirinya? Juragan kripik yang fenomenal, sedikit galak tapi ngangenin..... sepertinya cocok jadi bu Kades yang baru.
Tiba tiba......"bund milih siapa?" tanya Elhida yang kembali datang membawa serantang rendang.
"ssssttt.....apa boleh kalau bunda tidak memilih jeng Asih?" tanyaku berbisik.
"tapi kenapa bund? mbak Asih menantu bunda sendiri..."
"bukan karena itu nang......begini"Â aku mengajaknya duduk di beranda. Seperti biasa, nang selalu menuangkan secangkir teh buatku, meskipun itu di rumahku sendiri.
"bunda kepengin, suatu hari nanti jeng Asih mau tinggal bersama bunda di rumah ini. Sebentar lagi kau akan punya rumah sendiri, tak bisa sering sering jenguk bunda di sini. Kalau jeng Asih jadi Kades, mungkin waktunya lebih banyak dihabiskan di Kantor Desa atau menyambangi warganya...." jelasku panjang lebar.
"lalu bunda memilih siapa?"
"bunda lebih memilih mas Ibay nang......aura pemimpinnya nampak di wajahnya. Bunda percaya, desa akan semakin berkibar dan bersinar dibawah komandonya......"
"wah cucok bund....aku setuju dengan alasan bunda...." jawab Elhida.