Dodi mengajakku pulangbareng, sementara Agus mengikuti di belakang kami.
Ketika kami membelok ke gerbang sekolah, Agus juga berbelok ke gerbang sekolah di seberang jalan. "Oooh, dia sekolah di sana rupanya...." gumamku. Dodi berdehem-dehem jahil. Kucubit pinggangnya keras-keras hingga dia berteriak kesakitan.
"Rasain. Jahil siiih...." rungutku. Diam-diam kusimpan senyumku. Aku tak ingin ia mengetahui betapa senangnya rasa hatiku.
"Naksir yaa? Kusampaikan nanti....." bisik Dodi tepat di belakang telingaku.
"Dia masih free ....," sambungnya lagi. Kali ini sambil tergelak-gelak. Ia sigap berlari menjauh dariku, tak lupa sambil meleletkan lidahnya. Meledekku tentu saja.
=======
Senyumku mengembang tiba-tiba. Kenangan demi kenangan berkelebat di hadapanku.
Aku ingat kekonyolanku saat menyodorkan tangan memberinya selamat ulang tahun pada Agus. Menurutku, setiap orang yang bernama Agus pasti lahir di bulan Agustus.
"Selamat ulang tahun yaa....eeh tanggal berapa? Belum terlambat kan?" berondongku. Agus terperanjat. Ia sama sekali tak menduga bila aku menghadangnya di gerbang sekolahnya sepulang sekolah.
Matanya menyipit, samar samar bisa kulihat lesung di pipi kirinya. Senyumnya tertahan, apalagi saat dilihatnya aku yang kebingungan menyaksikan sikapnya.