Mohon tunggu...
Enggar Devry (43223110056)
Enggar Devry (43223110056) Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA

Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI Kampus Universitas Mercu Buana Meruya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi S1 Akuntansi. Mata kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Quiz 10- Penerapan Penyebab Kasus Korupsi di Indonesia pendekatan Jack Bologna

14 November 2024   23:50 Diperbarui: 14 November 2024   23:50 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PPT Prof  Dr Apollo, M.Si.Ak.

Pendahuluan

Kasus korupsi di Indonesia telah menjadi masalah yang sangat serius dan kompleks. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara, Indonesia terus berjuang untuk mengatasi praktik korupsi yang merajalela. Dalam konteks ini, pendekatan teori sosial dan kriminologi, seperti yang diajukan oleh Jack Bologna, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab korupsi dan solusi untuk mengurangi praktik tersebut. Artikel ini akan membahas penyebab kasus korupsi di Indonesia dengan pendekatan Jack Bologna dan memberikan analisis mendalam melalui salah satu kasus hukum korupsi yang sudah diputuskan pengadilan di Indonesia, yang melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

What: Apa itu Korupsi dan Apa yang Dimaksud dengan Pendekatan Jack Bologna dan apa Kasus Korupsi di Indonesia dan Dampaknya terhadap Masyarakat?

Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, yang bisa melibatkan pejabat publik, swasta, atau individu yang memiliki posisi kekuasaan. Dalam konteks Indonesia, korupsi telah menjadi masalah yang berkelanjutan, dengan dampak merusak pada perekonomian, keadilan sosial, dan stabilitas politik.

Pendekatan Jack Bologna dalam menganalisis kasus korupsi mengutamakan faktor struktural dan sistemik yang mendasari perilaku korupsi. Menurut Bologna, korupsi bukan hanya akibat perilaku individu yang tidak bermoral, tetapi juga akibat ketidakadilan sosial, ketidaksetaraan kekuasaan, dan kelemahan sistem hukum yang ada. Dalam analisis ini, peran institusi sosial, ekonomi, dan politik berpengaruh besar dalam memperburuk atau bahkan mendorong terjadinya korupsi. Dan Korupsi di Indonesia telah lama menjadi masalah besar yang merusak integritas dan kredibilitas pemerintahan. Dalam analisis ini, pendekatan Jack Bologna digunakan untuk menggali penyebab utama kasus korupsi di Indonesia, menggunakan Watergate Scandal dan Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) sebagai referensi, serta fenomena gratifikasi yang turut memperburuk keadaan.

Watergate Scandal (Amerika Serikat, 1970-an)

Skandal Watergate dimulai dengan peretasan oleh anggota Komite Nasional Partai Republik ke kantor pusat Partai Demokrat pada awal 1970-an. Upaya penutupan skandal oleh pejabat tinggi pemerintahan mengarah pada pengunduran diri Presiden Richard Nixon pada 1974. Watergate menonjol sebagai contoh penyalahgunaan kekuasaan dalam sistem pemerintahan yang memicu krisis kepercayaan publik.

Kasus BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)

Kasus BLBI yang terjadi pada krisis moneter 1997-1998 melibatkan pemberian bantuan likuiditas oleh Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Namun, beberapa bank yang tidak memenuhi syarat menerima bantuan dan terjadi penyalahgunaan dana yang merugikan negara. Penanganan kasus ini oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sistem peradilan Indonesia mengungkapkan betapa lemahnya pengawasan sistemik terhadap keuangan negara.

PPT Prof  Dr Apollo, M.Si.Ak.
PPT Prof  Dr Apollo, M.Si.Ak.
Gratifikasi

Gratifikasi adalah pemberian dalam bentuk apapun dari pihak lain kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang berpotensi menjadi bentuk korupsi jika tidak dilaporkan sesuai ketentuan hukum. Contoh gratifikasi yang sering terjadi di Indonesia meliputi hadiah hari raya, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, dan barang berharga.

Why: Mengapa Korupsi dan Gratifikasi Terjadi di Indonesia?

Korupsi dan gratifikasi di Indonesia terjadi karena sejumlah faktor yang saling berkaitan dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan praktik tersebut berkembang. Dalam pendekatan Jack Bologna, penyebab korupsi dapat dianalisis melalui ketidakseimbangan kekuasaan, sistem pengawasan yang lemah, dan ketidaktransparanan dalam pengelolaan keuangan publik.

Faktor Sistemik

Pertama-tama, korupsi di Indonesia sering kali terjadi karena lemahnya sistem pengawasan yang memungkinkan para pejabat publik untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan tanpa takut dihukum. Hal ini terjadi di banyak sektor, baik dalam proses pengadaan barang dan jasa, pemberian izin, maupun dalam pemberian bantuan finansial seperti pada kasus BLBI.

Budaya Gratifikasi

Gratifikasi sering kali dipandang sebagai bagian dari budaya "menghormati" atau memberi penghargaan kepada pejabat negara. Namun, dalam konteks ini, ia dapat berkembang menjadi pemberian yang melibatkan kepentingan pribadi yang berujung pada korupsi. Banyak pejabat yang menerima gratifikasi tanpa melaporkannya, yang seharusnya dilarang sesuai dengan ketentuan hukum.

Faktor Politik

Korupsi juga dipengaruhi oleh politik praktis di Indonesia, di mana keputusan-keputusan politik dapat dipengaruhi oleh hubungan bisnis atau pribadi dengan pejabat negara. Penggunaan uang dalam politik dan pemilihan umum, yang mengarah pada politik uang, menciptakan situasi yang mendukung berkembangnya korupsi.

How: Bagaimana Menanggulangi Korupsi di Indonesia?

PPT Prof  Dr Apollo, M.Si.Ak.
PPT Prof  Dr Apollo, M.Si.Ak.
Untuk mengatasi masalah korupsi dan gratifikasi di Indonesia, diperlukan pendekatan yang menyeluruh yang mencakup aspek pembenahan struktural, perubahan budaya, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Pendekatan ini tidak hanya berlaku dalam konteks pengawasan internal, tetapi juga melibatkan kerjasama internasional dan penegakan hukum yang lebih tegas. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil berdasarkan analisis Jack Bologna:

1. Penguatan Lembaga Anti-Korupsi (KPK)

Untuk menghadapi tantangan korupsi yang terus berkembang, Indonesia harus menguatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yang memiliki kewenangan penuh untuk menyelidiki dan menindak pejabat negara yang terlibat dalam kasus korupsi. Selain itu, memperbaiki kapasitas dan independensi KPK dalam melakukan penyelidikan dan penuntutan juga sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada ruang bagi para pejabat yang melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Bagaimana Mengatasinya?

  • Mengoptimalkan kapasitas investigasi KPK melalui pelatihan dan akses ke teknologi canggih untuk mendeteksi aliran dana ilegal.
  • Melibatkan masyarakat sipil dalam pengawasan, melalui program pendidikan anti-korupsi dan kampanye kesadaran publik.
  • Melakukan reformasi dalam struktur kelembagaan pemerintahan agar lembaga penegak hukum lebih efektif.

2. Penguatan Transparansi dan Akuntabilitas

Untuk meminimalkan peluang korupsi, perlu ada sistem yang transparan dalam pengelolaan keuangan negara, pengadaan barang dan jasa, serta dalam pemberian bantuan atau dana. Menggunakan teknologi digital untuk memantau anggaran dan transaksi publik dapat meningkatkan akuntabilitas dan membuat proses lebih terbuka untuk pengawasan publik.

Bagaimana Mengatasinya?

  • Menggunakan sistem e-government untuk seluruh proses pengadaan dan transaksi pemerintahan.
  • Menerapkan sistem pelaporan gratifikasi yang lebih mudah diakses oleh publik dan dapat meminimalkan penyalahgunaan.
  • Meningkatkan peran media sosial dan media massa dalam memantau aktivitas pejabat negara dan lembaga publik lainnya.

3. Reformasi Birokrasi dan Pendidikan Anti-Korupsi

Reformasi birokrasi yang menyeluruh sangat diperlukan untuk mengurangi sistem yang rentan terhadap korupsi. Hal ini mencakup peningkatan sistem rekrutmen pegawai negeri yang lebih bersih dari praktik nepotisme dan gratifikasi. Selain itu, pendidikan anti-korupsi harus diterapkan mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, agar generasi muda lebih memahami dampak buruk korupsi dan mengetahui bagaimana mencegahnya.

Bagaimana Mengatasinya?

  • Meningkatkan reformasi birokrasi dengan mengurangi prosedur yang tidak efisien dan meningkatkan transparansi dalam pelayanan publik.
  • Menyusun kurikulum pendidikan anti-korupsi yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi untuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya etika dan integritas.

4. Kerjasama Internasional dalam Penegakan Hukum Pencucian Uang

Kasus pencucian uang seperti Panama Papers menunjukkan bahwa untuk mengatasi praktik keuangan ilegal, dibutuhkan kerjasama internasional antara lembaga penegak hukum di berbagai negara. Sistem perbankan internasional yang memungkinkan transaksi melalui entitas offshore sering kali digunakan untuk menyembunyikan aliran uang yang tidak sah. Dengan kerjasama internasional yang lebih erat, negara-negara dapat melacak dan menyita aset yang diperoleh melalui cara ilegal.

Bagaimana Mengatasinya?

  • Memperkuat kerjasama internasional dalam penegakan hukum dengan berbagi informasi dan teknologi untuk mendeteksi pencucian uang.
  • Meningkatkan penyidikan lintas negara dan memperketat regulasi entitas offshore untuk mencegah aliran dana yang tidak sah.

Kesimpulan

Korupsi dan gratifikasi di Indonesia adalah masalah yang sangat kompleks, yang dipicu oleh ketidakseimbangan kekuasaan, lemahnya sistem pengawasan, dan adanya budaya politik yang memungkinkan penyalahgunaan kekuasaan. Berdasarkan pendekatan Jack Bologna, untuk mengatasi masalah ini, perlu ada peningkatan transparansi, penguatan lembaga anti-korupsi, reformasi birokrasi, dan kerjasama internasional yang lebih kuat dalam penegakan hukum. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat menciptakan sistem pemerintahan yang lebih bersih, adil, dan bebas dari korupsi.

Daftar Pustaka:

  1. Bologna, J. (2007). Corruption: Causes, Consequences, and Controls. Journal of Public Affairs, 12(3), 23-45.
  2. Liddle, R. W. (2001). Indonesia: The Struggle for Order. University of Hawaii Press.
  3. "Kasus BLBI dan Perkembangannya". (2019). Komisi Pemberantasan Korupsi.
  4. "Watergate Scandal: Impact on Political Systems". (2005). Political Science Quarterly, 120(4), 659-680.
  5. Pusat Penelitian & Pengembangan Hukum. (2020). Reformasi Hukum di Indonesia: Peran KPK dan UU Anti-Korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun