Mohon tunggu...
Energy Negeri
Energy Negeri Mohon Tunggu... Insinyur - Keberlangsungan energy, suatu keharusan

"We are all connected; To each other, biologically. To the earth, chemically. To the rest of the universe, atomically." --Neil DeGrasse Tyson

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pekan Depan Pertamina Akan Bagikan Kompensasi Tumpahan Minyak

16 Agustus 2019   14:26 Diperbarui: 16 Agustus 2019   14:30 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiri: Ketua Tim 1 Penanganan Dampak Eksternal Rifky Effendi; Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu; Dirut PHE Meidawati; Kasubdit Keselamatan Hulu

Pertamina akhirnya memberikan kepastian terkait ganti rugi atas peristiwa minyak tumpah. Rencananya, kompensasi akan diberikan pekan depan kepada masyarakat terdampak. Mekanisme pembayaran dilakukan seusai pendataan secara menyeluruh.Pendataan tersebut termasuk dengan adanya objek penerima kompensasi dan skema pembayaran kompensasi yang akan diberikan. Pertamina juga sudah menyiapkan 22 ribu formulir yang harus diisi warga terdampak.

Menurut Ketua Tim 1 Dampak Pengendalian Eksternal Pertamina Rifky Effendi, pihaknya telah menerjunkan 279 orang untuk melakukan pendataan di wilayah terdampak, yang pendataannya sudah mencapai 60 sampai 70 persen, per hari Jumat (16/8). Kemudian, data akan diverifikasi bersama pemerintah daerah terdampak.

"Jika pendataannya selesai minggu ini dan minggu depan setelah verifikasi, kita sudah bisa memberikan kompensasi. Kita tentu tidak ingin pendapatannya masyarakat yang terdampak, terganggu. Nah disitu insya Allah minggu depan kita akan mulai," tambah Rifky, saat jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (15/8).

Warga yang akan mendapatkan kompensasi yakni warga yang terdampak langsung, yaitu warga di tujuh daerah tingkat II, yakni warga di Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kepulauan Seribu, Kota Tangerang, Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Kabupaten Cilegon.

Saat ini, dua daerah dengan dampak terparah berada di Kabupaten Karawang dan Bekasi di Jawa Barat, dan Kepulauan Seribu di DKI Jakarta. Selain itu, ada empat daerah di Banten yang memiliki potensi terdampak, yakni Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Serang, serta Kota Cilegon.

"Paling berat (dampaknya) Karawang karena paling dengan dengan sumber dan arus air dari timur ke barat. Selain itu, Bekasi, Kepulauan Seribu. Kami juga jumpai beberapa titik (minyak) di Tangerang, Serang, dan Cilegon. Kami fokus pada tujuh daerah ini," ujar Rifky.

Pernyataan Rifky dibenarkan Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Dharmawan H Samsu, yang mengatakan, mengenai besaran kompensasi, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) telah memiliki dana cadangan yang memang dialokasikan untuk mengantisipasi peristiwa darurat.

"Dana dianggarkan, PHE punya dana cadangan untuk hal-hal seperti ini. Konsentrasi kita bukan pada dana, tapi ke penanganan. Jangan ada yang dirugikan, tapi juga jangan ada diuntungkan dari kejadian ini," ujar Dharmawan.

Dharmawan menilai, besaran kompensasi bisa saja berbeda. Pasalnya, Pertamina akan menghitung nilai kerugian masing-masing warga terdampak yang tentunya memiliki latar belakang dan aktivitas berbeda satu sama lain.

Bagaimana dengan perkembangan penanganan tumpahan minyak di Laut Jawa?

Dharmawan Samsu menjelaskan, guna menampung tumpahan minyak di lepas Pantai Karawang yang jatuh ke laut, PT Pertamina Hulu Energy telah menempatkan toren di bawah anjungan. Toren tersebut akan ditarik dua kapal, dan akan dilakukan secara berulang-ulang.

Penempatan toren tersebut dilakukan guna menampung tumpahan minyak, serta menghindari tumpahan minyak jatuh ke dasar laut.

"Yaitu kita membuat penampungan yang akan diletakkan di bawah dari anjungan, untuk menampung spills secara langsung, sehingga mengurangi volume tumpahan minyak yang jatuh ke laut. Di antara anjungan itu ditempatkan dua kapal, di kanan kirinya. Kemudian kapal itu saling dihubungkan dengan tali," Dharmawan Samsu, kepada pers.

Terkait penutupan sumur, Dharmawan mengatakan, proses pengeboran sumur baru memakan waktu sekira tujuh pekan hingga delapan pekan ke depan. "Paling cepat, sekitar akhir September sumber (kebocoran) dapat dimatikan," lanjut Dharmawan.

Dharmawan menegaskan, meski mendapat bantuan tenaga asing, kendali penanganan tetap berada di tangan Pertamina.

"Pada prinsipnya, kita memaksimalkan penanganan di offshore (sisi laut) demi meminimalisasi dampak yang ada di onshore (daratan). Kita harus kendalikan tumpahan minyak sebesar-besarnya selama dia masih di laut," tutup Dharmawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun