Mohon tunggu...
Sosbud

Pembelajaran Tematik Integratif

29 November 2016   00:02 Diperbarui: 29 November 2016   00:57 8371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi

Nama                                   : Eneng ST Nurwachidah, S.Pd

Tempat, Tanggal Lahir     : Garut, 18 Januari 1980

JenisKelamin                      : Perempuan

Status Perkawinan            : Kawin

Agama                                : Islam

PekerjaanSekarang         : Guru SD Kota Wetan 1 kecamatan Garut Kota

 Alamat                               :  Jln. Guntur Kp. Legok Ringgit RT 05 RW 09 Kec. Garut Kota Kab. Garut Jawa Barat

Telepon                              : 085314772130

Email                                  : enengsitinur@gmail.com

B. LatarBelakangPendidikan         

SD
:
SDN Siliwangi  (Garut)
Tahun: 1992
SMP
:
SMPN 3 l(Garut)
Tahun: 1995
SMA
:
SMKN 3(Garut)
Tahun: 1998
PerguruanTinggi
:
S1 STKIP Garut
Tahun: 2009

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF

DALAM MENGEMBANGKANSIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK SD

ABSTRAK

Thematicintegrativemodel oflearningis integrated by using a unifying theme among the subjects. Thematic integrative curriculum in 2013 using ascientific approachin which to apply scientific attitude through the stages; observation, asking, reasoning, doing, processing, presenting, summarizing, and communicating. Knowledge is not good enough if not supported with activities involving psikomorik or skills. It is intended that students can experience a positive development in terms of bothknowledge and skills. But here the teacher has a very important role that knowledge and those skills can evoke attitudes in line with expectations, one of which is the scientific attitude. This was carried out in order to balance the ability of learninghard skillsand soft skills, so that the scientific attitude of students will appear and the students will be used to solve problems and be ready to face thefuture developmentof the golden era.

Tematik integratif merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu antar mata pelajaran. Tematik integratif dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific yang di dalamnya menerapkan sikap ilmiah melalui tahapan; pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pengetahuan yang baik tidak cukup apabila tidak didukung dengan kegiatan yang melibatkan psikomorik atau keterampilan. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengalami perkembangan positif baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Namun di sini guru memiliki peran yang sangat penting agar pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat membangkitkan sikap yang sesuai dengan harapan, salah satunya adalah sikap ilmiah. Hal ini diupayakan agar pembelajaran dapat menyeimbangkan kemampuan hard skill dan soft skill, sehingga sikap ilmiah peserta didik akan muncul dan peserta didik akan terbiasa memecahkan masalah dan siap untuk menghadapi perkembangan zaman dimasa keemasannya.

Kata kunci:tematik integratif, pendekatan scientific, sikap ilmiah

  • Pendahuluan

Perkembangan zaman senantiasa menuntut dunia pendidikan untuk melakukan perubahan, perubahan tersebut akan berbanding lurus dengan perubahan pola sistem pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempurnaan tersebut dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum itu memang bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Di samping itu melalui berbagai observasi, evaluasi pendidikan, masukan dari para pakar pendidikan serta masukan dari masyarakat, maka pemerintah berusaha untuk memperbaiki kurikulum yang mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun masyarakat banyak yang mengasumsikan,bahwa setiap ganti menteri mesti ganti kurikulum. Sebagai sorang guru yang professional, sudah seharusnya cepat merespon perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan masyarakat yang begitu cepat. (Kunandar,2007;107).

Perubahan kurikulum maka akan berpengaruh terhadap perubahan pola pembelajaran. Ketika kita dihadapkan pada suatu kondisi pembelajaran di mana peserta didik mendapatkan nilai pengetahuanlebih tinggi dibandingkan dengan nilai sikap moral dan ilmiahnya, misalnya nilai Agama 9, IPA 9 tetapi masih adanya peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang berkata kasar dengan membawa nama binatang, kurang peduli lingkungan, mencontek saat ujian, sekolah menengah yang tawuran,  hingga korupsi di setiap elemen kelembagaan.Hal itu menunjukkan bahwa insan tersebut belum mampu memecahkan masalah secara ilmiah dan sikap ilmiah pada diri peserta didik belum betul-betul tertanam sejak dini, karena pada saat pembelajaran guru hanya fokus pada penguasaan segi kognitif peserta didik saja.

Begitu pentingnya sikap ilmiah untuk ditanamkan karena akan berpengaruh pada keseimbangan anatara hard skill dan soft skill. Di mana hard skill berkaitan dengan kemampuan pengetahuan sedangkan soft skillberkaitan dengan sikap (khususnya sikap ilmiah) maupun keterampilan, dan permasalahan di atas menunjukkan adanya kurang keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Maka dari itu perlu adanya pola pembelajaran yang memungkinkan dapat mengembangkan dan menyeimbangkan potensi peserta didik baik dari segi hard skill maupun soft skillsehingga sikap ilmiahnya akan muncul. Ternyata pola pembelajaran tersebut ada dalam kurikulum 2013 yang baru-baru ini diluncurkan oleh pemerintah, di mana dalam kurikulum tersebut menerapkan pembelajaran tematikintegratif yang dapat mengupayakan keseimbangan hard skill maupun soft skill dan memunculkan sikap ilmiah.

Pemerintah mulai tahun ajaran 2013- 2014 akan menerapkan kurikulum 2013 di setiap jenjang pendidikan sekolah, khususnya tingkat SD/MI mulai dari kelas 1 dan 4. Di mana jenjang sekolah SD/MI mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak dibandingkan jenjang sekolahSMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Salah satu ciri kurikulum 2013 adalah bersifat tematik integratif. Berkaitan dengan pembelajaran tematik integratif maka penulis pada kesempatan ini akan mengkaji ruang lingkup pembelajaran tematik integratif dan hubungannya terhadap sikap ilmiah.

Pembahasan

Pengertian Tematik Integratif

  • Tematik berasal dari bahasa Yunani, yaitu  tithenaiyang berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata tersebut mengalami perkembangan sehigga kata tithenaiberubah menjadi tema. Menurut arti katanya temaberarti ” sesuatu yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys Keraf,2001;107). Pengertian secara luas, bahwa tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.
  • Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka dengan tujuan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari harus selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Hal ini sejalan dengan menurut Sukmadinata (2004;197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema pembelajaran. Tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Seperti pada gambar di bawah ini.
  • Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
  • Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
  • Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama.
  • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  • Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
  • Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  • Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
  • Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.

Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

  • Penerapan pembelajaran tematik integratif di SD dapat disebut sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi padatnya isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak hanya merespon segalanya dari guru, dan mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak peserta didik menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia SD. Di sinilah mengapa  pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di SD.
  • Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik integratif, yaitu:
  • Berpusat padapeserta didik(student centered), sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
  • Dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik(direct experiences).
  • Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal SD, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
  • Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
  • Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya.
  • Hasil pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
  • Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Integratif

Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

  • Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
  • Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
  • Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
  • Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tem lain maupun disajikan secara tersendiri.
  • Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta pananaman nilai-nilai moral.
  • Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, lingkungan dan daerah setempat.

Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting, yakni:

  • Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik.
  • Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik.
  • Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna.
  • Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  • Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama.
  • Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  • Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.

Sikap Ilmiah

  • Apabila seorang peserta didik ditanya apa yang telah dipelajari di sekolah, kemungkinan besar akan menjawab, ‘Sains, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan PKn. Tetapi guru pasti mengetahui bahwa bukan sekedar itu melainkan lebih dari itu yang diharapkan. Bagaimana hasil dari pembelajaran dapat mengembangkan cara berpikir, keterampilan maupun sikap. Khusunya sikap menurut Bundu, Patta. (2006:39) paling kurang ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalampengembangan sikap ilmiah peserta didikSD: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai anak didik, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain, obyek, atau peristiwa.
  • Sikap ilmiah sering dikaitkan dengan pembelajaran sains. Keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut National Curriculum Council dalam Bundu, Patta (2006: 39), bahwa sikap ilmiah sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan sains. Adapun sikap ilmiah tersebut di antaranya:
  • Hasrat ingin tahu
  • Menghargai kenyataan (fakta dan data)
  • Ingin menerima ketidakpastian
  • Refleksi kritis
  • Tekun, ulet, tabah
  • Kreatif untuk penemuan baru
  • Berpikir terbuka
  • Sensitif terhadap lingkungan sekitar
  • Bekerjasama dari orang lain
  • Namun pada tingkat SD sikap ilmiah yang difokuskan yaitu membangkitkan rasa ingin tahu (curiosity), sikap penemuan fakta dan data (inventiveness) sikap berpikir kritis (critical thinking) dan ketekunan (persistence). (Bundu, Patta. 2006:40). Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan anak didik. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar anak didik.
  • Tabel 1
  • Ciri-ciri Sikap Ilmiah Peserta Didik SD
    • Sikap Ilmiah
    • Ciri-ciri yang dapat diamati
    • Sikap ingin tahu
    • (curiosity)
    • Menggunakan beberapa alat indera untuk menyelidiki materi dan organisme
    • Mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa
    • Memperlihatkan minat pada hasil percobaan
    • Sikap Penemuan
    • (inventiveness)
    • Menggunakan alat tidak seperti biasanya dan dengan cara yang konstruksif
    • Menyarankan percobaan-percobaan baru
    • Menguraikan konklusi baru dari pengamatan mereka
    • Berpikir Kritis
    • (critical thinking)
    • Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi mereka
    • Menunjukkan laporan yang berbeda dengan teman kelasnya
    • Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta
    • Ketekunan
    • (persistence)
    • Melanjutkan meneliti sesuatu sesudah “kebaruannya” hilang
    • Mengulangi satu percobaan meskipun berakibat kegagalan
    • Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelsanya selesai lebih awal.

Pembelajaran Tematik Integratif dalam Mengembangkan Sikap Ilmiah

  • Pembelajaran tematik integratif menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu yaitu model jaring laba-laba (webbed model).MenurutRobin Fogarty dalam Kemdikbud (2013:205).Model ini berangkat dari pendekatan tematik sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan  pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.Sedangkan proses pembelajaran menggunaan pendekatan pendekatan scientific,hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber maupun melalui kegiatan observasi.
  • Kondisi pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah  dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Namun selain itu pembelajaran tematik integratif didukung dengan penggunaan pendekatan scientific, di mana pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria berikut ini.
  • Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
  • Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
  • Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris.

Namun selain itu hal yang mendasari mengapa harus menggunakan pembelajaran tematik integratif ialah bahwa pembelajaran apabila diawali dengan kegiatan mencari fakta-fakta melalui pengamatan yang didukung dengan topik atau tema sebagai pemersatu antar disiplin ilmu yang lain maka akan menghasilkan pengetahuan yang baik bagi peserta didik. Pengetahuan yang baik tersebut tidak cukup apabila tidak didukung dengan kegiatan yang melibatkan psikomorik atau keterampilan peserta didik seperti kegiatan praktikum. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengalami perkembangan positif baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Namun di sini guru memiliki peran yang sangat penting agar pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat membangkitkan sikap yang sesuai dengan harapan, salah satunya adalah sikap ilmiah. Jadi dengan kata lain berdasarkan gambar 2 (Drake, Susan M. 2004:50) bahwa sikap ilmiah akan muncul apabila didukung dengan pengetahuan yang benar dan keterampilan yang baik.

KNOW                                            DO

Enduring                                                 Complex

                        Understandings                                   Interdisciplinary

                                                                                            Performance skills

                                    Interdisciplinary                        

concept                                               

                                                                                              Disciplinary skills

Disciplinary concept                 

Topiccs           

                                                       Lower-order skills

Facts, facts, facts

Gambar 2 (Drake, Susan M. 2004:50)

Tahapan Pembelajaran

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semuajenjang dilaksanakan denganmenggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harusmenyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan  menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahutentang‘apa’.Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Adapun contoh tahapan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Contoh Tahapan Pembelajaran

KEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN

ALOKASI WAKTU

Pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengajak berdoa (religius).
Mengecek kehadiran peserta didik.
Peserta didik diajak untuk bersyukur dengan adanya energi yang banyak manusia gunakan. (dengan membaca alhamdulillah)
Melakukan apersepsi melalui pengajuan masalah oleh peserta didik atau guru tentang hemat energi “lampu di siang hari masih menyala, maka apa yang harus kita lakukan?, mengapa demikian...?”
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang akan dipelajari.
10 menit
Inti
Peserta didik membaca teks tentang menghemat energi dengan intonasi dan kosakata yang jelas.
Peserta didik mencermati gambar, kemudian diminta menyampaikan pendapat dan perasaannyasetelah melihat gambar tersebut.(Mengamati gambar tentang menghemat energi dan boros energi)
Peserta didik membuat  6 pertanyaan (5W + 1H) tentang teks dan gambar menghemat energi.(Menanya)
Peserta didik menjawab 6 pertanyaan dengan cara disilang dengan teman sebangkunya.
Peserta didik dibentuk menjadi 5 kelompok.
Peserta didik melakukan pengamatan di sekitar sekolah dengan mendata jumlah lampu disetiap ruangan.
Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan.
Peserta didik menghitung jumlah lampu dengan menggunakan operasi hitung campuran.
Peserta didik mendiskusikan untuk memecahkan masalah tentang bagaimana cara penghematan yang dilakukan jika di suatu ruangan terdapat 2 buah lampu berdaya 5 watt, 1 lampu 10 watt, 2 lampu masing-masing berdaya 20 watt, dan 1 lampu 30 watt. (Menalar)
Peserta didik melakukan tanya jawab terkait permasalahan yang didiskusikan.
Peserta didik merumuskan bagaimana cara menghemat energi melalui penggunaan energi alternatif, yaitu dengan menggunakan energi angin.(Menalar)
Peserta didik membuat media kincir angin. (Mencoba untuk membuat kincir angin).
Peserta didik menganalisis kelemahan kelebihan bahan yang digunakan untuk membuat kincir angin. (Mengolah)
Peserta didikmembuat kincir angin.
Peserta didik menyampaikan laporan tentang cara membuat kincir angin. (Menyajikan)
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran. (menyimpulkan)
Peserta didik mencoba untuk membuat poster dalam rangka mengajak masyarakat untuk menghemat energi. (Mengkomunikasikan)
190 menit
Penutup
Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang sudah disampaikan.
Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti.
Peserta didik mendapatkan soal evaluasi tentang materi ajar melalui buku teks.
Guru menyampaikan pesan moral untuk senantiasamelakukan penghematan energi listrik dengan dimulai pada diri sendiri di lingkungan rumah.
Peserta didikmendapat tugas rumah untuk bekerjasama dengan orang tua dalam mendata jumlah lampu yang ada di rumah.
Salam dan doa penutup.
10 menit

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian di atas menunjukkan bahwa melalui pembelajaran tematik integratif dapat mengembangkan kemampuan sikap ilmiah peserta didik, hal tersebut didukung dengan adanya penggunaan pendekatan sciantific dalam proses pembelajaran di kurikulum 2013. Di mana scientific itu sendiri memiliki tahapan di antaranya; pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Tahapan tersebut memiliki kesamaan dengan ciri-ciri sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, ciri-ciri tersebut muncul berdasarkan karakteristik peserta didik yang pada usia SD memiliki potensi untuk dapat mengembangkan sikap ilmiah. Selain itu pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah lahir berlandaskan atas tujuan pendidikan nasional yang mengharapkan pendidikan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki sikap ilmiah yang baik dengan didukung keseimbanganhard skill (kognitif) dan soft skill (apektif dan psikomotor) yang handal, sehingga peserta didik siap untuk menghadapi perkembangan zaman dimasa keemasannya.

DAFTAR PUSTAKA

  • Abidin, Yunus. et,al. (2010). Prosiding Implementasi PAKEM di SD dan PAUD. Bandung: Rizqi
  • Angelillo, Janet. (2008). Whole-Class Teaching Minilessons and More. Portsmouth: Heinemann
  • Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains SD.Jakarta: Depdiknas
  • Drake, Susan M and Burns, Rebecca C. (2004). Meeting Standards Through Integrated Curriculum. United States: ASCD
  • Drake, Susan M. (2007). Creating Standards-Based Integrated Curriculum.California: Corwin Pre
  • Keraf Gorys, (2001), Komposisi.Ende-Flores: Nusa Indah
  • Kunandar, (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT Rajagrafindo
  • NN. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.  Jakarta: Depdikbud
  • Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: yayasan Kusumakarya
  • Tomlinson, Carol Ann dan Tighe, Jay Mc. (2006). Integrating Differentiated Instruction and Understanding by Design. Virginia: ASCD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun