Mohon tunggu...
Sosbud

Pembelajaran Tematik Integratif

29 November 2016   00:02 Diperbarui: 29 November 2016   00:57 8371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah mulai tahun ajaran 2013- 2014 akan menerapkan kurikulum 2013 di setiap jenjang pendidikan sekolah, khususnya tingkat SD/MI mulai dari kelas 1 dan 4. Di mana jenjang sekolah SD/MI mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak dibandingkan jenjang sekolahSMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Salah satu ciri kurikulum 2013 adalah bersifat tematik integratif. Berkaitan dengan pembelajaran tematik integratif maka penulis pada kesempatan ini akan mengkaji ruang lingkup pembelajaran tematik integratif dan hubungannya terhadap sikap ilmiah.

Pembahasan

Pengertian Tematik Integratif

  • Tematik berasal dari bahasa Yunani, yaitu  tithenaiyang berarti “menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata tersebut mengalami perkembangan sehigga kata tithenaiberubah menjadi tema. Menurut arti katanya temaberarti ” sesuatu yang telah diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys Keraf,2001;107). Pengertian secara luas, bahwa tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.
  • Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka dengan tujuan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari harus selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Hal ini sejalan dengan menurut Sukmadinata (2004;197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema pembelajaran. Tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Seperti pada gambar di bawah ini.
  • Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
  • Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
  • Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama.
  • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
  • Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
  • Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  • Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
  • Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan.

Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif

  • Penerapan pembelajaran tematik integratif di SD dapat disebut sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi padatnya isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, anak hanya merespon segalanya dari guru, dan mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak peserta didik menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia SD. Di sinilah mengapa  pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di SD.
  • Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik integratif, yaitu:
  • Berpusat padapeserta didik(student centered), sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
  • Dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik(direct experiences).
  • Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal SD, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
  • Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
  • Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya.
  • Hasil pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
  • Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Integratif

Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

  • Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
  • Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
  • Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
  • Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tem lain maupun disajikan secara tersendiri.
  • Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta pananaman nilai-nilai moral.
  • Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, lingkungan dan daerah setempat.

Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting, yakni:

  • Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik.
  • Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik.
  • Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna.
  • Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  • Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama.
  • Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  • Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan anak didik.

Sikap Ilmiah

  • Apabila seorang peserta didik ditanya apa yang telah dipelajari di sekolah, kemungkinan besar akan menjawab, ‘Sains, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan PKn. Tetapi guru pasti mengetahui bahwa bukan sekedar itu melainkan lebih dari itu yang diharapkan. Bagaimana hasil dari pembelajaran dapat mengembangkan cara berpikir, keterampilan maupun sikap. Khusunya sikap menurut Bundu, Patta. (2006:39) paling kurang ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalampengembangan sikap ilmiah peserta didikSD: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai anak didik, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon kepada orang lain, obyek, atau peristiwa.
  • Sikap ilmiah sering dikaitkan dengan pembelajaran sains. Keduanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut National Curriculum Council dalam Bundu, Patta (2006: 39), bahwa sikap ilmiah sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan sains. Adapun sikap ilmiah tersebut di antaranya:
  • Hasrat ingin tahu
  • Menghargai kenyataan (fakta dan data)
  • Ingin menerima ketidakpastian
  • Refleksi kritis
  • Tekun, ulet, tabah
  • Kreatif untuk penemuan baru
  • Berpikir terbuka
  • Sensitif terhadap lingkungan sekitar
  • Bekerjasama dari orang lain
  • Namun pada tingkat SD sikap ilmiah yang difokuskan yaitu membangkitkan rasa ingin tahu (curiosity), sikap penemuan fakta dan data (inventiveness) sikap berpikir kritis (critical thinking) dan ketekunan (persistence). (Bundu, Patta. 2006:40). Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan anak didik. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar anak didik.
  • Tabel 1
  • Ciri-ciri Sikap Ilmiah Peserta Didik SD
    • Sikap Ilmiah
    • Ciri-ciri yang dapat diamati
    • Sikap ingin tahu
    • (curiosity)
    • Menggunakan beberapa alat indera untuk menyelidiki materi dan organisme
    • Mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa
    • Memperlihatkan minat pada hasil percobaan
    • Sikap Penemuan
    • (inventiveness)
    • Menggunakan alat tidak seperti biasanya dan dengan cara yang konstruksif
    • Menyarankan percobaan-percobaan baru
    • Menguraikan konklusi baru dari pengamatan mereka
    • Berpikir Kritis
    • (critical thinking)
    • Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi mereka
    • Menunjukkan laporan yang berbeda dengan teman kelasnya
    • Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta
    • Ketekunan
    • (persistence)
    • Melanjutkan meneliti sesuatu sesudah “kebaruannya” hilang
    • Mengulangi satu percobaan meskipun berakibat kegagalan
    • Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelsanya selesai lebih awal.

Pembelajaran Tematik Integratif dalam Mengembangkan Sikap Ilmiah

  • Pembelajaran tematik integratif menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu yaitu model jaring laba-laba (webbed model).MenurutRobin Fogarty dalam Kemdikbud (2013:205).Model ini berangkat dari pendekatan tematik sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan  pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.Sedangkan proses pembelajaran menggunaan pendekatan pendekatan scientific,hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber maupun melalui kegiatan observasi.
  • Kondisi pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah  dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Namun selain itu pembelajaran tematik integratif didukung dengan penggunaan pendekatan scientific, di mana pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria berikut ini.
  • Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
  • Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain.
  • Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
  • Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun