Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hina UAS? Awas, Ini Akibatnya

18 Mei 2022   22:24 Diperbarui: 18 Mei 2022   22:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda yang jelas-jelas menghina Ustaz Abdul Somad, apakah hidupnya sudah jauh lebih baik? Ya tentu saya mendoakan, Anda tetap jauh lebih segalanya, termasuk dari sisi sikap dan perbuatan.

Dari penelitian guru besar David R. Hawkins melalui disertasinya berjudul Qualitative and Quantitative Analysis and Calibration of The Level of Human Consciousness disebutkan, menghina atau merendahkan orang lain, level energinya rendah yakni 10 pangkat 175 lux (satuan energi cahaya).

Lantas bagaimana dengan respons orang yang dihina. Jika setelah dihina yang muncul adalah perasaan malu, maka energinya akan sangat rendah yakni 10 pangkat 20 lux. Sementara jika yang muncul perasaan bersalah, energinya 10 pangkat 30, atau perasaan putus asa energinya 10 pangkat 50 lux.

Maka, jika dihina atau direndahkan, kemudian merasa malu, putus asa dan rasa bersalah, ini akan menjadikan orang yang dihina semakin drop. Namun nyatanya, sikap Ustaz Abdul Somad menunjukkam sebaliknya. Selama ini, ketika beliau dihina, sikapnya tetap optimistis, sehingga energinya justru semakin tinggi yakni 10 pangkat 310. Ditambah ketika beliau memaafkan, energi semakin naik ke angka 10 pangkat 350. Ditambah ketika beliau tetap tenang bahkan santai, energinya langsung melonjak 10 pangkat 540.

Itulah kenapa, mereka yang terhina kemudian menjadikan hinaan itu sebagai motivasi, energi yang didapatkan justru akan semakin besar dan jauh lebih besar. Sementara si penghina energinya malah semakin drop.

Persoalan energi di atas jelas sebuah hasil penelitian ilmiah, meski dalam ajaran agama pun, tidak dibenarkan untuk menghina orang lain.

Jadi, hindari menghina, merendahkan atau meremehkan orang lain. Sikapi saja semua berita atau informasi dengan damai dan sukacita. Supaya energi yang kita miliki tidak terbuang percuma. Ketimbang buang energi menghina orang lain, bukankah lebih baik energi itu dipakai untuk meraih impian?

Bagaimana menurut Sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun