Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Gaji Rp 80 Juta pun Ngeluh

25 April 2020   16:02 Diperbarui: 26 April 2020   02:31 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja di-PHK (Afbeelding/Getty via limburger.nl)

Paling utama adalah, bagaimana mengendalikan diri agar mampu menahan godaan. Anda yang memiliki kartu kredit misalnya, begitu besar godaannya. Dengan cicilan nol persen dan bonus segambreng, membuat siapa saja begitu tergiur belanja, meski sebetulnya barang itu belum terlalu dibutuhkan.

Termasuk mereka yang memiliki gaji besar seperti contoh di atas tadi misalnya. Hedonic treatmill alias godaan gaya hidup membuat gaji yang cukup lumayan itu juga banyak terpakai untuk hal-hal yang tidak murah. Bagi buruh, makan nasi bungkus plus minum Rp 15 ribu jelas sudah sebuah kemewahan. Tapi bagi yang gajinya puluhan juta, makan steak plus minuman yang jutaan rupiah, bukanlah suatu kendala.

Tentu tidak bisa membandingkan apple to android. Itu sama saja membandingkan langit dan jurang. Perbedaannya jauh. Tapi kalau dilihat dari fungsinya, bukankah tidak jauh berbeda?  

Disadari atau tidak, pandemi Corona ini justru memaksa setiap orang memiliki kemampuan baru yakni bagaimana bertahan hidup. Dan akhirnya semua orang jadi tahu, apa sesungguhnya hidup. Sebab selama ini, banyak yang berlomba-lomba dalam kelebihan, sementara di sekeliling masih ada yang memikirkan bagaimana caranya bisa hidup.  

Semoga banyak lagi hikmah yang bisa dipetik dari kondisi saat ini. Dan ketika wabah berakhir, tetap bisa istiqamah dan bukan malah lalai atau jor-joran kembali.

Jadi ingat kata sang bijak. Untuk hidup sebetulnya mudah dan murah. Yang mahal adalah gaya hidup.

Bagaimana menurut sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun