Proses restrukturisasi pun dilakukan. Hasilnya klir dan nyaman. Namun, saat proses terapi akan diakhiri, ternyata ada bagian diri Sahila yang menyampaikan ada perasaan tidak nyaman.
"Ada yang bilang, saya tidak boleh jatuh hati sama orang yang lebih tua," tutur Sahila, menyampaikan apa yang muncul dari dalam dirinya.
Proses terapi pun kembali dilanjutkan, untuk mencari akar masalah terkait perasaan suka terhadap pria yang lebih dewasa. Ternyata, saat duduk di bangku SLTA, ayah Sahila wafat. Inilah yang menyebabkan Sahila membutuhkan sosok ayah. Akibatnya, Sahila selalu merasa nyaman setiap kali ada pria dewasa yang memberikan perhatian. Baginya, itu sebagai pengganti kasih sayang dari ayahnya.
Kembali, restrukturisasi dilakukan. Semua emosi dan perasaan tidak nyaman dinetralisir. Hasilnya, klien merasa nyaman dan lega. Sebelum dibawa naik dari kondisi relaksasi, kembali dilakukan evaluasi ulang. Hasilnya, tetap nyaman dan tidak lagi ada masalah.
Usai proses terapi yang memakan waktu lebih 2 jam, klien akhirnya dibimbing naik dari kondisi relaksasi. Wajahnya tampak cerah dengan mata berkaca-kaca. Meski tampak kelelahan akibat proses terapi yang menguras energi, namun senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
"Ternyata itu ya penyebabnya? Pantesan. Walaupun ada yang suka juga dengan saya, tapi karena usianya lebih muda, saya merasa biasa saja," bebernya selepas proses terapi.
Ia pun menyadari, selama ini kurang mendapatkan pujian dari orang tua, dan orang-orang terdekatnya. "Makanya kadang saya merasa sudah berbuat maksimal, tapi ya tetap saja kurang dianggap," tuturnya.
Namun, kini Sahila mengaku sebagai pribadi yang baru dan berbeda. "Keluarga tetap yang utama," pungkasnya.
Demikianlah kenyataannya. (*)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI