Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

KPAI Hentikan Beasiswa Djarum? Terlalu!

9 September 2019   08:00 Diperbarui: 9 September 2019   08:04 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuding Djarum melakukan eksploitasi anak melalui program audisi beasiswa bulutangkis Djarum Foundation. Djarum pun tak ambil pusing. Pabrik rokok yang berpusat di Kudus itu mengambil keputusan menghentikan audisi bulutangkis tersebut mulai 2020 mendatang.

Secara pribadi, saya sangat memuji langkah yang dilakukan pihak Djarum. Sudah keluarkan duit begitu banyak demi prestasi olahraga kok direcokin? Ya sudah, sekalian saja dihentikan. Pihak Djarum tentu saat ini bisa bernafas lega, bisa menghemat anggaran yang tidak sedikit. Lantas siapa yang dirugikan?

KPAI mungkin lupa, ada banyak orang tua di negeri ini yang menggantungkan impian agar anaknya bisa menjadi penerus Alan Budikusuma atau Susi Susanti. Cita-cita itu tak harus jadi dokter atau polisi. Masih banyak orang tua di negara +62 ini yang ingin anaknya bisa menjadi atlet profesional dengan prestasi maksimal.

Persoalannya, untuk bisa menjadi atlet profesional, biayanya tidak sedikit. Atlet bulu tangkis misalnya, perlu alat yang tidak murah. Belum lagi harus sewa lapangan saat bermain, juga membeli bola bulunya yang mudah koyak dan harus diganti baru. Bagi yang uangnya tidak berseri, tentu tak masalah. Bagaimana dengan orang tua yang justru berharap keluarga mereka bisa meningkat taraf hidupnya melalui olahraga ini? Beasiswa itulah salah satu impian yang bisa dikejar dengan realistis. Maka, keributan yang sudah berhasil dimunculkan KPAI sekaligus telah sukses mengubur impian para orang tua dan atlet usia dini yang ingin berkarir di olahraga ini.    

Seperti dikabarkan, Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin di Hotel Aston Purwokerto, Sabtu (7/9/2019) menyampaikan bahwa pihaknya akan menghentikan audisi umum 2020. Sementara audisi 2019 terus berjalan namun tak boleh lagi memasang logo berbau rokok.  

Sementara, Sitti Hikmawaty, Komisioner Bidang Kesehatan dan Napza KPAI menyampaikan, tak ingin menghentikan audisi, namun ingin peraturan ditaati. Yakni melarang brand yang mengarah ke zat adiktif yang menempatkan anak seperti media iklan.

Apakah keputusan yang dikeluarkan KPAI adalah titipan dari orang atau kelompok tertentu? Saya masih berpikir positif. Semoga saja apa yang dilakukan KPAI murni demi masa depan anak agar tidak terpapar zat adiktif. Namun masalahnya, apa sebenarnya dosa besar dari Djarum sehingga harus menanggung keputusan itu? Apakah salah menggunakan nama Djarum untuk proses audisi sementara sama sekali tidak ada gambar atau aktivitas merokok di sana?

Saya lantas ingat dengan teman saya kemarin, yang agak ragu memakan makanan ringan yang baru saja dia beli. Jajanan rasa cokelat itu katanya terasa seperti sabun colek. Kenapa? Karena pabrik pembuatnya adalah Wings yang selama ini dikenal pembuat sabun colek. Apa yang diungkapkan teman saya tentu hanya bercanda. Itu hanya soal pola pikir yang perlu diluruskan bahwa Wings tidak hanya pembuat sabun colek. Tapi banyak juga mampu membuat makanan yang lezat dan nikmat.

Nah itu pula pola pikir yang harus digunakan kepada Djarum. Faktanya, Djarum tidak sekadar memproduksi rokok. Nama ini juga mempunyai sumbangsih besar pada sektor pendidikan dan olahraga di Tanah Air. Entah sudah berapa banyak anak bangsa yang berhasil meraih impian berkat beasiswa Djarum. Begitu juga tak sedikit atlet berprestasi internasional juga lahir dari tangan Djarum. Lantas apa salah Djarum?

Menyalahkan Djarum atas pemberian beasiswa audisi bulutangkis itu sama dengan melarang Wings memproduksi makanan tadi. Bukankah selama ini Wings dikenal sebagai pembuat sabun? Nyatanya, Wings tetap sukses memproduksi makanannya. Sama dengan Djarum, faktanya tak hanya bisa membuat rokok, tapi juga sukses memberikan beasiswa melalui yayasan Djarum.

Apa tidak boleh Djarum menggunakan namanya sendiri atas program yang menguras biaya? Jangan pula seperti pepatah, "kerbau punya susu, sapi punya nama." Djarum yang bekerja keras, masa pakai nama pihak lain.

Lebih parah lagi, jangan sampai seperti susu beruang. Sapi punya susu, beruang punya nama, dan naga jadi bintang iklannya. Membingungkan bukan? Karena itu. Sudah tepat jika Djarum menghentikan audisi itu, supaya tidak lagi diklaim pihak lain.  

Dari sisi KPAI, anggap saja komisi yang satu ini sukses dan bisa pesta pora setelah menghentikan program beasiswa bulu tangkis tersebut. Namun wajar jika saya juga berharap agar KPAI punya kemampuan dalam menghentikan tayangan sinetron alay yang sangat tidak mendidik dan dampaknya juga kurang baik untuk tumbuh kembang anak. Mana yang lebih jahat untuk anak? Rokok atau sinetron pepesan kosong itu?  Biarlah publik auto julid Tanah Air yang bisa menilainya.

Bagaimana menurut sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun