Jangan asngar, alias asal dengar. Itulah pesan yang kerap disampaikan Dahlan Iskan, mantan bos Jawa Pos ketika memberikan pembekalan pada para pemimpin redaksi di lingkungan Jawa Pos Group ketika itu. Beruntung saya pernah belajar menulis dengan mantan Menteri BUMN itu. Bahkan dengan tegas beliau menyampaikan, kalau nulisnya suka salah, mendingan jualan tomat.
Pesan itu ternyata sangat relevan dengan apa yang sedang viral saat ini. Sebuah aplikasi dari negara lain, jika hanya didengarkan saja, tentu akan membuat tidak nyaman. Kecuali ketika melihat langsung tulisannya, termasuk logo dan bentuk tulisannya. Barulah perasaan tidak nyaman itu akan hilang.
Tengok saja perusahaan aplikasi asal Jerman dengan nama Kontool. Tentu saja bagi publik +62 yang mendengarnya, bikin risih. Otak seketika rasanya penuh seolah banyak sampah yang tidak sempat dibuang.
Namun jangan salah, selain nama Kontool, ternyata ada nama perusahaan lain yang kalau didengar saja bisa bikin merinding. Misalnya ITIL. Bagaimana ketika sahabat mendengar namanya? Hayo, apa yang ada di dalam pikiran. Setop, buang jauh-jauh gambaran yang jorok itu.
Ternyata ITIL adalah perusahaan bergerak di bidang teknologi informasi. ITIL adalah kependekan dari Information Technology Infrastructure Library. ITIL merupakan kerangka kerja atau konsep yang menggambarkan praktek terbaik dalam manajemen layanan teknologi informasi (TI) Â dan berfokus pada pengembangan dan pengukuran yang terus menerus terhadap kualitas dari layanan IT yang diberikan baik terhadap bisnis atau pelanggan.
Ada pula nama Entod, yang ternyata sebuah perusahaan farmasi. Saat mendengar tanpa melihat faktanya, ketika anak menyampaikan soal ini, pasti orang tua bisa dibuat naik pitam alias marah besar.
Lantas kenapa nama-nama aplikasi itu dianggap jorok atau tidak pantas? Karena selama ini bagi rakyat Indonesia, data yang tersimpan di pikiran bawah sadar belum memuat informasi lain selain hal yang jorok atau vulgar itu. Selama belum ada data baru yang diinput bahwa ada kata lain yang hampir sama, maka selama itu pula semua kata itu akan terdengar jorok atau tidak pantas.
Maka mari berselancar di dunia maya termasuk di dunia nyata, hingga ke negara tetangga dan melanglang buana. Bahwa apa yang dianggap vulgar atau jorok, nyatanya tidak selamanya seperti itu. Semua tergantung pola pikir masing-masing. Mari perlahan-lahan mengubah data base semua kata yang jorok di atas dengan data tambahan bahwa kata itu tak selamanya mengandung unsur pornografi atau dianggap tidak pantas.
Itulah pentingnya membaca, agar pikiran bawah sadar selalu mendapatkan informasi yang terus menerus tanpa henti dengan data terbaru dan terkini. Apalagi saat ini membaca bisa dengan mudah dilakukan melalui gawai di tangan masing-masing.
Lalu, apakah sahabat bersedia bekerja di perusahaan yang namanya seperti di atas? Â (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H