Oh ya, beruntunglah karena hanya tubuhmu secara fisik yang terpenjara. Sementara pikiranmu tetap bisa bebas dan bisa menuangkan gagasan dan idemu seluas-luasnya. Coba perhatikan di luar sana, masih ada saja orang yang terpenjara pikirannya. Tubuhnya memang bebas, tapi mereka terpenjara dengan pola pikirnya sendiri. Terpenjara dengan egonya, terpenjara dengan pilihan politiknya dan terpenjara dengan emosinya. Betul kan?
Bagiku, kamu adalah sahabat terbaikku di dunia ini. Karena sejak aku mengenalmu ketika SMP itu, kamulah yang selalu bantu aku. Dari mulai meminjam catatan, sampai uang jajan. Pokoknya setiap aku mendapat kesulitan apa pun, kamu orang paling pertama membantu termasuk mencarikan jalan keluar.
Maka, aku mohon, berikan aku kesempatan membalas semua itu dengan memberikan dukungan padamu. Hidup ini akan lebih indah tanpa kebencian. Hidup akan sangat nyaman jika kita sama-sama berpikir positif, punya perasaan nyaman, dan selalu mendoakan orang lain.
Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini dengan baik. Jika kamu berkenan, izinkan aku dan kawan-kawan menjengukmu di tahanan saat Idulfitri besok. Kamu tidak usah membalas surat ini. Cukup sampaikan pada petugas yang membawakan surat ini. Nanti biar beliau yang kirim pesan ke aku, apa pun jawabanmu.
Doaku yang terbaik untukmu. Semoga masalah ini bisa segera tuntas dengan mudah dan nyaman. Jadikanlah ini titik awal kehidupanmu yang baru dan semoga kesuksesan bisa diraih dengan sesegera mungkin. Demikianlah kenyataannya.
Dari sahabatmu
Endro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H