Setiap umat harus pandai bersyukur. Saya yakin semua sepakat dengan hal itu. Bersyukur ini paling sering disampaikan tapi tidak mudah dalam penerapannya. Terkadang harus ada sesuatu yang tidak menyenangkan terlebih dahulu, barulah manusia bisa bersyukur.
Misalnya, ketika terjadi ketidakberuntungan seperti kecelakaan atau pun kejadian luar biasa lainnya, seseorang otomatis bersyukur jika tidak terkena dampak dari kejadian tersebut. Atau ketika ada sesuatu yang hilang kemudian bisa kembali, barulah bersyukur. Pendek kata, baru merasa bersyukur ketika terjadi sesuatu yang dampaknya dirasakan seketika.
Padahal faktanya, bersyukur harus dilakukan setiap saat, setiap waktu. Kapan pun, di mana pun, bersama siapa pun, harus selalu bersyukur. Rasa syukur inilah yang akan membuat seseorang selalu terjaga di level zona positis yakni rasa bahagia.
David R. Hawkins, MD., Ph.D., dalam riset disertasinya yang berjudul Qualitative and Quantitative Analysis and Calibration of The Level of Human Consciousness menemukan bahwa perasaan atau emosi mempunyai level vibrasi dan energi yang berbeda.
Ia memetakan level energi dari masing-masing emosi menjadi The Map of Consciousness. Menurut Beliau semakin tinggi level energi suatu emosi maka akan semakin baik bagi kualitas kehidupan seseorang baik pada aspek pencapaian duniawi maupun spiritual.
Dari hasil pemetaan energi itu, bahagia termasuk level energi yang cukup tinggi. Berada di level positif 6. Agar selalu berada di level positif 6 atau selalu bahagia, salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan cara selalu bersyukur. Sadar sepenuhnya dengan selalu bersyukur akan membuat energi selalu nyaman dan bahagia.
Belum lama ini, saya diminta teknisi untuk membeli oksigen. Oksigen tersebut dibutuhkan untuk proses pengelasan mesin produksi es batu di Berau, Kalimantan Timur. Saya pun segera mengontak salah satu pemasok oksigen langganan di daerah itu.
Seharusnya, sesuai ketentuan saya juga harus membayar uang jaminan atas tabung oksigen yang dipinjam. Alhamdulillah saya hanya ditagih biaya pembelian oksigennya saja. Tanpa membayar uang jaminan.
Tak pernah ada tagihan dari malaikat atas penggunaan oksigen yang kita hirup sejak keluar dari rahim ibu. Hanya malaikat maut yang akan datang ketika seseorang sudah tidak butuh oksigen lagi, alias sudah tutup usia.
Mari kita coba hitung-hitungan, andai saja setiap orang harus membayar oksigen pada pemilik hidup ini. Jika setiap orang membutuhkan oksigen satu tabung setiap minggu, maka setiap minggu harus mengeluarkan biaya Rp 160 ribu per minggu.