Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

JusticeForAudrey, Ini Pemicu Pelaku Melakukan Bully pada Audrey

10 April 2019   23:24 Diperbarui: 11 April 2019   11:01 3792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (Kompas/Jitet)

Keempat, menjadi tidak produktif atau sakit, dan memaksa orang tua merasa kasihan dan melayani anak. Pernah mendapati anak yang mudah sakit? Padahal, sakitnya ya itu-itu saja. Demam, flu, atau sakit ringan lainnya, yang sejatinya bisa sembuh hanya dengan istirahat yang cukup. Ternyata, anak sengaja merasa sakit, agar dirinya bisa mendapat pelayanan dari kedua orang tuanya.

Mendidik anak memerlukan keseriusan. Tidak sekadar memenuhi kebutuhannya secara materi. Lebih dari itu, berikan kasih sayang melalui lima bahasa cinta dengan tatapan mata yang tulus dan penuh empati.  Sebagai penutup, berikut kutipan dari Dorothy Law Notle yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:  

Bila seorang anak hidup dengan kritik,
Ia belajar untuk menyalahkan.

Bila seorang anak hidup dengan kekerasan,
Ia belajar untuk berkelahi.

Bila seorang anak hidup dengan ketakutan,
Ia belajar untuk menjadi penakut.

Bila seorang anak hidup dengan rasa benci,
Ia belajar untuk tidak menghargai hidup.

Bila seorang anak hidup dengan ejekan,
Ia belajar menjadi pemalu.

Bila seorang anak hidup dengan rasa malu,
Ia belajar merasa bersalah.

Bila seorang anak hidup dengan perasaan iri,
Ia belajar menjadi iri hati.

Bila seorang anak hidup dengan berbagi,
Ia belajar kemurahan hati.

Bila seorang anak hidup dengan toleransi,
Ia belajar menjadi sabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun