Pelaku sampai tega melakukan pengeroyokan yang tidak semestinya, boleh jadi karena pola didik yang diajarkan jauh dari kelembutan dan kasih sayang. Sehingga membuat para pelaku berani mengambil tindakan di luar nalar. Namun sekali lagi, ini hanya analisis. Soal kejadian yang sebenarnya, biarlah pengadilan nanti yang membuktikan.
Selain itu, dari kejadian ini, sudah sepatutnya kita mengambil hikmah dan pelajaran, agar mendidik anak dengan kelembutan dan kasih sayang. Tak selamanya kekerasan bisa menyelesaikan masalah. Sebaliknya, ketenangan dan kelembutan hati, akan mampu menaklukkan siapa saja.
Andai saja diberikan kesempatan bertemu para pelaku pengeroyokan dan bisa berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar mereka, tentu akan mudah diketahui, apa akar masalah sesungguhnya yang membuat mereka sampai berani melakukan penganiayaan.
Saya sangat yakin 1.000 persen, yakin seyakin-yakinnya, pasti ada akar masalah utama yang menjadikan para pelaku memiliki keberanian seperti itu. Namun akar masalah itu hanya bisa diketahui dalam proses hipnoanalisis pada kedalaman pikiran bawah sadar yang presisi. Sebab, pada kedalaman itulah semua data dan fakta akan keluar dengan sendirinya secara rinci.
Dari pola asuh tersebut, biasanya ditemukan benang merah yang membuat si anak melakukan berbagai perilaku menyimpang tersebut.Â
Setidaknya, ada empat hal yang menjadi alasan, kenapa anak melakukan tindakan yang membuat gempar media massa dan media sosial itu. Ini seperti yang ditulis pakar teknologi pikiran, Adi W. Gunawan dalam bukunya Hypnotherapy for Children.Â
Pertama, untuk mendapat perhatian. Ya, di era digital dan serba sibuk seperti sekarang ini, tak sedikit anak yang memang sangat kekurangan perhatian dari kedua orang tuanya. Ayah sibuk bekerja, begitu juga sang ibu juga tak mau melepas karirnya yang sedang bersinar. Akibatnya, anak menjadi korban dan kurang perhatian.
Alih-alih menuruti semua permintaannya sebagai ganti perhatian dan kasih sayang, namun faktanya semua yang diberikan itu tidak dapat menggantikan kebutuhan kasih sayang anak dari kedua orang tuanya.
Dalam buku Lima Bahasa Cinta karya Gary Chapman disebutkan, orang tua wajib mengisi kasih sayang anak. Mengisi kasih sayang anak tidak boleh dilakukan pembantu, baby sitter, atau kakek dan neneknya. Yang paling utama harus dilakukan kedua orang tuanya. Â Cara mengisi baterai cinta anak adalah dengan pujian, hadiah, waktu yang berkualitas, sentuhan, dan layanan.
Umumnya, orang tua yang super sibuk, hanya bisa memenuhi kebutuhan hadiah. Namun empat bahasa cinta lainnya, sangat diabaikan. Tidak pernah memberikan pujian pada anak. Kalau pun memuji hanya sekadarnya, tidak tulus dari dalam hati.
Anak juga jarang memiliki waktu berkualitas dengan kedua orang tuanya. Momen kebersamaan jarang didapatkan anak dengan kedua orang tua yang sangat sibuk. Bahkan ketika anak sedang berjalan-jalan dengan orang tuanya ke pusat perbelanjaan, secara fisik memang berdekatan. Namun, hati mereka saling berjauhan, karena masing-masing sibuk dengan gadget-nya.Â