Pernah menjadi General Affair di Lion Air. Pernah juga menjadi manajer pemasaran dan komunikasi. Juga pernah menjadi manajer di perusahaan. Baik PT Gandum Mas Kencana dan PT Mucoindo Prakasa di Tangerang.
Namun, badai krisis di tempatnya bekerja, membuatnya mau tidak mau ikut dirumahkan. Tapi berlian satu ini tidak putus asa. Dia tetap bergerak. Bekerja. Pilihan cepat, bekerja menjadi pengemudi Taksiku.
Ketika itu, perusahaan taksi berwarna kuning itu masih moncer. Perusahaan sedang bagus-bagusnya. Namun tidak lama. Saat taksi daring bermunculan, perusahaan itu kolaps, tutup. Maka dia pindah haluan ke burung biru.
Sebuah pilihan yang tidak mudah. Bahkan bagi orang lain, boleh jadi pilihannya kurang tepat. Tapi baginya, hidup adalah kenyataan yang harus dijalaninya dengan yakin dan bersungguh-sungguh. Maka, saat berada di balik kemudi mobil bernomor lambung LL 2066 itu, dia tetap optimistis bisa meraih yang terbaik.
"Alhamdulillah, saya selalu berusaha melakukan yang terbaik," sebut alumnus Universitas Putra Bangsa Surabaya, yang kini almamaternya pun sudah 'almarhum', karena sudah diambil alih oleh universitas lain.
Bagi saya pribadi, Arif bukan sekadar sahabat ketika di SD atau SMP. Dia adalah guru saya terhadap banyak hal. Saya bisa belajar komputer di rumahnya. Pun bisa membaca banyak majalah dan buku pengetahuan dari perpustakaan miliknya. Tak kalah pentingnya, saya belajar kesederhanaan dari keluarganya yang luar biasa.
Berkat kebersahajaannya itu pula, kini Arif sedang dipersiapkan menjadi trainer alias pelatih bagi pengemudi Blue Bird lainnya. Saat ini, sembari rutin mengantarkan tamu, dia sedang menjalani training for trainer (TFT) di lembaga pendidikan milik Blue Bird.
Selesai menjalani pelatihan itu, dialah nantinya yang akan membimbing dan memberikan pelatihan kepada pengemudi baru di perusahaan ini.
Tak terasa, obrolan harus terhenti. Terminal 2E sudah ada di sisi kiri. Saya harus melanjutkan perjalanan dengan Batik Air menuju Samarinda. Tentu kami sama-sama berharap, bisa bertemu lagi di lain waktu.
Baru saja saya beranjak turun, tiba-tiba ada seorang ibu membawa kopernya, segera merangsek masuk ke taksi yang dikemudikan Arif. "Maaf bu, saya tidak boleh menerima penumpang di sini," ujar Arif.