Misalnya, disebutkan bahwa aplikasi ini awalnya buatan India, juga informasi bahwa Gojek mendapat dana permodalan dari pihak asing. Â Namun paling tidak, Gojek sudah menunjukkan semangat nasionalismenya di negerinya sendiri.
Dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI pada 19 Februari 2018 disebutkan, jumlah pengguna internet 2017 telah mencapai 143,26 juta jiwa atau setara dengan 54,68 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut menunjukkan kenaikan 10,56 juta jiwa dari hasil survei pada 2016. Data itu merujuk dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) setelah melakukan survei penetrasi dan perilaku pengguna internet di Indonesia.
Adapun komposisi pengguna internet berdasarkan jenis kelamin, terdiri dari perempuan sebanyak 48,57 persen, dan lelaki sebanyak 51,43 persen. Untuk komposisi berdasarkan usia, angka terbesar ditunjukan oleh masyarakat berumur 19 - 34, yakni sebesar 49,52 persen. Namun untuk penetrasi terbesar berada pada umur 13-18, yakni sebesar 75,50 persen.
Di antara para pengguna internet tersebut, mereka adalah pengguna layanan transportasi daring ini. Khusus layanan Gojek dipakai secara aktif oleh 15 juta orang setiap minggunya. Setiap bulannya, lebih dari 100 juta transaksi terjadi di platform Gojek. Aneka data ini dibeberkan Gojek sebagaimana dihimpun KompasTekno, Senin (18/12/2017), dari Kompas.id.
Ratusan juta transaksi tersebut tidak hanya dari transportasi daring, namun juga layanan lain yang sudah tersemat di aplikasi ini. Lebih dari 125 ribu rekanan bekerja sama dengan Gojek untuk mempermudah kehidupan masyarakat modern. Selain itu, sudah 250 ribu pengemudi gojek di jalanan Indonesia.
Padahal targetnya cuma 20 sampai 30 ribu saja. Gojek mampu menaikkan para tukang ojek konvensional ke kelompok kelas menengah berpendapatan 4 sampai 6 juta rupiah sebulan. Ini betul-betul pertama di dunia dan membantu sektor ekonomi secara signifikan. Gojek juga melahirkan banyak produk turunan yakni Go Glam, Go Food, Go Massage, Go Clean dan Go Mart.
Kebanyakan bagian dari women empowerment. Selama ini perempuan yang bekerja hanya mendapat 20 persen dari harga yang dibayar pemakai jasa, 80 persen lari ke perantara.
Dengan berbagai Go di atas, mereka tersambung langsung ke customer. Dari data tersebut di atas, Gojek membuktikan kebolehannya sebagai layanan lokal yang bersaing dengan asing.
Dengan banyaknya pengguna aplikasi Gojek ini, tentu sangat potensial jika dimanfaatkan untuk peningkatan nasionalisme warga negara Indonesia. Apalagi semangat nasionalisme memang menjadi poin utama bagi pendiri Gojek dalam menjalankan bisnisnya. Dari wawancara Majalah Tempo edisi 2-8 November 2015 dengan pendiri Gojek, Nadiem Makarim, ada beberapa poin menggambarkan sebuah idealisme tinggi dari pemilik Gojek. Idealisme ini berbuah prestasi yang bahkan melebihi apa yang pernah terpikirkan sebelumnya.
Rasa nasionalisme jugalah yang mengusik Nadiem sehingga tarif promo Gojek masih belum jelas kapan akan berakhir, karena pesaingnya GrabBike asal Malaysia yang memulai perang harga.