Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pria Ini Pernah Telan Sendok, Engsel, hingga Pisau

13 Maret 2018   22:56 Diperbarui: 13 Maret 2018   23:10 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jahrani (kanan), sebelum menjalani proses hipnoterapi (Dokumentasi Pribadi)

Jahrani, pria asal Loa Duri Ilir, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) ini pernah memakan engsel, garpu, hingga pisau. Terakhir, pemuda berusia 25 tahun ini harus dioperasi karena makan sendok. Lantas apa yang menjadi penyebab pria ini suka memakan makanan yang kurang lazim?

Untuk mengetahui hal tersebut, sekaligus membantu menghentikan kebiasaannya, saya diberikan kepercayaan sekaligus kesempatan oleh tim dari Dinas Sosial Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk melakukan hinoterapi.

Ya, terapi dalam kondisi hipnosis ini bisa menjadi salah satu opsi efektif untuk mengetahui akar masalah, sekaligus mencabutnya. Jika akar masalahnya tidak dicabut, boleh jadi kebiasaan memakan makanan yang kurang lazim yang dilakukan Jahrani, akan berlanjut.  

Proses terapi dilakukan Minggu, 4 Maret 2018. Jahrani datang didampingi ibunya, Jumrah, juga tim pendamping dari Dinas Sosial (Dissos) Kukar. Mereka tiba terlambat 30 menit dari jadwal yang disepakati. Sedianya jadwal terapi di tempat praktik saya Jalan Proklamasi 5, Samarinda, itu pukul 09.00 Wita.

Rupanya saat menempuh perjalanan dari tempat tinggalnya di Desa Loa Duri Ilir, RT 20, Kecamatan Loa Janan, Kukar, sempat terjadi beberapa hambatan di jalan. Jadi, kedatangan mereka sedikit molor.

Saat di ruang tamu, saya minta mengisi formulir untuk menggambarkan kondisi dirinya. Dari formulir yang diisi, tergambar ada beberapa emosi yang sangat intens, bahkan sangat maksimal yang dirasakan oleh pria ini.

Setelah itu, baik Jahrani, ibunya, maupun tim pendamping saya berikan penjelasan mengenai proses hipnoterapi yang akan dijalani.

Baik pengisian formulir maupun penjelasan yang diberikan, merupakan prosedur yang harus diberikan kepada siapa saja yang akan menjalani hipnoterapi. Itu diperlukan agar pikiran bawah sadar klien sudah mempersiapkan dirinya sendiri untuk bisa menyelesaikan masalahnya.

Setelah diberikan penjelasan, barulah Jahrani diarahkan ke ruang terapi. Sedangkan ibunya dan tim pendamping menunggu di ruang tamu. Di ruang terapi, kembali dilakukan verifikasi atas jawaban yang sudah dituliskan Jahrani di kertas formulir. Dia pun menegaskan, ingin membereskan beberapa hal. Selain ingin menghentikan kebiasaannya memakan benda yang tidak lazim, juga ingin kembali semangat menatap masa depannya.

"Saya ingin kembali bekerja, bisa menikah dan punya keluarga," ujarnya dengan yakin. Agar tidak terjadi kejutan dan semua proses dipahami, kembali Jahrani diberikan penjelasan, apa saja yang akan dilakukan selama proses terapi berlangsung. Dengan mudah, semua dipahami oleh pria bergolongan darah B itu.

Sejurus kemudian, Jahrani dibimbing masuk ke kondisi kedalaman pikiran bawah sadar yang dalam dan menyenangkan. Kepasrahan Jahrani yang sangat maksimal menjadikan pikiran bawah sadarnya dengan mudah dibimbing masuk ke kedalaman pikiran profound somnambulism. Ini adalah kedalaman pikiran bawah sadar yang sangat tepat dan presisi untuk terapi. 

Jahrani (tiga kanan), bersama ibunya (tiga kiri) dan tim pendamping (Dinsos Kukar)
Jahrani (tiga kanan), bersama ibunya (tiga kiri) dan tim pendamping (Dinsos Kukar)
Dari hasil hipnoanalisis di pikiran bawah sadarnya, ternyata ditemukan beberapa kejadian ketika Jahrani masih usia 10--15 tahun. Setidaknya ada enam kejadian masa lalu yang menjadikan dirinya semakin tertarik dengan benda-benda yang tidak lazim untuk dimakan. Rentetan kejadian itulah yang menyebabkan dirinya trauma dan akhirnya terbawa sampai dewasa.

Tapi mohon maaf, sesuai kode etik saya tidak boleh menyampaikan kejadian apa yang menyebabkan klien mengalami trauma. Yang jelas, trauma itu menyebabkan konsep diri dan citra dirinya kurang maksimal, sehingga perilaku itu timbul dengan sendirinya.

Kejadian itulah menjadi akar masalah dan menyebabkan klien sangat mudah tertarik dengan benda-benda asing.

Alhamdulillah, usai terapi Jahrani merasa nyaman, sudah ada dorongan dari dirinya sendiri untuk tidak lagi mengonsumsi benda-benda aneh. Dia juga semakin semangat dan ingin segera sekolah lagi, dan bisa bekerja lagi.

Nonon Amalia, tim pendamping dari Dissos, Kukar, menyampaikan, setelah Jahrani sembuh, akan memfasilitasi Jahrani agar bisa ikut ujian Paket B dan Paket C. "Insyaallah untuk pendanaan, akan dibantu oleh pihak desa," sebutnya. Selain itu, Jahrani akan dibekali keterampilan yang sesuai minatnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun