Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernah Dibohongi Pevita, Akhirnya Parjo...

24 Agustus 2017   15:22 Diperbarui: 24 Agustus 2017   15:39 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: hipwee. Foto hanya untuk ilustrasi.

Dibohongi seseorang, tentu sangat menyakitkan. Apalagi jika yang membohongi adalah kekasih hati, tentu luka yang ditimbulkan terasa semakin dalam. Itulah yang dialami Parjo (31), bukan nama sebenarnya, yang ternyata memendam luka batin sangat mendalam, hanya gara-gara dibohongi kekasihnya, Pevita (26), juga bukan nama sebenarnya.

Sudah hampir 8 tahun Parjo bekerja di sebuah percetakan di salah satu daerah di Kaltim. Dengan keahlian yang ia miliki, Parjo yang merantau dari Jawa, benar-benar menjadi karyawan kesayangan bosnya. Alhasil, Parjo pun kini menjadi kepala percetakan dan memiliki beberapa anak buah.

Namun, Parjo merasa ada yang kurang nyaman. "Saya mudah marah, dan mudah sekali tersinggung. Kalau saya sudah marah, dada rasanya sampai sakit," ucap Parjo ketika jumpa saya di ruang terapi.

Selain persoalan pengendalian emosi yang kurang baik, ada satu lagi yang sangat mengganggu dirinya. Apa itu? Parjo ternyata sangat ingin membuka usaha sendiri, membuka usaha percetakan. "Tapi saya selalu takut. Takut gagal, takut rugi, pokoknya banyak takutnya. Padahal teman-teman saya yang lain, sudah banyak yang buka usaha sendiri," bebernya.

Di sisi lain, bosnya pun ternyata tidak melarang, bahkan mendukung jika dirinya ingin membuka usaha sendiri di bidang yang sama. "Setiap kali mau memulai usaha, rasanya langsung tidak nyaman, badan jadi ngga karuan rasanya," sambungnya.

Perasaan takut memulai usaha itulah yang diputuskan oleh Parjo untuk ditangani lebih dahulu melalui sesi hipnoterapi. "Kalau boleh, sekalian sifat suka marah juga sekalian," katanya.

Sesuai ketentuan lembaga Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, tempat saya bernaung, klien memang hanya diperboleh memilih satu masalah prioritas yang ingin ditangani. Sebab, proses hipnoterapi harus berdasarkan keinginan klien, bukan atas kemauan terapis. Namun begitu, saya pun menyanggupi, jika nanti waktunya masih mencukupi, akan dibantu untuk menangani aspek lain.

Seperti biasa, klien diberikan penjelasan detail mengenai proses hipnoterapi yang akan dijalaninya. Meski awalnya merasa ragu, karena terpengaruh tayangan hipnotis yang kurang tepat di televisi, Parjo akhirnya siap dan bersedia menjalani proses hipnoterapi untuk membantu mengatasi masalahnya, yakni takut memulai usaha.

Dengan mudah, Parjo dibimbing masuk ke kondisi relaksasi pikiran yang dalam dan menyenangkan. Setelah berada di kedalaman pikiran bawah sadar yang presisi, barulah dilakukan hipnoanalisis terhadap persoalan yang dialami Parjo.

Ternyata, ada beberapa kejadian yang menyebabkan Parjo mulai merasa takut menjalankan bisnis. Dari rentetan kejadian tersebut, berhasil dijumpai akar masalah yakni ketika Parjo baru masuk SMA. Ketika itu, Parjo berkenalan dengan wanita, temannya satu kelas. Wajahnya cantik dan imut, hampir mirip dengan artis cantik Pevita Pearce.

Terlanjut jatuh hati pada pandangan pertama, Parjo pun memberanikan diri untuk mengajaknya bertemu saat malam minggu, sembari nonton di salah satu pusat perbelanjaan. Gayung bersambut, ternyata Pevita mengangguk.

Sontak Parjo kegirangan. Hari itu terasa sangat lambat. Pulang sekolah pada hari Sabtu itu, dia tidak sabar menunggu malam tiba, bertemu Pevita. Sesuai kesepakatan, berjanji langsung ketemu di mal.

"Ternyata, saya tunggu sampai hampir jam 10 malam, dia tidak datang," sebut Parjo. Perasaan yang muncul adalah merasa tidak berharga, merasa dibohongi, kecewa, semua campur aduk.

Akar masalah tersebut kemudian dibimbing untuk diatasi dengan teknik khusus, sehingga emosi Parjo atas kejadian ini bisa terkuras hingga netral kembali. Hasilnya, Parjo merasa lega dan nyaman. Dilakukan cek ke masa depan, Parjo merasa siap menjalankan bisnis.

Sebelum proses terapi diakhiri, seperti biasa, kembali dilakukan pengecekan pada semua bagian diri Parjo. Namun ternyata, Parjo merasa masih ada sisa rasa kurang percaya diri.

Dari perasaan tidak nyaman tersebut, kembali dilakukan regresi untuk mencari akar masalahnya. Ternyata mendarat pada kejadian tiga hari setelah Parjo dibohongi Pevita.

Ketika itu, Parjo bertemu sahabat Pevita. Parjo pun menanyakan, kenapa Pevita tidak datang sesuai janji yang sudah disepakati. Ternyata menurut sahabat Pevita, Pevita enggan bertemu karena malu melihat penampilan Parjo. "Katanya kamu culun, ngga bisa dandan. Terlalu rembes," ujar sahabat Pevita menirukan alasan Pevita.

Seketika Parjo merasa minder, tidak percaya diri dan merasa sangat terpuruk. Emosi pun dibimbing untuk dikuras habis dengan beberapa teknik yang tepat, hingga Parjo kembali memiliki rasa percaya diri.

"Sudah nyaman," katanya setelah ditanya usai proses terapi. Dilakukan pengecekan ke masa depan, juga nyaman. Begitu pula saat seluruh bagian dirinya dilakukan pemindaian, juga nyaman.

Parjo kemudian diberikan sugesti pengunci, hingga kemudian dibawa naik dari kondisi relaksasi tersebut.

"Tiga puluh menit," jawab Parjo ketika diminta menebak, berapa lama proses terapi yang baru saja ia alami. Setelah diminta melihat jam tangannya, barulah Parjo terkejut karena proses terapi memakan waktu hampir 3 jam.

Selamat ya Parjo, semoga usahanya segera berjalan, dan bisa menemukan jodoh yang tepat.

Demikianlah kenyataannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun