Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Faktor Ini Jadi Penyebab Siswa Taruna Nusantara Berani Lakukan Pembunuhan

2 April 2017   23:59 Diperbarui: 6 April 2017   20:30 14722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada berita di atas disebutkan, AMR sempat kepergok beberapa kali melakukan pencurian. Dari sini sudah jelas, pasti ada alasan tertentu bagi AMR sehingga berani mencari barang-barang milik rekannya satu barak. Apa yang membuatnya berani melakukan pencurian? Inilah yang patut ditelusuri.  

Apakah orang tua pelaku tidak memenuhi kebutuhan hariannya? Rasanya juga sulit dipercaya, sebab konon orang tua pelaku juga merupakan seorang jenderal berbintang dua yang masih aktif. Begitu pula korban, juga merupakan anak jenderal, namun sudah meninggal dunia.

Sebagai praktisi hipnoterapis, izinkan saya melakukan analisa dari sisi korban dan pelaku yang sama-sama anak jenderal dari lingkungan militer. Analisa ini berdasarkan pengalaman dan temuan yang kerap muncul di ruang praktik hipnoterapi.

Beberapa kali, saya mendapat klien yang berasal dari lingkungan militer. Umumnya masalah yang dikeluhkan adalah stress, emosi yang tidak terkendali, dendam, sakit hati, hingga trauma. Ternyata, yang menjadi akar masalah dari persoalan di atas adalah pola asuh dari orang tua yang sangat keras. Fakta penting inilah yang perlu saya ungkapkan agar menjadi pelajaran penting bagi pembaca.

Tak sedikit anak yang dididik di lingkungan militer, akrab dengan pola asuh yang keras. Pola asuh inilah yang kemudian membentuk karakter dan kejiwaan seseorang. Namun ini tentu tidak bisa digeneralisir. Sebab, banyak pula anak dari keluarga militer yang besar dengan kelembutan dan kasih sayang yang tulus dan utuh.    

Kenapa pelaku sampai sakit hati dengan korban? Bisa saja, cara korban memergoki pelaku ketika melakukan pencurian, tidak dengan kelembutan sebagai sesama teman. Andai diingatkan dengan baik, boleh jadi pelaku justru sadar dan menghentikan perbuatannya, bukan malah sakit hati.

Lalu, kenapa pelaku sampai tega membunuh? Ini juga patut ditelusuri pola asuhnya di rumah. Boleh jadi, pola didik yang keras membuat pelaku berani mengambil tindakan di luar nalar. Namun sekali lagi, ini hanya analisa. Soal kejadian yang sebenarnya, biarlah pengadilan nanti yang membuktikan.

Selain itu, dari kejadian ini, sudah sepatutnya kita mengambil hikmah dan pelajaran, agar mendidik anak dengan kelembutan dan kasih sayang. Sebab faktanya, tak selamanya kekerasan bisa menyelesaikan masalah. Sebaliknya, ketenangan dan kelembutan hati, akan mampu menaklukkan siapa saja.

Andai saja diberikan kesempatan bertemu AMR dan bisa berkomunikasi dengan pikiran bawah sadarnya, tentu akan diketahui, apa akar masalah sesungguhnya yang membuat dirinya sampai berani melakukan pembunuhan.

Saya sangat yakin 1.000 persen, Kresna bukanlah penyebab utama AMR berani melakukan pembunuhan. Kresna hanyalah pemicu tambahan yang membuat amarah AMR semakin membesar, sehingga nilai moralnya pun bobol dan akhirnya berani melakukan penghilangan nyawa kawannya sendiri.  

Sekali lagi, saya sangat yakin seyakin-yakinnya, pasti ada akar masalah utama yang menjadikan AMR memiliki keberanian seperti Rambo. Namun akar masalah itu hanya bisa diketahui dalam proses hipnoanalisis pada kedalaman pikiran bawah sadar yang presisi. Sebab, pada kedalaman itulah semua data dan fakta akan keluar dengan sendirinya secara rinci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun