Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ya Ampun, Guru Satu Ini Sulit Mengendalikan Nafsunya

7 Agustus 2016   21:14 Diperbarui: 7 Agustus 2016   21:25 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga suatu ketika, sang istri terkejut dan syok ketika mendapati handphone miliknya, penuh dengan gambar siswi-siswi yang ia kagumi. Umumnya foto siswi yang ia koleksi yang memiliki wajah lumayan, dengan bodi yang menurutnya seksi. Foto itu biasanya dia ambil diam-diam, ketika para muridnya sedang konsentrasi mengerjakan soal ujian.

“Saya tersiksa dengan kondisi ini. Apalagi istri saya sudah tahu, dan sudah mengancam cerai. Saya masih sayang sama istri dan anak-anak. Tapi pikiran ini sulit saya kendalikan,” keluhnya.

Setelah menceritakan semuanya, saya kemudian mencermati formulir yang sudah ia isi dua hari sebelum terapi. Di formulir ini ada beberapa emosi yang cukup intens, di antaranya perasaan bersalah dan menyesal.

Selanjutnya, seperti biasa saya memberikan penjelasan soal proses terapi yang akan dilakukan. Klien memahami, serta bersedia menjalankan semua arahan dan bimbingan yang akan diberikan sepanjang proses terapi.

Tak sulit membawa klien masuk ke kondisi relaksasi pikiran yang dalam dan menyenangkan. Kepasrahan klien membuat proses masuk ke kedalaman pikiran yang sangat presisi, mudah dilakukan.

Pada kedalaman profound somnambulism ini, proses hipnoanalisis pun saya lakukan dengan cermat untuk mencari akar masalah. Berbekal informasi saat sesi konsultasi, serta formulir yang sudah diisi, saya membimbing klien menyusuri akar masalah yang membuat pikiran ’liarnya’ muncul.

Ternyata, klien mendarat pada kejadian ketika dirinya berusia 9 tahun. Ketika itu, kedua orang tuanya sedang pergi ke kampung halaman karena ada keluarga yang sakit. Karena klien harus sekolah, dia kemudian dititipkan di rumah tantenya. Nah, saat di rumah tantenya itulah, dia sempat iseng mengintip anak tantenya yang sudah SMA, sedang mandi.

Aksi mengintip itu dilakukan dari dapur, yang bersebelahan dengan kamar mandi. Karena dinding terbuat dari papan, maka ada sela yang bisa dengan leluasa bagi klien ini melihat apa yang terjadi di dalam kamar mandi.

Inilah pertama kali perasaan deg-degan itu ia alami. Berawal dari kejadian ini, ternyata terus-menerus berlanjut hingga dewasa, bahkan ketika sudah memiliki istri.

Proses restrukturisasi atas kejadian ini pun dilakukan. Ada beberapa teknik yang saya gunakan untuk mencabut akar masalah ini. Hasilnya, klien mengaku merasa lega dan plong. Cek perasaan di masa depan pun dilakukan. Klien merasa biasa saja, ketika melihat siswi yang cantik dan seksi.

Dengan teknik tertentu pula, perasaan deg-degan setiap kali melihat siswinya yang cantik dan seksi, dialihkan kepada istrinya sendiri. Klien merasa semakin nyaman dan semakin sayang dengan sang istri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun