Proses terapi memakan waktu selama 4 jam. Lumayan melelahkan dan menguras energi. Restrukturisasi berhasil dilakukan. Rasa suka terhadap sesama jenis pun berhasil dihilangkan. Perasaan sakit hati dan dendam terhadap teman prianya pun berhasil dinetralkan.
Usai terapi, klien merasa sangat nyaman dan plong. Dia coba membayangkan kembali teman prianya, terasa biasa saja. Yang muncul malah bayangan sesosok wanita yang selama ini suka dengan dia, namun diabaikannya.
Sebelum meninggalkan ruang praktik, sebuah buku tentang agama pun saya tawarkan untuk dibawa pulang. Dia bersedia, untuk bahan bacaan. Tak lama berselang, pria ini malah mengirim foto selfie sedang berada di Masjid Islamic Center Samarinda.
“Habis salat zuhur mas. Saya ngga tahu, kapan terakhir mandi wajib dan solat. Sudah puluhan tahun ngga pernah solat. Biarlah nanti sampai rumah saya mandi wajib lagi. Yang penting sekarang terasa nyaman. Harus lebih rajin ibadah,” bebernya.
Tak terasa, air mata saya ikut meleleh melihat perubahan drastis ini. Tentu saja, ini juga berkat dari pertolongan Yang Maha Kuasa, yang ikut campur tangan dalam mendukung perubahan klien.
Sebelum saya mengakhiri menuliskan artikel ini, klien saya coba hubungi, dan mengaku sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita. Perasaannya terhadap wanita kini terus tumbuh dan terus meningkat.
Semoga perubahan ini menjadi berkah. Bukankah Sang Maha Pencipta adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang? (*)
Simak kisah menarik lainnya di www.endrosefendi.com