Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi dan Maling Energi

26 Februari 2016   17:04 Diperbarui: 27 Februari 2016   13:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di setiap diri manusia, memiliki energi yang sangat diperlukan untuk menarik semua keinginan, baik menarik kebahagiaan, harapan, impian, kesehatan dan semua hal. Begitu pula untuk membangun bangsa ini, perlu energi. Energinya dari mana? Selain sumber daya alam sebagai energi dalam arti sesungguhnya, penduduk negara ini juga merupakan energi yang sangat potensial dan sangat diperlukan. Semakin besar energi yang dimiliki suatu bangsa, maka semakin cepat pembangunan bisa dilaksanakan.

Tengok saja Tiongkok yang kini menjelma sebagai kekuatan besar, bahkan berbagai produk yang dihasilkan negeri tirai bambu itu mampu membanjiri pasaran dunia. Rasanya, hampir semua kebutuhan warga bumi ini selalu ada saja yang bertuliskan Made in China. India pun tak mau kalah, potensi energi berupa jumlah penduduk yang cukup besar, juga mulai diberdayakan maksimal dan kini perlahan mulai mencuri perhatian dunia, dengan terus membangun sarana infrastruktur dan juga pusat-pusat industri baru.

Bagaimana dengan Indonesia. Negara ini terbukti memiliki energi cukup besar. Tak hanya sumber daya alamnya, tapi juga penduduknya juga sangat besar sebagai sumber energi yang dibutuhkan untuk membangun bangsa. Di era kemerdekaan di masa lampau, energi positif berupa keinginan untuk lepas dari penjajahan terbukti mampu membawa bangsa ini memproklamirkan diri sebagai negara bebas.

Lantas kenapa bisa dijajah hingga 350 tahun? Ya karena potensi kekuatan energi yang ada ketika itu, mampu dipecah belah oleh Belanda. Tak hanya itu, tak sedikit penduduk negeri yang kala itu menjalankan peran sebagai maling energi? Siapa itu? Mereka adalah para pengkhianat yang diam-diam memihak Belanda. Mereka mengambil keuntungan pribadi dengan menjadi antek-antek Belanda. Perlu waktu ratusan tahun hingga akhirnya semua energi bisa terkumpul dengan luar biasa dan akhirnya bangsa ini bisa merdeka.

Untuk bisa merdeka seperti itu, jumlah maling energi praktis harus diberantas. Para pengkhianat dihancurkan, antek-antek Belanda harus dibuat tak berdaya. Agar semua energi bisa maksimal, tak boleh lagi ada yang bicara suku, agama, golongan, atau dari partai mana. Semua sumber energi dipusatkan untuk mengatasi satu hal, yaitu lepas dari penjajahan.

Pun di era reformasi, energi besar bangsa ini juga terbukti mampu menumbangkan cengkeraman orde baru yang berkuasa hampir 32 tahun. Para mahasiswa kala itu menyatukan energi untuk benar-benar bisa mendapatkan perubahan.

Bukankah apa yang dilakukan mahasiswa ketika itu juga masuk kategori maling energi? Mereka memang melakukan demonstrasi turun ke jalan hingga tak sedikit fasilitas yang rusak, bahkan jatuh korban nyawa. Persoalannya adalah, energi mahasiswa ketika itu seolah menjadi energi yang lebih positif, karena justru maling energi terbesar ketika itu adalah pemerintahan orde baru yang dianggap korup.

Sekarang, bangsa ini kembali dihadapkan pada kondisi sulit. Celakanya, dari sisi ekonomi, hampir semua negara ikut merasakan tekanan ekonomi yang cukup besar ini. Perlu kekuatan besar untuk mengubah keadaan ini agar krisis ekonomi segera berlalu. Setiap individu negeri ini, tak boleh berperan sebagai maling energi dan harus ikut memberantas energi negatif dalam dirinya masing-masing. Berhenti menghujat, mengeluh, atau menyalahkan orang lain. Gunakan energi yang ada untuk melakukan perbaikan dan pembenahan.

Ibarat lomba lari maraton, saat ini Indonesia memang sedang kelelahan, sementara garis finish masih cukup jauh. Menyerah, jelas tidak mungkin. Negara ini tetap harus berjalan sebagaimana mestinya. Tapi, apakah bangsa ini sudah benar-benar lelah. Andai kata di belakang ada anjing yang menggonggong, bukan tidak mungkin bisa kembali lari kencang. Artinya apa? Dibutuhkan energi positif agar bisa kembali lari. Sebab jika tidak, maka ancaman gigitan anjing galak, jelas akan terjadi.

Belum lama ini, saya belajar mendalami teknologi otak di Adi W Gunawan Institute of Mind Technology di Surabaya. Dari proses pembelajaran ini, saya semakin yakin bahwa energi positif yang dipancarkan setiap individu memang benar-benar akan menghasilkan hasil positif pula. Bisa dibayangkan jika semua penduduk di negara ini mengarahkan energinya ke sinyal yang lebih positif, maka perubahan besar yang diinginkan pasti akan terjadi.

Presiden RI Joko Widodo dulu pernah menyampaikan soal revolusi mental, atau program nawa cita yang entah apakah rakyat jelata bisa memahami artinya atau tidak. Mungkin implementasinya yang jauh panggang dari api. Namun yang lebih penting dari itu adalah bagaimana semua orang mau mengalirkan energi positifnya.

Saat menempuh pendidikan di lembaga yang saya sebut tadi, diperlihatkan bagaimana aktivitas gelombang otak aktif serta rileks, menggunakan sebuah alat Electroencephalography atau lebih akrab disebut mesin EEG. Ketika otak aktif dan cenderung dipenuhi emosi negatif, seperti marah, sakit hati, jengkel, dendam, dan sejenisnya, maka gelombang otak yang diperlihatkan dalam layar monitor terlihat sangat kacau. Sebaliknya, ketika otak tenang dan rileks, maka gelombang yang diperlihatkan pun tenang dan lebih nyaman.

Ketika kondisi negara sedang krisis ekonomi seperti sekarang, ibarat sudah masuk ruang gawat darurat, diperlukan energi berlipat-lipat lebih besar agar segera pulih. Infus yang diperlukan negara ini adalah dukungan positif dan selalu berpikir bahwa kondisi ini bisa segera pulih. Sebaliknya, jika hanya saling menyalahkan, mencari kambing hitam, menghujat, atau mengkritik tanpa bukti, maka itu semua hanya menjadi maling energi yang semakin memperburuk kondisi bangsa ini.

Segera kirim para maling energi itu ke penjara, dan biarkan dia di sana seumur hidup. Termasuk penjarakan para pemimpin yang justru berperan sebagai maling energi dengan menjadi koruptor. Kalau mereka dihabisi, pasti energi rakyat bisa semakin positif dan makin optimistis akan masa depan bangsa ini.

Perasaan optimisme sangat diperlukan sebagai implementasi dari hasil berpikir positif. Duduk sejenak dengan tenang. Tarik nafas yang panjang dan dalam dari hidung, kemudian embuskan lewat mulut. Niatkan dan izinkan membuang semua maling energi yang ada di dalam tubuh. Lakukan tiga kali, dan rasakan perasaan yang lebih nyaman.

Bila sering dilakukan, maka energi yang ada di dalam diri akan lebih positif dan bisa lebih nyaman dan siap menghadapi segala kondisi. Mungkin ada yang bilang ini mustahil, bahkan menganggap sepele. Hal-hal kecil seperti ini jika dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus efeknya pasti akan luar biasa. Sebaliknya, perasaan panik dan takut atau was-was, hanya akan menjadi maling energi dan membuat keputusan yang diambil terkadang salah karena diambil dalam kondisi tergesa-gesa.

Bukankah sudah sering disampaikan, pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif. Sebaliknya, berpikir negatif juga hasilnya negatif. Magnet bangsa ini sudah mulai lemah karena maling energi. Mari perkuat daya tarik magnet bangsa ini dengan pikiran positif.

Bagaimana jika memang ada pemimpin yang dianggap tidak mampu menjalankan amanah dengan baik dan justru menjadi maling energi? Sudah sepatutnya sebagai rakyat yang dipimpin, bisa segera mengumpulkan kekuatan besar untuk menumbangkannya. Sebab, dua orang dengan energi positif konon bisa mempengaruhi delapan orang dengan energi negatif. Kenapa? Karena energi positif kelipatannya memang lebih besar dan kuat.

Itu sebabnya, ketimbang energi bangsa ini semakin lemah, mari jaga energi tetap powerful demi menarik semua impian bangsa ini. Awali tarikan energi positif dengan menarik impian untuk diri sendiri, keluarga, serta perusahaan tempat bekerja. Bukankah perubahan besar diawali perubahan kecil? Demikianlah kenyataannya. (*)

Simak artikel menarik lainnya di www.endrosefendi.com 

#HipnoterapiKlinis #Hipnoterapis #Hipnoterapi #Transformasi #LetsLearn #AWGI #AHKI #SeriSuksesTerapi #SayaAWGI #MindTechnology #TeknologiPikiran #HidupYangLebihBaik #Sehat #Bahagia

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun