Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi dan Maling Energi

26 Februari 2016   17:04 Diperbarui: 27 Februari 2016   13:00 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat menempuh pendidikan di lembaga yang saya sebut tadi, diperlihatkan bagaimana aktivitas gelombang otak aktif serta rileks, menggunakan sebuah alat Electroencephalography atau lebih akrab disebut mesin EEG. Ketika otak aktif dan cenderung dipenuhi emosi negatif, seperti marah, sakit hati, jengkel, dendam, dan sejenisnya, maka gelombang otak yang diperlihatkan dalam layar monitor terlihat sangat kacau. Sebaliknya, ketika otak tenang dan rileks, maka gelombang yang diperlihatkan pun tenang dan lebih nyaman.

Ketika kondisi negara sedang krisis ekonomi seperti sekarang, ibarat sudah masuk ruang gawat darurat, diperlukan energi berlipat-lipat lebih besar agar segera pulih. Infus yang diperlukan negara ini adalah dukungan positif dan selalu berpikir bahwa kondisi ini bisa segera pulih. Sebaliknya, jika hanya saling menyalahkan, mencari kambing hitam, menghujat, atau mengkritik tanpa bukti, maka itu semua hanya menjadi maling energi yang semakin memperburuk kondisi bangsa ini.

Segera kirim para maling energi itu ke penjara, dan biarkan dia di sana seumur hidup. Termasuk penjarakan para pemimpin yang justru berperan sebagai maling energi dengan menjadi koruptor. Kalau mereka dihabisi, pasti energi rakyat bisa semakin positif dan makin optimistis akan masa depan bangsa ini.

Perasaan optimisme sangat diperlukan sebagai implementasi dari hasil berpikir positif. Duduk sejenak dengan tenang. Tarik nafas yang panjang dan dalam dari hidung, kemudian embuskan lewat mulut. Niatkan dan izinkan membuang semua maling energi yang ada di dalam tubuh. Lakukan tiga kali, dan rasakan perasaan yang lebih nyaman.

Bila sering dilakukan, maka energi yang ada di dalam diri akan lebih positif dan bisa lebih nyaman dan siap menghadapi segala kondisi. Mungkin ada yang bilang ini mustahil, bahkan menganggap sepele. Hal-hal kecil seperti ini jika dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus efeknya pasti akan luar biasa. Sebaliknya, perasaan panik dan takut atau was-was, hanya akan menjadi maling energi dan membuat keputusan yang diambil terkadang salah karena diambil dalam kondisi tergesa-gesa.

Bukankah sudah sering disampaikan, pikiran positif akan menghasilkan hal yang positif. Sebaliknya, berpikir negatif juga hasilnya negatif. Magnet bangsa ini sudah mulai lemah karena maling energi. Mari perkuat daya tarik magnet bangsa ini dengan pikiran positif.

Bagaimana jika memang ada pemimpin yang dianggap tidak mampu menjalankan amanah dengan baik dan justru menjadi maling energi? Sudah sepatutnya sebagai rakyat yang dipimpin, bisa segera mengumpulkan kekuatan besar untuk menumbangkannya. Sebab, dua orang dengan energi positif konon bisa mempengaruhi delapan orang dengan energi negatif. Kenapa? Karena energi positif kelipatannya memang lebih besar dan kuat.

Itu sebabnya, ketimbang energi bangsa ini semakin lemah, mari jaga energi tetap powerful demi menarik semua impian bangsa ini. Awali tarikan energi positif dengan menarik impian untuk diri sendiri, keluarga, serta perusahaan tempat bekerja. Bukankah perubahan besar diawali perubahan kecil? Demikianlah kenyataannya. (*)

Simak artikel menarik lainnya di www.endrosefendi.com 

#HipnoterapiKlinis #Hipnoterapis #Hipnoterapi #Transformasi #LetsLearn #AWGI #AHKI #SeriSuksesTerapi #SayaAWGI #MindTechnology #TeknologiPikiran #HidupYangLebihBaik #Sehat #Bahagia

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun