Riset dan pengembangan piranti lunak ini jelas membutuhkan waktu cukup lama.
“Karena kalau kita melakukan penelitian di bidang penerapan EEG untuk aplikasi umum, apalagi menggerakkan lengan seperti itu, tentu bermain dengan bagaimana menghilangkan noise yang ada, dan bagaimana mengklasifikasikan data yang telah kita terima," beber dr Liman Harijono MARS, hipnoterapis yang juga seorang direktur Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta, dalam diskusi tersebut.
Liman kemudian melanjutkan, mestinya Tawan harus mampu membuat program yang sangat bagus, agar benar-benar mampu menggerakkan pergelangan tangan dan jari jemarinya.
"Kalau hanya menggerakkan lengan atas bawah, oke itu masih bisa, karena tidak banyak. Tapi lebih detilnya lagi saya tidak yakin kalau tidak dikembangkan dengan pengembangan software atau peranti lunak yang memadai. Itu sangat sulit sekali," katanya.
Di sela diskusi, Liman pun menawarkan jika sejawat hipnoterapis ingin tahu lebih detil alat ini, untuk berkunjung ke rumah sakit yang dia pimpin. “Supaya tahu pemanfaatannya untuk dunia kesehatan. Banyak sekali fungsinya,” bebernya.
Dari sisi hipnoterapi, mesin EEG akan sangat mudah mendeteksi aktivitas pikiran seseorang. Apakah yang aktif pikiran sadar atau pikiran bawah sadar.
Ini sekaligus sebagai konfirmasi bahwa Tawan pun memerlukan kondisi kedalaman pikiran tertentu, agar tangan robotnya bisa berfungsi dengan baik. Lihat saja ketika Tawan bekerja di bengkel lasnya, harus berkonsentrasi. Ini agar gelombang otak yang dipancarkan, bisa dibaca oleh sensor dengan tepat.
Jimmy Lokrond, hipnoterapis yang juga dikenal sebagai suhu pengobatan berbasis energi menambahkan, pikiran bisa mengirim pesan melalui sinyal gelombang alfa dan beta untuk menggerakan kursi roda dengan pantulan dari penerimaan pesan di papan mikro kontroler yanh kemudian diteruskan ke motor driver kursi roda.
“Ini pembuktian secara ilmiah di bidang software elektronik mekanik,” katanya.
Karena itu, menurut dia, suatu saat dengan kekuatan pikiran yang full power, akan mampu menggerakkan mesin pesawat terbang. “Ini mungkin dianggap mustahil. Tapi kenapa tidak? Yang penting tidak disalahgunakan untuk hal negatif,” ujarnya di media diskusi itu.
Sebelumnya, guru kami Dr Adi W. Gunawan CCH, pendiri Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology sering menyampaikan, bahwa otak memang memiliki kemampuan yang dahsyat.
“Otak manusia memiliki 1 triliun sel. Namun pemanfaatannya paling hanya 10 persen saja,” katanya. Karena itu, dari fakta tersebut, manusia sangat terbuka peluang menciptakan alat apa saja.