Bahasa Jerman digunakan pada umumnya oleh masyarakat Jerman dan beberapa negara di sekitarnya. Namun tidak sedikit negara bukan penutur bahasa Jerman yang juga memasukkan kurikulum ke sekolah-sekolah mereka, salah satunya Indonesia.
Bahasa Jerman sendiri termasuk bahasa asing populer selain bahasa Inggris, Jepang, maupun Mandarin. Bahasa Jerman pun memiliki keunikannya sendiri.
Berikut ini setidaknya ada enam keunikan dari belajar bahasa Jerman:
Penutur bahasa Jerman tidak hanya di Jerman
Penutur bahasa Jerman bisa ditemukan di negara tetangga Jerman, seperti Swiss, Austria, Luksemburg.
Jika suatu saat kamu sedang dapat tugas sekolah untuk memburu turis berbahasa Jerman, jangan kecil hati saat mengetahui mereka dari salah satu negara tersebut karena mereka bisa berbahasa Jerman.
Bahasa Jerman punya Unggah Ungguh Basa
Seperti halnya bahasa Jawa atau beberapa bahasa daerah di Indonesia lainnya, bahasa Jerman juga memiliki tingkatan kesopanan dalam bertutur.
Misalnya, dalam bahasa Jawa kita mengenal kata dahar yang artinya makan, digunakan saat ditujukan kepada orang yang lebih tua. Sedangkan kata mangan digunakan untuk orang sebaya.
Dalam bahasa Jerman juga hampir sama, yaitu bentuk Du yang bertati kamu dan Sie yang berarti anda. Du digunakan untuk orang atau teman sebaya sedangkan Sie untuk yang lebih tua.
Contohnya, "Was essen Sie?" yang berarti, "Apa yang Anda makan?" atau, "Was isst du?" yang berarti, "Apa yang kamu makan?"
Setiap kata benda memiliki jenis kelamin
Sebenarnya tidak hanya ditemukan di bahasa Jerman saja, melainkan bahasa lain seperti bahasa Prancis, Belanda, dan Italia juga mengelompokkan kata bendanya.Â
Jerman mengelompokkan setiap kata benda menjadi tiga jenis artikel yaitu maskulin yang ditandai dengan artikel der, feminine dengan die, dan netral dengan das.
Misal, kursi memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu der Stuhl, bunga berjenis kelamin perempuan yaitu die Blume, dan Mobil berjenis kelamin netral yaitu das Auto.
Jangan tanya mengapa bisa begitu, karena itu sudah dari sananya. Tetapi tetap saja ada ciri-cirinya. Selain itu, penulisan kata benda pasti diawali dengan huruf kapital.
Penempatan kata kerja di posisi ke dua
Bahasa Jerman memiliki tata cara tersendiri dalam penataan kalimat. Misalnya dalam sebuah kalimat, kata kerja atau predikatnya berada di posisi kedua. Contohnya:
Ich lerne Deutsch in der Klasse.
In der Klasse lerne ich Deutsch.
Deutsch lerne ich in der Klasse.
Ketiganya memiliki arti yang sama yaitu aku belajar bahasa Jerman di kelas.
Jadi, bagaimanapun kalimatnya, kata kerja ada di posisi kedua.
Satu kata bisa menjadi terlalu panjang
Bahasa Jerman memiliki pembentukan frasa yang unik. Bisa dalam sebuah kata terdiri dari beberapa kata yang disambung menjadi satu tanpa spasi.
Contohnya, Krankenhaus yang berarti rumah sakit atau Arbeiterunfallversicheusngsgesetz yang terdiri dari Arbeiter berarti pekerja, Unfall berarti kecelakaan, Versicherung berarti asuransi, dan Gesetz berarti undang-undang.
Bisa coba kamu rangkai? Jangan kaget kalu ada yang lebih ekstrim lagi, ya!
Cara pengucapan sesuai dengan hurufnya
Pengucapan alfabet bahasa Jerman dan bahasa Indonesia hampir sama. Perbedaannya terletak pada J (yot) Q (ku) V (Vao) W (W kuat) Y (upsilon) dan Z (tzet).
Selain itu, ada beberapa huruf tambahan yaitu dibaca dibaca oe, dibaca ue dan yang berarti s ganda (ss).
Namun ada perbedaan saat ada konsonan ei berubah pengucapannya menjadi ai dan eu berubah pengucapannya menjadi oi.
Bagaimana? Menantang bukan?
Di luar keunikan bahasa Jerman tadi, memang butuh motivasi yang tinggi untuk mempelajari bahasa asing seperti bahasa Jerman.
Terlepas dari itu, tentu saja bisa dipelajari. Nah, itu keunikan bahasa Jerman menurut Herr Endra, bagaimana versi kamu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H