Mohon tunggu...
Inovasi

Mencintai dengan Sederhana; Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

21 Februari 2018   19:23 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:29 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, walau tiga suku bangsa ini punya kampong sendiri, kampong Cina, kampong Dayak, dan kampong Melayu, kehidupan di Pontianak berjalan damai. Cobalah datang ke salah satu rumah makan terkenal di kota Pontianak, kalian dengan mudah akan menemukan tiga suku ini sibuk berbual, berdebat, lantas tertawa bersama---bahkan saling traktir. "Siapa di sini yang berani bilang Koh Acong bukan penduduk asli Pontianak?"demikian Pak Tua bertanya takzim. Semua peserta obrol santai di balai bamboo menggeleng. Tetapi---karena omongan peraturan SKBRI---hampir seluruh orang Cina di kota Pontianak punya nama kedua, nama nasional. Koh Acong juga punya nama nasional. Kalian mau tahu nama nasional Koh Acong? Susilo Bambang---sumpah, aku tidak tahu kenapa namanya bisa begitu. (hal 195)

 Mengenai sudut pandang, dalam novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merahini, Tere Liye memposisikan dirinya sebagai Borno. Penulis menyampaikan cerita dari sudut pandang tokoh utama dan menggunakan kata 'aku' yang membuat seolah-olah penulis sebagai tokoh utama itu sendiri.

Usia enam tahun, aku suka memikirkan hal-hal aneh. Salah satunya aku pernah sibuk memikirkan: Jika kita buang air besar di hulu Kapuas, kira-kira butuh berapa hari kotoran itu akan tiba di muara sungai, melintas di depan rumah papan kami? (hal 7)

Tere Liye merupakan salah satu penulis yang sedikit tertutup. Namun, jika dihubungkan dengan kehidupan beliau, novel ini kiranya mewakili latar belakang beliau. Novel ini berlatarkan Kalimantan yang di dalam cerita masihlah tradisional. Tere Liye yang lahir di pedalaman Sumatera pasti paham dengan keadaan seperti yang ada di dalam cerita karena lingkungan Kalimantan dan Sumatera tidak jauh berbeda. 

Selain itu, beliau seolah ingin menyampaikan tentang kesederhaan cinta. Hal ini hampir terjadi di seluruh cerita dimana tokoh utama deg-degan, galau, pusing, dan bingung karena cinta. Hal-hal sederhana yang biasa dialami oleh orang jatuh cinta, namun Tere Liye secara sukses mengemasnya menjadi kisah yang inspiratif, mendebarkan, dan juga mengajarkan banyak hal.

Demikian mengenai novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah,semoga bermanfaat. Membaca adalah ketika kau membuka mata demi melihat dunia di sekitarmu. Budayakan membaca!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun