Mohon tunggu...
Inovasi

Mencintai dengan Sederhana; Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

21 Februari 2018   19:23 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:29 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah di dalam novel ini diceritakan menggunakan alur campuran. Awalnya penulis menceritakan kehidupan tokoh utama dari kecil hingga dewasa. Di puncak cerita, ada kilas balik yang menjadi permasalahan cinta tokoh utama. Penyebab keraguan bagi Mei. Tidak terpaku pada masa lalu, Borno melangkah maju. Menemui Mei dan mengakhiri kisah cinta penuh keraguan mereka. Akhir yang nyata untuk hanya sekedar dibaca. Membuat pembacanya takjub akan kata-kata tokoh utama di akhir cerita.

 Latar atau settingadalah hal yang penting dalam sebuah cerita. Kepiawaian penulis dalam menggambarkan latar sagatlah berpengaruh terhadap jalannya cerita. Ada tiga latar utama yang jika penulis tidak bisa mendeskripsikannya dengan baik, maka cerita akan berjalan membosankan karena susahnya bagi pembaca untuk membayangkannya. Yang pertama adalah latar tempat. Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah berlatarkan tempat di dua pulau, Jawa dan Kalimantan. 

Di Jawa, penulis menggambarkan Surabaya sebagai kota tempat Mei tinggal. Selain itu, ada beberapa tempat lain yang ikut andil dalam berjalannya kisah di dalam novel ini. Tempat-tempat tersebut antara lain; Tanjung Perak, Gereja Santa Maria, Jembatan Surabaya-Madura, dan tempat pengobatan alternative. Sedangkan di Kalimantan sendiri, latar tempat banyak diambil di Sungai Kapuas. 

Hal ini karena Sungai Kapuas sendiri merupakan pusat lalu lintas dan juga karena tokoh utama yang pernah menjadi pengemudi sepit. Selain Sungai Kapuas, ada banyak tempat yang juga mengiringi alur cerita, seperti rumah Borno, warung makan Cik Tulani, took kelontong Koh Acong, rumah Pak Tua, rumah sakit, pabrik pengelolaan karet, dermaga feri, dermaga kayu, di atas sepit, bengkel Bapak Andi, rumah Mei, sekolah dasar, Istana Kadariah, dan juga ruang kepala sekolah.

Satu-dua penumpang terlihat memakai paying warna-warni, terik matahari pagi menyengat permukaan Kapuas. Karena sepit tidak beratap, banyak penumpang sengaja membawa paying. Elok sekali melihat sepit berlalu-lalang dengan penumpang mengembangkan payung. (hal 55)

Kapal merapat di Tanjung Perak, Surabaya, pagi buta hari kedua. (hal 190)

Latar kedua adalah latar waktu. Penggambaran mengenai waktu bisa secara langsung atau bisa juga secara tersirat. Waktu dalam novel ini lengkap. Ada pagi, siang, sore, dan malam. Dalam penyampaiannya penulis mengungkapkan latar waktu secara langsung. Ini bisa dilihat dari beberapa kutipan berikut.

Maka pagi ini, biarlah aku pamitan pulang ke Pontianak. Ajaib, dengan pemahaman yang sesederhana itu, aku bisa bersenandung santai melintasi halaman bangunan terapi. Tidak gugup, tidak cemas. (hal 230-231)

Sore harinya, di bengkel sempit gang tepian Kapuas. (hal 338)

"Bagaimana bengkel kalian?" Pak Tua mengulurkan beberapa piring. Kami makan bersama di ruang tengah, dengan bingkai jendela berpemandangan Sungai Kapuas di malam hari. (hal 424)

 Latar ketiga yaitu latar sosial. Latar sosial di cerita ini mengambil tentang kehidupan masyarakat di tepian Sungai Kapuas. Digambarkan bahwa masyarakat Pontianak adalah orang-orang yang terbuka dan ramah. Hal ini menyebabkan mereka dapat berdampingan dengan masyarakat dari suku lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya tokoh Koh Acong yang merupakan keturunan Cina namun berhubungan baik dengan masyarakat di tepian Sungai Kapuas. Selain itu, di dalam novel ini juga disampaikan mengenai rasa gotong royong yang tinggi. Beberapa bagian juga menyampaikan mengenai sejarah tentang orang Cina dan masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun