Mohon tunggu...
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemula

Mempunyai keinginan untuk membangkitkan kembali semangat menulis yang pernah ada.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juventus, Bukti Sebuah Klub Bisa Gagal Move On

29 Mei 2021   22:28 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Marco Canoniero/LightRocket via Getty Images 

Kala menjalin sebuah hubungan, akan tiba suatu momen dimana kedua pihak merasa jenuh akan petualangan cinta mereka. Momen tersebut kerap berakhir pahit. 

Biasanya satu di antara mereka ada yang memutuskan untuk menyudahi jalinan asmara tersebut. Namun, yang namanya cinta, manusia hanya bisa berencana. Acap kali hubungan yang sudah kandas berhasil menyatu kembali.

Hal tersebut terjadi pada tim yang telah menjuarai Serie A sebanyak 36 kali, Juventus. Nyonya Tua yang seakan kehilangan arah setelah musim 2018/2019, kembali menggaet salah satu manajer terbaiknya, Massimiliano Allegri, untuk mulai melatih di musim 2021/2022.

Dua Tahun yang Juventini Enggan Kenang

Photo by AFP
Photo by AFP
Pasca ditinggal oleh salah satu manajer terbaiknya dua tahun yang lalu, Juventus sudah beberapa kali berganti allenatore. Di musim perdananya tanpa Allegri, Juventus langsung ngegas dengan mendatangkan manajer yang baru saja menjuarai UEL bersama Chelsea, Maurizio Sarri. 

Tangan dingin Sarri belum cukup membuat para petinggi Juventus puas. Meski berhasil menjuarai Serie A, mereka akhirnya berpisah setelah semusim bersama.

Di musim berikutnya, Juventus menunjuk legenda mereka, Andrea Pirlo, untuk memimpin Cristiano Ronaldo cs. Penunjukkan Pirlo menjadi manajer mereka murni karena ia adalah mantan pemain sekaligus orang yang sudah dikenal di lingkungan Juventus.

Penunjukkan itu tak masuk akal lantaran Pirlo yang masih minim pengalaman. Akibat dari itu, banyak fans yang khawatir akan prestasi Juventus di tangan Pirlo.

Kekhawatiran mereka ternyata benar. Juventus harus terseok-seok di liga domestik dan tersingkir di 16 besar UCL dari FC Porto karena gol tandang. Dari bersaing untuk menjadi kampiun Serie A, turun pangkat untuk bersaing memperebutkan tiket UCL. 

Pirlo yang sempat menjadi pelatih Juventus U-23 selama seminggu itu, harus rela kehilangan jabatan manajernya ke  pendahulunya, Allegri.

Warna Baru bagi Juventus

Photo by Reuters/Tony Gentile 
Photo by Reuters/Tony Gentile 
Allegri meninggalkan banyak kenangan manis untuk publik Turin. Keberhasilannya memenangi Serie A selama lima musim berturut-turut membuat dirinya layak disandingkan dengan manajer-manajer hebat Juventus, seperti Giovanni Trapattoni dan Marcello Lippi. Di kancah Eropa, Allegri juga membawa tim yang sudah dibela Gianlugi Buffon selama 19 musim ini menjadi dua kali runner-up UCL dalam janga waktu tiga tahun.

Kepiawiannya memaksimalkan pemain serta permainan Juventus, membuat seorang Allegri mampu membawa Juventus ke final UCL setelah 11 tahun absen. Waktu masih dipegang oleh Antonio Conte, Juventus terkenal akan formasi 3-5-2nya. 

Kehadiran Allegri 7 tahun silam membawa nafas baru bagi permainan Juventus karena ia mampu mengaplikasikan berbagai formasi di tiap pertandingannya. 4-3-3, 4-3-1-2, atau 4-2-3-1 bisa ia sesuaikan dengan lawan yang sedang ia hadapi.

Saat bermain dengan salah satu dari formasi tersebut, Allegri cukup terbantu dengan kehadiran pemain di lini tengahnya. Pemain seperti Roberto Pereyra, Claudio Marchisio, dan Arturo Vidal memegang peranan besar saat mengatur antara lini belakang dan depan. Dari situ, ia memanfaatkan sumber daya tersebut untuk memaksimalkan lini serangnya untuk bisa bermain lebih ganas.

Sebut saja pemain seperti Carlos Tevez. Ia membuat seorang Tevez menjadi pemain ‘team player’. Lalu ada pemain cadangan Real Madrid, Alvaro Morata, yang juga disulap menjadi striker ganas yang selalu mengeluarkan permainan terbaiknya di pertandingan-pertandingan besar. Lalu ada Mario Mandzukic yang berhasil menjadi teladan bagi pemain-pemain lain.

Tipisnya Kesabaran Agnelli

Photo by  (International Champions Cup/Thananuwat Srirasant) 
Photo by  (International Champions Cup/Thananuwat Srirasant) 
Direktur Olahraga Juventus, Fabio Paraciti, berhasil meyakinkan para petinggi klub untuk menunjuk Sarri. Hasilnya, Pelatih yang juga perokok berat itu bergabung bersama klub pada 16 Juni 2019. 

Dari segi gaya permainan, Sarri bisa menyesuaikan strateginya sehingga cocok dengan karakter Juventus. Ia bisa dengan perlahan merubah gaya permainan Juventus yang lebih bertahan menjadi lebih menyerang. Perubahan itu ia lakukan dengan perlahan, sehingga semua pemain bisa menyesuaikannya dengan baik.

Sarri juga membuat Ronaldo menjadi lebih lihai dalam mencetak gol. Jumlah golnya meningkat cukup tajam dibanding dua musim sebelumnya. Kemudian ada Paulo Dybala yang juga sama ganasnya dengan Ronaldo. Efek strategi Sarri membuat Dyvbala memiliki lebih banyak kebebasan untuk menari-nari di atas lapangan. Itu menguntungkan dirinya.

Namun, kegagalan Sarri di UCL membuat dirinya didepak oleh presiden klub, Andrea Agnelli. Di bawah Sarri, Juventus harus keluar di 16 besar. Selain itu, hubunganya dengan para pemain juga kurang harmonis. Setelah mereka kalah dari Napoli di final Coppa Italia, Leonardo Bonucci mengatakan kalau ia dan rekan setimnya kesulitan untuk memahami filosofi pria Italia tersebut.

Miralem Pjanic yang saat itu masih berseragam Juventus juga mengeluarkan pendapat yang serupa. Ia adalah salah satu pemain yang menjadi korban ketidakpahaman taktik Sarri. Akan tetapi, ia percaya jika para pemain diberi kesempatan untuk memahami taktik lebih lama lagi, pasti kesuksesan akan datang dengan sendirinya. 

Sayangnya, pemikiran tersebut tidak tertanam di kepala Agnelli. Ambisinya untuk menjuarai UCL telah memakan korban pertamanya, Maurizio Sarri.

Pengalaman adalah Pelajaran Terbaik

Photo by AFP/ALBERTO LINGRIA
Photo by AFP/ALBERTO LINGRIA
Pirlo datang ke Juventus tanpa bekal apa-apa. Ia bahkan belum menyelesaikan kursus pelatihan UEFA Pro. Juventus yang saat itu sedang membutuhkan perubahan di jajaran kepelatihannya, menunjuk Pirlo yang kebetulan sedang lowong. Bermodalkan label legenda pada dirinya, Pirlo pun menerima tawaran tersebut.

Minimnya pengalaman Pirlo dalam melatih harus terbayarkan saat I Bianconeri dikalahkan oleh AC Milan. Rossoneri mengalahkan mereka dengan skor 3-0 dan membuat harapan para punggawa Juventus untuk bermain di UCL musim depan hampir pupus. 

Untungnya, Napoli bermain imbang dengan Hellas Verona, sehingga tiket untuk bermain di kompetisi tertinggi di Eropa itu aman di tangan. Coba saja jika Napoli berhasil mengalahkan Verona. Mau dibawa kemana muka Pirlo?

Pirlo juga tidak terlihat mampu membuat pemain-pemain muda di Juventus tampil gemilang. Pemain seperti Arthur yang diyakini mampu memiliki kualitas setara legenda Juventus, kerap kehilangan kepercayaandiri dan masih tumpul dalam hal possesion. Pemain muda asal Amerika Serikat, Wenston McKennie juga tidak mampu menunjukkan kelihaiannya akibat masalah kebugaran yang dimiliki. Pirlo tidak tahu cara mengembangkan talenta muda ini.

Apa Langkah Allegri Selanjutnya?

Photo by Reuters
Photo by Reuters
Setelah ragam spekulasi yang meyebutkan kalau ia akan mengisi kursi kepelatihan tim-tim selain Juventus, akhirnya ia mantap dengan keputusannya yaitu kembali duduk di sisi lapangan Juventus Stadium hingga Juni 2025.

Dari segi taktik, seharusnya ia kembali menggunakan strategi yang sudah pernah ia terapkan. Dalam mengembangkan pemain juga sepertinya Juventini akan kembali melihat beberapa pemain yang menunjukkan performa maksimalnya.

Atau mungkin, Paulo Dybala akan bertahan di Juventus dan membuktikan kalau ia belum habis? Patut ditunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun