Mohon tunggu...
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemula

Mempunyai keinginan untuk membangkitkan kembali semangat menulis yang pernah ada.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Juventus, Bukti Sebuah Klub Bisa Gagal Move On

29 Mei 2021   22:28 Diperbarui: 30 Mei 2021   11:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Photo by Reuters/Tony Gentile 
Photo by Reuters/Tony Gentile 
Allegri meninggalkan banyak kenangan manis untuk publik Turin. Keberhasilannya memenangi Serie A selama lima musim berturut-turut membuat dirinya layak disandingkan dengan manajer-manajer hebat Juventus, seperti Giovanni Trapattoni dan Marcello Lippi. Di kancah Eropa, Allegri juga membawa tim yang sudah dibela Gianlugi Buffon selama 19 musim ini menjadi dua kali runner-up UCL dalam janga waktu tiga tahun.

Kepiawiannya memaksimalkan pemain serta permainan Juventus, membuat seorang Allegri mampu membawa Juventus ke final UCL setelah 11 tahun absen. Waktu masih dipegang oleh Antonio Conte, Juventus terkenal akan formasi 3-5-2nya. 

Kehadiran Allegri 7 tahun silam membawa nafas baru bagi permainan Juventus karena ia mampu mengaplikasikan berbagai formasi di tiap pertandingannya. 4-3-3, 4-3-1-2, atau 4-2-3-1 bisa ia sesuaikan dengan lawan yang sedang ia hadapi.

Saat bermain dengan salah satu dari formasi tersebut, Allegri cukup terbantu dengan kehadiran pemain di lini tengahnya. Pemain seperti Roberto Pereyra, Claudio Marchisio, dan Arturo Vidal memegang peranan besar saat mengatur antara lini belakang dan depan. Dari situ, ia memanfaatkan sumber daya tersebut untuk memaksimalkan lini serangnya untuk bisa bermain lebih ganas.

Sebut saja pemain seperti Carlos Tevez. Ia membuat seorang Tevez menjadi pemain ‘team player’. Lalu ada pemain cadangan Real Madrid, Alvaro Morata, yang juga disulap menjadi striker ganas yang selalu mengeluarkan permainan terbaiknya di pertandingan-pertandingan besar. Lalu ada Mario Mandzukic yang berhasil menjadi teladan bagi pemain-pemain lain.

Tipisnya Kesabaran Agnelli

Photo by  (International Champions Cup/Thananuwat Srirasant) 
Photo by  (International Champions Cup/Thananuwat Srirasant) 
Direktur Olahraga Juventus, Fabio Paraciti, berhasil meyakinkan para petinggi klub untuk menunjuk Sarri. Hasilnya, Pelatih yang juga perokok berat itu bergabung bersama klub pada 16 Juni 2019. 

Dari segi gaya permainan, Sarri bisa menyesuaikan strateginya sehingga cocok dengan karakter Juventus. Ia bisa dengan perlahan merubah gaya permainan Juventus yang lebih bertahan menjadi lebih menyerang. Perubahan itu ia lakukan dengan perlahan, sehingga semua pemain bisa menyesuaikannya dengan baik.

Sarri juga membuat Ronaldo menjadi lebih lihai dalam mencetak gol. Jumlah golnya meningkat cukup tajam dibanding dua musim sebelumnya. Kemudian ada Paulo Dybala yang juga sama ganasnya dengan Ronaldo. Efek strategi Sarri membuat Dyvbala memiliki lebih banyak kebebasan untuk menari-nari di atas lapangan. Itu menguntungkan dirinya.

Namun, kegagalan Sarri di UCL membuat dirinya didepak oleh presiden klub, Andrea Agnelli. Di bawah Sarri, Juventus harus keluar di 16 besar. Selain itu, hubunganya dengan para pemain juga kurang harmonis. Setelah mereka kalah dari Napoli di final Coppa Italia, Leonardo Bonucci mengatakan kalau ia dan rekan setimnya kesulitan untuk memahami filosofi pria Italia tersebut.

Miralem Pjanic yang saat itu masih berseragam Juventus juga mengeluarkan pendapat yang serupa. Ia adalah salah satu pemain yang menjadi korban ketidakpahaman taktik Sarri. Akan tetapi, ia percaya jika para pemain diberi kesempatan untuk memahami taktik lebih lama lagi, pasti kesuksesan akan datang dengan sendirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun