Mohon tunggu...
Endik Koeswoyo
Endik Koeswoyo Mohon Tunggu... Penulis - Endik Koeswoyo

Endik Koeswoyo memulai karier menulis sejak tahun 2006. Hingga saat ini sudah 8 skenario lm layar lebar, lebih dari 25 judul buku dan novel, dan telah menulis lebih dari 100 judul lm televisi, series dan program televisi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Jomblo Melas

30 April 2012   16:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

“Ini buat beli lombok,” disodorkannya amplop itu padaku.

“Begitu?” tanyaku kaget.

“Ya… ya… pulanglah, mampir pasar beli sepuluh kilo ya,” katanya dengan senyum. Tak lupa tangan kanannya menepuk bahuku.

“Iya,” aku mengangguk pelan.

“Jomblo bukan berati tak lagi kawan!” dia menepuk bahuku.

Gila… setelah aku keluar dari ruangannya, aku membuka amplop itu, benar-benar cukup untuk beli Lombok satu kilo. Satu juta guys yang dia berikan padaku. Alhamdulillah, bisa buat hidup sebulan kedepan deh! Eit, curhat saja digaji sejuta, apalagi kalau kerja? Nah lo…

Melas, sebuah kalimat yang sering kita dengar. Melas identik dengan buluk, kucel, dekil bau dan lain-lain. Eit jangan salah, ternyata melas itu adalah sebuah aliran ilmu baru… namanya MELASISME di mana aliran ini merupakan sebuah gerakan memelaskan diri guna mendapatkan kebahagian yang memuncak sampai ubun-ubun. Berbeda dengan teori-teori para pakar Psikolog kayak Max Wertheimer, Carl Rogers, apalagi dengan teor iSigmund Freud tentang Konsep Id, Ego, dan Superego .Beda, beda banget deh pokoknya. Melas merupakan sebuah sikap sederhana yang ditampilkan golongan MELAISME guna mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu dengan kesadaran dan keiklasan yang mutlak dan telak. Melas bukanlah dekil, bau, atau kucel. Melasisme itu lebih kepada perilaku dan sikap serta tutur bahasa yang memang dibuat semelas mungkin sehingga orang lain tertarik lalu mau mengiklaskan dirinya untuk berbuat sesuatu kepada si melas itu.

Karakter melas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, ketika kamu tidak pernah merasakan sebuah rasa sakit yang sesakit-sakitnya, jika kamu tidak pernah putus cinta seputus-putusnya, jika kamu tidak pernah menangis hidupmu senangis-nangisnya niscaya kamu tidak akan bisa menjadi manusia dengan karakter melas.

Menjadi melas itu lebih baik ketimbang menjadi congkak dan angkuh. Menjadi melas itu lebih sederhana ketimbang menjadi orang yang sombong bin landen. Jika saja aku datang, masuk keruangannya dengan sombong, ketika tidak segera aku turunkan kaki dan tangaku lalu mengempitnya aku yakin tidak akan dapat uang satu juta itu. Mungkin kecil baginya, tapi besar bagiku. Dan sejak itu, aku memilih untuk menjadi Jomblo Melas, tersenyum kecil lalu mengangguk pelan ketika di ajak bicara. Tersenyum kecil lalu mengiyakan ketika lawan bicaraku bicaraku bicara. Tidak pernah aku melontarkan debat kusir ala kuda, cukup di iyakan saja sambil sesekali melontarkan kalimat melas yang menohok. So? Melaskan dirimu semelas melasnya, jangan menyombongkan dirimu sesombong, sombongnya karena didalam kemelasan itu ada kekuatan dasyat…

:: Sebuah Catatan yang akhirnya menginspirasi BUKU Catatan Jomblo Galau ::

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun